Pendekatan mitigasi dan adaptasi jadi strategi capai netralitas karbon
17 November 2022 14:57 WIB
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Tolo di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Sabtu (23/7/2022). ANTARA FOTO/Arnas Padda/wsj.
Jakarta (ANTARA) - Seluruh perusahaan dan pemilik bisnis kini didorong menerapkan dan mengintegrasikan environmental, social, and corporate governance (ESG) dalam praktik bisnisnya untuk mencapai keberlanjutan ekonomi.
Perusahaan pengembang aset karbon berdampak tinggi dari Indonesia, CarbonX telah menyiapkan strategi untuk mencapai target netralitas karbon melalui pendekatan berkesinambungan antara mitigasi dan adaptasi.
"Kami ingin memenuhi target NZE dengan memprioritaskan proyek yang berdampak tinggi. Kami mengurasi dan dengan cermat memilih, mendanai, dan mengimplementasikan proyek karbon yang memenuhi profil dan kriteria investasi kami," kata Managing Director CarbonX Ken Sauer dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Ken Sauer menuturkan banyak negara dan perusahaan yang menghasilkan emisi karbon tinggi kini sudah mulai melirik langkah-langkah mitigasi yang potensial.
Sementara itu, kurangnya perhatian masih terlihat jelas dalam usaha untuk memberikan dampak nyata guna mewujudkan ketahanan masyarakat dari dampak buruk perubahan iklim, khususnya dari pihak swasta.
Bahkan, National Adaptation Plan (NAP) menyatakan bahwa dibutuhkan dana sekitar Rp840 triliun untuk menjadi negara yang tahan iklim. Partisipasi sektor swasta dapat membantu mengisi kesenjangan pembiayaan, serta mencapai hasil nyata dalam peningkatan mata pencaharian masyarakat dan ketahanan ekosistem.
"Kami tidak hanya berfokus pada pengurangan emisi dalam proyek-proyek, tetapi juga pada dampak jangka panjang setiap proyek bagi masyarakat dan lingkungan," kata Ken Sauer.
Sementara itu, Direktur Investasi CarbonX Dessi Yuliana mengatakan proyek karbon dan keterlibatan masyarakat akan berjalan seiringan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Proyek karbon melibatkan masyarakat lokal dalam kegiatan rehabilitasi hutan serta dalam mengembangkan dan memasarkan produk pertanian berkelanjutan dan mata pencaharian alternatif lainnya.
"Kami juga akan berkolaborasi dengan pemodal mikro di area proyek untuk memastikan keberlanjutan aksi di lapangan. Target kami sebagai pengembang proyek karbon adalah menghasilkan pengurangan emisi berkualitas tinggi, meningkatkan mata pencaharian masyarakat lokal, dan menciptakan peluang kerja baru yang sesuai dengan model pertumbuhan hijau," imbuh Dessi.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan ada peluang besar bagi Indonesia untuk menghasilkan nilai ekonomi yang memiliki dampak nyata baik bagi manusia maupun planet ini.
Oleh karena itu, CarbonX siap dan bersedia bekerja sama dengan pemerintah dan semua pihak terkait untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan sesuai dengan misi B20 untuk mencapai ekonomi global yang kuat, berkelanjutan, dan seimbang.
Baca juga: Menko Airlangga: Transisi energi harus adil dan terjangkau masyarakat
Baca juga: ESDM: RI targetkan netralitas karbon selaras tren kebijakan global
Baca juga: Menteri ESDM: Implementasi karbon netral harus akuntabel & transparan
Perusahaan pengembang aset karbon berdampak tinggi dari Indonesia, CarbonX telah menyiapkan strategi untuk mencapai target netralitas karbon melalui pendekatan berkesinambungan antara mitigasi dan adaptasi.
"Kami ingin memenuhi target NZE dengan memprioritaskan proyek yang berdampak tinggi. Kami mengurasi dan dengan cermat memilih, mendanai, dan mengimplementasikan proyek karbon yang memenuhi profil dan kriteria investasi kami," kata Managing Director CarbonX Ken Sauer dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Ken Sauer menuturkan banyak negara dan perusahaan yang menghasilkan emisi karbon tinggi kini sudah mulai melirik langkah-langkah mitigasi yang potensial.
Sementara itu, kurangnya perhatian masih terlihat jelas dalam usaha untuk memberikan dampak nyata guna mewujudkan ketahanan masyarakat dari dampak buruk perubahan iklim, khususnya dari pihak swasta.
Bahkan, National Adaptation Plan (NAP) menyatakan bahwa dibutuhkan dana sekitar Rp840 triliun untuk menjadi negara yang tahan iklim. Partisipasi sektor swasta dapat membantu mengisi kesenjangan pembiayaan, serta mencapai hasil nyata dalam peningkatan mata pencaharian masyarakat dan ketahanan ekosistem.
"Kami tidak hanya berfokus pada pengurangan emisi dalam proyek-proyek, tetapi juga pada dampak jangka panjang setiap proyek bagi masyarakat dan lingkungan," kata Ken Sauer.
Sementara itu, Direktur Investasi CarbonX Dessi Yuliana mengatakan proyek karbon dan keterlibatan masyarakat akan berjalan seiringan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Proyek karbon melibatkan masyarakat lokal dalam kegiatan rehabilitasi hutan serta dalam mengembangkan dan memasarkan produk pertanian berkelanjutan dan mata pencaharian alternatif lainnya.
"Kami juga akan berkolaborasi dengan pemodal mikro di area proyek untuk memastikan keberlanjutan aksi di lapangan. Target kami sebagai pengembang proyek karbon adalah menghasilkan pengurangan emisi berkualitas tinggi, meningkatkan mata pencaharian masyarakat lokal, dan menciptakan peluang kerja baru yang sesuai dengan model pertumbuhan hijau," imbuh Dessi.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan ada peluang besar bagi Indonesia untuk menghasilkan nilai ekonomi yang memiliki dampak nyata baik bagi manusia maupun planet ini.
Oleh karena itu, CarbonX siap dan bersedia bekerja sama dengan pemerintah dan semua pihak terkait untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan sesuai dengan misi B20 untuk mencapai ekonomi global yang kuat, berkelanjutan, dan seimbang.
Baca juga: Menko Airlangga: Transisi energi harus adil dan terjangkau masyarakat
Baca juga: ESDM: RI targetkan netralitas karbon selaras tren kebijakan global
Baca juga: Menteri ESDM: Implementasi karbon netral harus akuntabel & transparan
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: