Palangka Raya (ANTARA) - Budaya baca dapat diartikan sebagai kebiasaan, tindakan atau perbuatan seseorang untuk membaca yang dilakukan secara teratur dan berkelanjutan.

Agar tercipta budaya baca pada seseorang maupun suatu kelompok masyarakat, tahapan awal yang diperlukan adalah dengan menumbuhkan minat baca.

Hanya saja, seiring perkembangan zaman maupun pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, upaya menumbuhkan minat baca tak bisa dilakukan dengan sekadar mengajak seseorang datang ke perpustakaan, memilih buku, lalu kemudian membaca.

Ajakan atau cara seperti itu di zaman sekarang, tentu akan kalah menarik dibandingkan dengan ajakan teman di kala senja untuk pergi ke kafe, ngopi dan bercengkrama sembari menikmati alunan musik.

Menumbuhkan minat baca, apalagi budaya baca, tak bisa dilakukan dengan paksaan. Sebab seperti halnya cinta, tentu sesuatu yang dilakukan dengan paksaan dan ketidakikhlasan tak akan berujung bahagia.

Maka dalam menumbuhkembangkan minat baca hingga kemudian budaya baca di tengah masyarakat, perlu adanya berbagai sentuhan inovasi nan kreatif. Inovasi yang dimaksud adalah kekinian, memiliki nilai tambah, serta menarik bagi masyarakat, apalagi untuk generasi muda.

Hal inilah yang sejak beberapa waktu terakhir terus diupayakan jajaran Dinas Perpustakaan dan Arsip (Disperpusip) Provinsi Kalimantan Tengah, bersama para pemangku kepentingan lainnya.

Suasana ruang perpustakaan pada Disperpusip Kalteng. (ANTARA/Muhammad Arif Hidayat)
Disperpusip merangsang masyarakat, mulai dari anak-anak, remaja maupun dewasa, dengan berbagai program dan kegiatan berkaitan literasi yang benar-benar layak dinikmati semuanya.

Inovasi kegiatan-kegiatan literasi yang tak langsung mengajak seseorang untuk membaca, tetapi pada akhirnya mampu membuat seseorang mulai terbiasa dan senang untuk membaca.

Pelaksana Tugas Kepala Disperpusip Kalteng Luqman Alhakim mengatakan upaya-upaya ini merupakan implementasi dari perpustakaan yang memiliki peran memfasilitasi masyarakat mengembangkan potensi yang dimiliki.

Transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial merupakan suatu pendekatan pelayanan perpustakaan yang berkomitmen meningkatkan kualitas hidup serta kesejahteraan masyarakat pengguna perpustakaan.



Festival Literasi

Festival Literasi merupakan salah satu bagian dari upaya Disperpusip Kalteng meningkatkan apresiasi masyarakat dalam menciptakan minat baca, hingga mewujudkan kegemaran maupun budaya membaca.

Festival Literasi yang sudah terlaksana sejak tahun sebelumnya ini, mendapat respons positif serta antusiasme yang tinggi dari berbagai kalangan masyarakat untuk ikut berpartisipasi.

Pada 2021 Festival Literasi dilaksanakan dengan rangkaian kegiatan, seperti lomba mewarnai dan menggambar bagi anak-anak, lomba foto, resensi buku, webinar berbasis inklusi sosial, hingga webinar internasional lintas budaya.

Pada 2022 Festival Literasi kembali terlaksana dengan rangkaian kegiatan berbeda, namun tetap memiliki tujuan sama, di antaranya lomba menulis literasi, lomba video resensi buku, hingga lomba literasi challenge.

Rangkaian kegiatan tersebut sengaja diubah dan divariasikan sehingga tak sama dengan tahun sebelumnya, agar masyarakat tak jenuh serta tetap antusias.

Dinas perpustakaan berupaya selalu berinovasi, agar tujuan yang diinginkan yakni menumbuhkan minat baca hingga pada akhirnya masyarakat memiliki budaya baca yang baik, benar-benar tercapai.

Misalnya lomba menulis literasi, khusus diperuntukkan bagi kalangan jurnalis, sedangkan lomba resensi buku ditujukan untuk kalangan masyarakat umum, dan literasi challenge ditujukan bagi para pelajar.

Penyelanggara ingin memperluas jangkauan sasaran dari kegiatan yang dilaksanakan serta lebih spesifik lagi, sehingga budaya baca bisa terwujud secara merata dan semakin optimal.

Kegiatan-kegiatan ini pun kian inovatif dengan pemanfaatan kemajuan teknologi informasi, seperti halnya berbagai platform media sosial.

Seperti Literasi Challenge yang diperuntukkan bagi kelompok pelajar, dimana mereka diwajibkan menyelesaikan empat lomba, yakni video rell Instagram, karungut, yel-yel, hingga reli foto.

Begitu pula dengan resensi buku yang mengharuskan para peserta membuat video dengan durasi maksimal selama tiga menit dan kemudian diunggah di Instagram. Peserta diminta meresensi buku yang dia pilih, hingga melaksanakan ajakan untuk gemar membaca.

Kegiatan yang inovatif seperti inilah yang saat ini kita perlukan, untuk memupuk dan menumbuhkan minat serta kegemaran membaca masyarakat.



Sarana Penunjang

Tak akan maksimal rasanya jika semangat menumbuhkan budaya baca di tengah masyarakat terus dilakukan melalui berbagai inovasi kegiatan yang kreatif, namun tanpa ditunjang sarana prasarana memadai.

Untuk itulah, secara bertahap Disperpusip Kalteng terus berbenah dengan melengkapi maupun meningkatkan berbagai sarana prasarana yang dimiliki agar masyarakat semakin nyaman, termasuk untuk berkunjung ke perpustakaan.

Salah satu yang baru saja ditingkatkan adalah ruangan perpustakaan pada Disperpusip Kalteng, kini tak lagi lusuh ataupun ketinggalan zaman.

Wajah perpustakaan kini kian modern dan juga cukup 'Instagramable' untuk para pengunjung mengabadikan momen saat berada di ruangan.

Suasana ruang perpustakaan pada Disperpusip Kalteng. (ANTARA/Muhammad Arif Hidayat)
Salah seorang pengunjung, Eri, mengaku semakin nyaman dan senang datang ke perpustakaan, baik untuk mencari buku-buku yang ia butuhkan maupun menghabiskan waktu bersama teman-temannya.

Mahasiswi Universitas Palangka Raya ini merasakan ruang perpustakaan yang kian modern dan dilengkapi sarana prasarana memadai, membuat dirinya semakin nyaman saat membaca buku, maupun mengerjakan tugas kuliah.

Bagi pengunjung, sudah seharusnya perpustakaan seperti ini, sehingga bagi generasi muda akan semakin nyaman untuk datang, karena ruangannya semakin bagus dan tak kalah dengan kafe-kafe di luar sana.

Pengunjung perpustakaan lainnya yaitu Adam mengapresiasi upaya perpustakaan yang terus berbenah dan meningkatkan sarana prasarana penunjang bagi para pemustaka.

Karena kalau ruangannya nyaman, tentu masyarakat atau pemustaka akan semakin sering datang ke perpustakaan. Suasana itu penting, apalagi saat membaca buku.

Adapun laporan frekuensi bulanan sirkulasi peminjaman buku periode Januari-November 2022 berdasarkan anggota dan lokasi perpustakaan yang dirilis Disperpusip Kalteng, total jumlah peminjaman mencapai 7.831 buku, dengan jumlah judul sebanyak 6.559 buku, sedangkan anggota per pendaftaran Januari-November 2022 mencapai 7.306 orang.

Diharapkan ragam upaya melalui inovasi program dan kegiatan yang dilakukan ini, terus memacu tumbuh kembang budaya baca di tengah masyarakat, termasuk dukungan berbagai pihak untuk terlibat secara aktif dalam menyukseskan gerakan literasi.