Pengamat: KTT G20 sebaiknya perlu perluas keterlibatan usaha mikro
18 November 2022 20:04 WIB
Pekerja menunjukkan jam tangan yang terbuat dari kayu untuk souvenir G20 karya Pala Nusantara di Bandung, Jawa Barat, Selasa (1/11/2022). Pala Nusantara menjadi salah satu umkm yang dipilih oleh pemerintah untuk memproduksi souvenir resmi G20 setelah berhasil lolos kurasi Smesco bersama 17 UMKM lainnya se-Indonesia. (ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI)
Jakarta (ANTARA) - Pengamat ekonomi sekaligus Ketua Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi Strategis (AKSES) Suroto mengatakan KTT G20 di Indonesia sebaiknya perlu lebih memperluas keterlibatan usaha mikro yang jumlahnya diperkirakan kurang lebih 95 persen merupakan usaha rumah tangga.
“Acara seremonial semacam G20 itu dari segi event ya tidak banyak memberikan manfaat ekonomi (bagi usaha mikro). Hanya usaha menengah dan besar seperti hotel, transportasi, dan lain-lain yang berdampak,” ujarnya saat dihubungi Antara dari Jakarta, Jumat.
Suroto berpendapat bahwa berbagai substansi kebijakan yang dihasilkan terkait dengan penyelenggaraan G20 tersebut seharusnya lebih bermanfaat secara meluas bagi usaha mikro, serta tidak hanya melihat dari sisi kepentingan pebisnis yang sudah mapan.
Lebih lanjut, Suroto berpendapat usaha mikro di Indonesia memiliki motivasi pengembangan usaha yakni untuk bertahan hidup, hal ini karena saat ini dinilai belum ada kebijakan yang bagus dalam rangka menciptakan lapangan pekerjaan yang layak.
Baca juga: Pelaku UMKM Banyumas bangga Indonesia tuan rumah KTT G20
“Usaha mikro yang jumlahnya kurang lebih meliputi 95 persen dari rumah tangga Indonesia itu hidupnya kembang kempis. Hidup segan mati sungkan,” ujar Suroto.
Sebelumnya, pemerintah sudah memfasilitasi sejumlah UMKM Indonesia untuk unjuk gigi dalam rangkaian gelaran KTT G20, salah satunya melalui side event (acara sampingan) yang bertajuk Future SMEs Village guna dijadikan tempat bagi delegasi menikmati karya cipta nusantara.
Selain itu pada acara puncak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT), produk-produk UMKM juga berkesempatan menjadi suvenir resmi atau official merchandise G20 sehingga produknya berpeluang dipesan oleh para delegasi yang datang dari beragam negara.
Baca juga: Menkop UKM apresiasi UMKM lokal dalam Future SMEs Village G20
Baca juga: UMKM ramah lingkungan binaan LPEI tampil ajang di G20
“Acara seremonial semacam G20 itu dari segi event ya tidak banyak memberikan manfaat ekonomi (bagi usaha mikro). Hanya usaha menengah dan besar seperti hotel, transportasi, dan lain-lain yang berdampak,” ujarnya saat dihubungi Antara dari Jakarta, Jumat.
Suroto berpendapat bahwa berbagai substansi kebijakan yang dihasilkan terkait dengan penyelenggaraan G20 tersebut seharusnya lebih bermanfaat secara meluas bagi usaha mikro, serta tidak hanya melihat dari sisi kepentingan pebisnis yang sudah mapan.
Lebih lanjut, Suroto berpendapat usaha mikro di Indonesia memiliki motivasi pengembangan usaha yakni untuk bertahan hidup, hal ini karena saat ini dinilai belum ada kebijakan yang bagus dalam rangka menciptakan lapangan pekerjaan yang layak.
Baca juga: Pelaku UMKM Banyumas bangga Indonesia tuan rumah KTT G20
“Usaha mikro yang jumlahnya kurang lebih meliputi 95 persen dari rumah tangga Indonesia itu hidupnya kembang kempis. Hidup segan mati sungkan,” ujar Suroto.
Sebelumnya, pemerintah sudah memfasilitasi sejumlah UMKM Indonesia untuk unjuk gigi dalam rangkaian gelaran KTT G20, salah satunya melalui side event (acara sampingan) yang bertajuk Future SMEs Village guna dijadikan tempat bagi delegasi menikmati karya cipta nusantara.
Selain itu pada acara puncak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT), produk-produk UMKM juga berkesempatan menjadi suvenir resmi atau official merchandise G20 sehingga produknya berpeluang dipesan oleh para delegasi yang datang dari beragam negara.
Baca juga: Menkop UKM apresiasi UMKM lokal dalam Future SMEs Village G20
Baca juga: UMKM ramah lingkungan binaan LPEI tampil ajang di G20
Pewarta: Sinta Ambarwati
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2022
Tags: