Luhut ungkap RI siap kerja sama dengan Afrika optimalkan SDA
18 November 2022 16:13 WIB
Menko Kemaritiman dan Investasi Kuhut Binsar Pandjaitan dalam Special Ministerial-CEOs Meeting: Emerging Economies Cooperation di Nusa Dua, Bali, Kamis (17/11/2022). (ANTARA/HO Kemenko Kemaritiman dan Investasi)
Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan kesiapan Indonesia untuk bekerja sama bersama sejumlah negara Afrika untuk mengoptimalkan sumber daya alam yang dimiliki agar bisa memajukan dan membangun ekonomi masing-masing.
Luhut menyampaikan hal tersebut dalam Special Ministerial-CEOs Meeting: Emerging Economies Cooperation di Nusa Dua, Bali, Kamis (17/11), yang dihadiri menteri dan delegasi dari tiga negara Afrika yaitu Republik Demokratik Kongo, Republik Rwanda, dan Republik Senegal, serta delegasi dari Badan Pembangunan Uni Afrika AUDA-NEPAD.
"Ekonomi Indonesia berkembang sangat pesat, dan kami dengan cepat beralih dari mengekspor bahan mentah ke mengembangkan industri bernilai tambah. Terinspirasi oleh Semangat Bandung dan Kerja Sama Selatan-Selatan, kami ingin bekerja sama dan membantu negara-negara berkembang lainnya memperkuat sektor swasta mereka untuk melakukan hal yang sama," katanya dalam keterangan di Jakarta, Jumat.
Untuk mencapai basis industri dan industri pertambangan yang berkelanjutan, Luhut mengatakan Indonesia juga mendukung pengembangan model bisnis baru, teknologi dan platform baru, serta infrastruktur yang mendukung transformasi peningkatan produktivitas.
"Sinergi dalam pembiayaan inovatif untuk industri strategis dan infrastruktur kritis sangat penting," lanjut Luhut.
Luhut menjelaskan meski beberapa lembaga pemerintah mungkin tertinggal dalam hal pengembangan infrastruktur, namun banyak perusahaan global swasta yang mencari peluang investasi di bidang infrastruktur dan industri strategis.
Menurutnya, BUMN dan swasta akan tertarik untuk berpartisipasi dalam semua proyek strategis dengan memperkuat dan memperluas mekanisme inovatif untuk memfasilitasi kemitraan antara publik dan swasta.
"Kita butuhkan keterlibatan dan kolaborasi publik-swasta di setiap tingkatan untuk meningkatkan daya saing, kemakmuran, dan masa depan kita," katanya.
Luhut juga menyebut negara berkembang harus mandiri berdaulat menggunakan dan mengeksploitasi sumber daya alamnya dengan cara yang benar.
"Yang berarti bahwa negara-negara berkembang perlu memiliki hak untuk menggunakan kebijaksanaan mereka sendiri dan mengoptimalkan kelimpahan alami mereka menuju kemajuan dan pembangunan ekonomi mereka sendiri," imbuhnya.
CEO AUDA-NEPAD (Badan Pembangunan Uni Afrika) Nardos Bekele-Thomas mengungkapkan paradoks pembangunan Afrika yang disebutnya "kemiskinan di tengah kekayaan yang melimpah".
Ia pun mengharapkan kerja sama yang saling menguntungkan dengan negara-negara selatan untuk mengoptimalkan kekayaan keanekaragaman hayati yang dimilikinya.
Kerjasama Selatan-Selatan (KSS) merupakan skema kerjasama antar negara berkembang yang dilakukan melalui berbagai hubungan bilateral dan multilateral secara mutual.
Sementara Semangat Bandung yang dihasilkan pada Konferensi Asia Afrika 1955 merupakan semangat perdamaian pemimpin Asia Afrika yang hadir pada konferensi tersebut untuk menyelesaikan masalah imperialisme dan persaingan antara Blok Barat dan Blok Timur.
Baca juga: Luhut tawarkan potensi ekonomi Indonesia kepada Afrika
Baca juga: Menlu China bertemu Luhut Binsar Pandjaitan di sela-sela KTT G20 Bali
Luhut menyampaikan hal tersebut dalam Special Ministerial-CEOs Meeting: Emerging Economies Cooperation di Nusa Dua, Bali, Kamis (17/11), yang dihadiri menteri dan delegasi dari tiga negara Afrika yaitu Republik Demokratik Kongo, Republik Rwanda, dan Republik Senegal, serta delegasi dari Badan Pembangunan Uni Afrika AUDA-NEPAD.
"Ekonomi Indonesia berkembang sangat pesat, dan kami dengan cepat beralih dari mengekspor bahan mentah ke mengembangkan industri bernilai tambah. Terinspirasi oleh Semangat Bandung dan Kerja Sama Selatan-Selatan, kami ingin bekerja sama dan membantu negara-negara berkembang lainnya memperkuat sektor swasta mereka untuk melakukan hal yang sama," katanya dalam keterangan di Jakarta, Jumat.
Untuk mencapai basis industri dan industri pertambangan yang berkelanjutan, Luhut mengatakan Indonesia juga mendukung pengembangan model bisnis baru, teknologi dan platform baru, serta infrastruktur yang mendukung transformasi peningkatan produktivitas.
"Sinergi dalam pembiayaan inovatif untuk industri strategis dan infrastruktur kritis sangat penting," lanjut Luhut.
Luhut menjelaskan meski beberapa lembaga pemerintah mungkin tertinggal dalam hal pengembangan infrastruktur, namun banyak perusahaan global swasta yang mencari peluang investasi di bidang infrastruktur dan industri strategis.
Menurutnya, BUMN dan swasta akan tertarik untuk berpartisipasi dalam semua proyek strategis dengan memperkuat dan memperluas mekanisme inovatif untuk memfasilitasi kemitraan antara publik dan swasta.
"Kita butuhkan keterlibatan dan kolaborasi publik-swasta di setiap tingkatan untuk meningkatkan daya saing, kemakmuran, dan masa depan kita," katanya.
Luhut juga menyebut negara berkembang harus mandiri berdaulat menggunakan dan mengeksploitasi sumber daya alamnya dengan cara yang benar.
"Yang berarti bahwa negara-negara berkembang perlu memiliki hak untuk menggunakan kebijaksanaan mereka sendiri dan mengoptimalkan kelimpahan alami mereka menuju kemajuan dan pembangunan ekonomi mereka sendiri," imbuhnya.
CEO AUDA-NEPAD (Badan Pembangunan Uni Afrika) Nardos Bekele-Thomas mengungkapkan paradoks pembangunan Afrika yang disebutnya "kemiskinan di tengah kekayaan yang melimpah".
Ia pun mengharapkan kerja sama yang saling menguntungkan dengan negara-negara selatan untuk mengoptimalkan kekayaan keanekaragaman hayati yang dimilikinya.
Kerjasama Selatan-Selatan (KSS) merupakan skema kerjasama antar negara berkembang yang dilakukan melalui berbagai hubungan bilateral dan multilateral secara mutual.
Sementara Semangat Bandung yang dihasilkan pada Konferensi Asia Afrika 1955 merupakan semangat perdamaian pemimpin Asia Afrika yang hadir pada konferensi tersebut untuk menyelesaikan masalah imperialisme dan persaingan antara Blok Barat dan Blok Timur.
Baca juga: Luhut tawarkan potensi ekonomi Indonesia kepada Afrika
Baca juga: Menlu China bertemu Luhut Binsar Pandjaitan di sela-sela KTT G20 Bali
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: