Jakarta (ANTARA) - Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo mengatakan pertumbuhan ekonomi yang tidak merata di setiap wilayah masih menjadi persoalan yang perlu diatasi oleh Indonesia.

“Saat kita bicara kondisi perekonomian secara makro, kita melihat perekonomian masih relatif baik. Secara granular dan mikro, mungkin ini tantangan yang harus kita lihat,” kata Dody dalam diseminasi Laporan Nusantara serta Peluncuran Buku Manufaktur dan Pariwisata yang dipantau di Jakarta, Jumat.

Menurutnya, saat perekonomian nasional telah tumbuh kembali ke level sebelum pandemi COVID-19, perekonomian beberapa daerah belum pulih karena bukan daerah pengekspor, daerah industri manufaktur, ataupun penghasil jasa.

“Ini menjadi dasar Bank Indonesia untuk mengambil kebijakan. Kita akan melihat kondisi perekonomian secara lengkap dari secara agregat maupun setiap wilayah,” kata Dody.

Baca juga: BI: Mobilitas jadi kunci utama pertumbuhan Indonesia di 2023

Untuk itu sejak 2016 Bank Indonesia merilis Laporan Nusantara yang merupakan hasil karya 46 kantor cabang BI untuk memetakan kondisi perekonomian daerah yang menjadi dasar pengambilan kebijakan BI.

Ke depan BI juga akan terus melakukan pembauran kebijakan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi, menahan laju inflasi, dan melakukan stabilisasi sektor keuangan nasional.

Adapun sebelumnya Bank Indonesia kembali menaikkan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 50 basis poin menjadi 5,25 persen yang diyakini menjadi salah satu kebijakan yang tepat untuk diambil.

“Kenaikan suku bunga acuan menjadi kebijakan terakhir kita ambil, karena kita sadar stabilitas harus berjalan bersama dengan pertumbuhan ekonomi. Momentum pemulihan, khususnya di daerah, juga menjadi dasar kita melihat suku bunga sebagai salah satu revolusi kebijakan kita,” ucap Dody.

Baca juga: Gubernur BI turunkan proyeksi inflasi IHK 2022 menjadi 5,6 persen