Dolar di jalur kenaikan mingguan karena komentar "hawkish" pejabat Fed
18 November 2022 09:22 WIB
Dokumentasi. Teller Bank Mandiri menunjukkan uang pecahan Dolar AS dan Rupiah di Bank Mandiri KCP Jakarta DPR, Senin (7/1/2019). (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/ama).
Singapura (ANTARA) - Dolar menuju pekan terbaiknya dalam sebulan di awal perdagangan Asia pada Jumat pagi, karena pernyataan hawkish dari pejabat Federal Reserve dan data penjualan ritel yang lebih kuat dari perkiraan telah mengerem kemunduran yang dipicu oleh tanda-tanda pelemahan inflasi.
Dolar juga terbantu semalam oleh penurunan 0,4 peren sterling setelah anggaran Inggris untuk kenaikan pajak dan pemotongan pengeluaran mengecewakan investor.
Presiden Fed St Louis James Bullard adalah pejabat Fed terbaru yang mendorong kembali harapan pasar untuk jeda kenaikan suku bunga, mengatakan bahwa sekalipun di tengah asumsi dovish, suku bunga fed fund perlu naik setidaknya ke 5,0-5,25 persen untuk mengekang inflasi dari 3,75-4,0 persen saat ini.
Asumsi yang lebih pesimis akan merekomendasikan kenaikan di atas 7,0 persen, katanya.
Dolar naik tipis terhadap yen setelah komentar Bullard dan naik sekitar 1,2 persen sejauh minggu ini menjadi 140,36 yen. Dolar juga naik 0,9 persen terhadap dolar Australia semalam menjadi 0,6690 dolar AS per Aussie, dan berada di jalur untuk kenaikan mingguan pertama terhadap Aussie sejak pertengahan Oktober.
Indeks dolar AS naik sekitar 0,1 persen sejauh minggu ini menjadi 106,53, stabil setelah sedikit meleset karena inflasi AS pekan lalu memicu salah satu penurunan mingguan tertajam dolar di era nilai tukar mengambang bebas di tengah kegembiraan tentang berakhirnya kenaikan suku bunga.
"The Fed jelas tidak ingin mengakui (kemungkinan itu) dan mengatakan masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan," kata Jason Wong, ahli strategi senior di BNZ di Wellington.
"Pasar mencari konfirmasi lebih lanjut dari data tersebut," katanya, dengan pembacaan inflasi AS untuk November dan Desember penting untuk melihat tren.
Fed fund berjangka memperkirakan saat ini menyiratkan suku bunga puncak tepat di bawah 5,0 persen dan suku bunga akan mulai turun pada akhir 2023. Fed selanjutnya bertemu pada 13-14 Desember.
Awal pekan ini, data penjualan ritel yang lebih kuat dari perkiraan juga mengguncang harapan akan jeda kenaikan suku bunga, karena tampaknya menunjukkan konsumen tetap dalam mode belanja.
Di Jepang, data menunjukkan harga konsumen melonjak pada laju tercepat dalam 40 tahun, berpotensi memberi tekanan pada otoritas untuk mundur dari kebijakan moneter super-longgar, namun yen menunjukkan sedikit reaksi langsung.
Kemudian pada Jumat, data penjualan ritel Inggris akan dirilis, dan Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde termasuk di antara segelintir pembuat kebijakan yang akan berbicara.
Dolar Selandia Baru menguat di 0,6153 dolar AS karena para pedagang mengalihkan perhatian mereka ke pertemuan bank sentral minggu depan di Wellington, dengan pasar terbagi mengenai apakah kenaikan 50 basis poin atau 75 basis poin akan segera terjadi.
Baca juga: Wall Street turun tertekan komentar pejabat Fed yang "hawkish"
Baca juga: Minyak anjlok dipicu kekhawatiran kenaikan bunga AS dan COVID-19 China
Baca juga: Emas jatuh karena dolar menguat dan permintaan "safe-haven" berkurang
Dolar juga terbantu semalam oleh penurunan 0,4 peren sterling setelah anggaran Inggris untuk kenaikan pajak dan pemotongan pengeluaran mengecewakan investor.
Presiden Fed St Louis James Bullard adalah pejabat Fed terbaru yang mendorong kembali harapan pasar untuk jeda kenaikan suku bunga, mengatakan bahwa sekalipun di tengah asumsi dovish, suku bunga fed fund perlu naik setidaknya ke 5,0-5,25 persen untuk mengekang inflasi dari 3,75-4,0 persen saat ini.
Asumsi yang lebih pesimis akan merekomendasikan kenaikan di atas 7,0 persen, katanya.
Dolar naik tipis terhadap yen setelah komentar Bullard dan naik sekitar 1,2 persen sejauh minggu ini menjadi 140,36 yen. Dolar juga naik 0,9 persen terhadap dolar Australia semalam menjadi 0,6690 dolar AS per Aussie, dan berada di jalur untuk kenaikan mingguan pertama terhadap Aussie sejak pertengahan Oktober.
Indeks dolar AS naik sekitar 0,1 persen sejauh minggu ini menjadi 106,53, stabil setelah sedikit meleset karena inflasi AS pekan lalu memicu salah satu penurunan mingguan tertajam dolar di era nilai tukar mengambang bebas di tengah kegembiraan tentang berakhirnya kenaikan suku bunga.
"The Fed jelas tidak ingin mengakui (kemungkinan itu) dan mengatakan masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan," kata Jason Wong, ahli strategi senior di BNZ di Wellington.
"Pasar mencari konfirmasi lebih lanjut dari data tersebut," katanya, dengan pembacaan inflasi AS untuk November dan Desember penting untuk melihat tren.
Fed fund berjangka memperkirakan saat ini menyiratkan suku bunga puncak tepat di bawah 5,0 persen dan suku bunga akan mulai turun pada akhir 2023. Fed selanjutnya bertemu pada 13-14 Desember.
Awal pekan ini, data penjualan ritel yang lebih kuat dari perkiraan juga mengguncang harapan akan jeda kenaikan suku bunga, karena tampaknya menunjukkan konsumen tetap dalam mode belanja.
Di Jepang, data menunjukkan harga konsumen melonjak pada laju tercepat dalam 40 tahun, berpotensi memberi tekanan pada otoritas untuk mundur dari kebijakan moneter super-longgar, namun yen menunjukkan sedikit reaksi langsung.
Kemudian pada Jumat, data penjualan ritel Inggris akan dirilis, dan Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde termasuk di antara segelintir pembuat kebijakan yang akan berbicara.
Dolar Selandia Baru menguat di 0,6153 dolar AS karena para pedagang mengalihkan perhatian mereka ke pertemuan bank sentral minggu depan di Wellington, dengan pasar terbagi mengenai apakah kenaikan 50 basis poin atau 75 basis poin akan segera terjadi.
Baca juga: Wall Street turun tertekan komentar pejabat Fed yang "hawkish"
Baca juga: Minyak anjlok dipicu kekhawatiran kenaikan bunga AS dan COVID-19 China
Baca juga: Emas jatuh karena dolar menguat dan permintaan "safe-haven" berkurang
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022
Tags: