Artikel
Puk cue Kepulauan Seribu perlu manfaatkan tren berburu kuliner unik
Oleh Abdu Faisal
16 November 2022 18:26 WIB
Pembuat puk cue, Saidah, menyajikan kuliner olahan tongkol cue mirip pempek di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu Utara. ANTARA/HO-Kominfotik Kepulauan Seribu
Jakarta (ANTARA) - Puk cue merupakan makanan olahan berbahan baku utama ikan tongkol cue. Kudapan ini khas Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, dengan rasa mirip pempek palembang yang biasanya terbuat dari ikan tengiri giling. Bedanya, pempek palembang disajikan dengan kuah cuko yang terbuat dari gula aren dengan bumbu cabai, bawang putih, serta cuka, sedangkan puk cue lazim disajikan dengan saus sambal kacang.
Bagi wisatawan yang tengah melancong ke Kepualau Seribu bisa mencicipi kelezatan puk cue langsung dari pembuatnya di Pulau Panggang.
Pembuat puk cue, Saidah, menceritakan nama camilan khas ini merupakan kependekan dari kerupuk cue. Perempuan 51 tahun ini memproduksi camilan berasa gurih ini dari rumahnya di Jalan Kyai Haji Mursalin, RT05/RW02 Pulau Panggang.
Ibu rumah tangga merangkap pembuat puk cue itu merintis usahanya pada tahun 1992. Tepatnya, saat dirinya masih gadis, mewarisi resep dan usahanya dari keluarga.
Memanfaatkan ruangan di depan rumah, ia memproduksi puk cue dengan bahan-bahan berupa tepung tapioka, ikan, dan kacang dengan berbekal alat penggilingan sederhana.
Saidah menjual dagangannya secara berkeliling ke permukiman warga. Di balik kesulitan pasti ada kemudahan. Prinsip itulah yang diyakini perempuan setengah baya asal Pulau Panggang, Kepulauan Seribu Utara itu, saat menjajakan dagangannya.
Dari hasil usaha berjualan puk cue, ia bisa membantu perekonomian keluarga. Saidah mulai sibuk sejak pagi dengan mempersiapkan perlengkapan bahan-bahan kemudian membuat olahan kudapan berbahan ikan tongkol cue.
Meski penghasilannya tidak besar, Saidah bersyukur usaha produksinya berjalan lancar. Apalagi selama ini dalam menjalankan usahanya juga dibantu saudara-saudaranya.
Dalam sehari, ia bisa memproduksi puk cue antara 8-12 kilogram. Puk cue dijual satuan dengan harga Rp3.000. Jika gelondongan, misalnya, sebagai oleh-oleh, harga per kemasan dengan berat 500 gram dibanderol Rp30 ribu.
Ada yang masih menjadi obsesi Saidah, yakni bagaimana menciptakan kemasan yang menarik sehingga produknya kian diminati banyak orang. Oleh karena itu, ia bertekad mempercantik kemasan dagangannya supaya lebih bernilai jual tinggi.
Berkat usahanya itu pula, Saidah dan keluarganya masih tetap bisa bertahan ketika pandemi COVID-19 melanda negeri ini.
Sejauh ini, puk cue produksinya masih dijual di dalam pulau saja. Namun sesekali ada yang pesan untuk acara-acara di kelurahan, puskesmas, dan kepolisian. Ada juga yang memesan untuk oleh-oleh dari luar pulau seperti Jakarta.
Ia ingin mengembangkan usahanya dengan memperluas pasar termasuk ke luar kabupaten.
Ramah kantong
Masyarakat Kepulauan Seribu biasa menjadikan puk cue sebagai salah satu makanan ringan untuk berbuka puasa, tapi juga lazim dijadikan camilan sehari-hari.
Yanti, 40 tahun, mengaku suka dengan puk cue buatan Saidah karena rasanya gurih, lezat, dan harganya pun ramah di kantong.
Sebagai konsumen, ia berharap Saidah bisa berinovasi sehingga bentuk dan rasanya lebih bervariasi.
Dukungan Suku Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Kepulauan Seribu berupa tampilnya puk cue sebagai salah satu kuliner khas yang mengisi bazar hajatan tradisi budaya di halaman Plaza Kabupaten Pulau Pramuka, Kelurahan Pulau Panggang pada 26-27 November mendatang.
Apalagi puk cue juga telah dipromosikan secara luas oleh Bupati Kepulauan Seribu Junaedi sebagai kuliner khas kabupaten ini beberapa bulan lalu.
Dari bazar kuliner khas Kepulauan Seribu di Pulau Pramuka nanti diharapkan bisa menarik minat wisatawan lokal maupun mancanegara, agar mereka tahun betapa lezat dan bergizinya puk cue khas Kepulauan Seribu.
Selain puk cue, ragam jajanan khas Kepulauan Seribu lainnya bisa dihadirkan pada hajatan tradisi budaya nanti, mengingat nama-namanya unik. Seperti kue beras janda, puding pisang barongko, hingga kue klepon kelapa.
Hajatan tradisi budaya rencananya diisi juga dengan beragam pentas kesenian dan kebudayaan dari masyarakat Pulau Pramuka, yaitu tradisi pulang babang, penganten sunat, lomba hias kapal, lomba masak, hingga pergelaran musik Betawi.
Berdasarkan data Suku Dinas Parekraf Kepulauan Seribu pada 2019, kunjungan wisata ke kabupaten ini rata-rata mencapai 800 ribu hingga 850 ribu orang per tahun, 90 persen di antaranya wisatawan domestik, sisanya 10 persen turis mancanegara.
Sempat turun pada 2020 karena pandemi COVID-19, namun sepanjang Januari hingga Agustus 2022, jumlah kunjungan wisatawan Kepulauan Seribu mencapai 4.612 orang atau naik 50 persen dibanding periode sama tahun 2021 yang mencapai 2.853 orang.
Sekitar 2.000 wisatawan dari berbagai daerah berlibur ke Kabupaten Kepulauan Seribu pada hari kedua Idul Fitri 1443 Hijriah atau 3 Mei 2022.
Kuliner dan atraksi budaya bisa menjadi daya tarik Kepulauan Seribu untuk menambah jumlah wisatawan, selain gugusan pulau-pulau nan eksotik yang dihiasi panorama alam yang memesona.
Kuliner khas dengan rasa lezat dan bergizi bukan saja menjadi pelengkap destinasi wisata, melainkan menjadi daya tarik tersendiri.
Wisatawan zaman sekarang rela melancong ke berbagai daerah dengan biaya tidak sedikit demi mendapatkan makanan khas. Tren ini menjadi kesempatkan bagi produsen puk cue Kepulauan Seribu untuk meraup cuan lebih besar.
Bagi wisatawan yang tengah melancong ke Kepualau Seribu bisa mencicipi kelezatan puk cue langsung dari pembuatnya di Pulau Panggang.
Pembuat puk cue, Saidah, menceritakan nama camilan khas ini merupakan kependekan dari kerupuk cue. Perempuan 51 tahun ini memproduksi camilan berasa gurih ini dari rumahnya di Jalan Kyai Haji Mursalin, RT05/RW02 Pulau Panggang.
Ibu rumah tangga merangkap pembuat puk cue itu merintis usahanya pada tahun 1992. Tepatnya, saat dirinya masih gadis, mewarisi resep dan usahanya dari keluarga.
Memanfaatkan ruangan di depan rumah, ia memproduksi puk cue dengan bahan-bahan berupa tepung tapioka, ikan, dan kacang dengan berbekal alat penggilingan sederhana.
Saidah menjual dagangannya secara berkeliling ke permukiman warga. Di balik kesulitan pasti ada kemudahan. Prinsip itulah yang diyakini perempuan setengah baya asal Pulau Panggang, Kepulauan Seribu Utara itu, saat menjajakan dagangannya.
Dari hasil usaha berjualan puk cue, ia bisa membantu perekonomian keluarga. Saidah mulai sibuk sejak pagi dengan mempersiapkan perlengkapan bahan-bahan kemudian membuat olahan kudapan berbahan ikan tongkol cue.
Meski penghasilannya tidak besar, Saidah bersyukur usaha produksinya berjalan lancar. Apalagi selama ini dalam menjalankan usahanya juga dibantu saudara-saudaranya.
Dalam sehari, ia bisa memproduksi puk cue antara 8-12 kilogram. Puk cue dijual satuan dengan harga Rp3.000. Jika gelondongan, misalnya, sebagai oleh-oleh, harga per kemasan dengan berat 500 gram dibanderol Rp30 ribu.
Ada yang masih menjadi obsesi Saidah, yakni bagaimana menciptakan kemasan yang menarik sehingga produknya kian diminati banyak orang. Oleh karena itu, ia bertekad mempercantik kemasan dagangannya supaya lebih bernilai jual tinggi.
Berkat usahanya itu pula, Saidah dan keluarganya masih tetap bisa bertahan ketika pandemi COVID-19 melanda negeri ini.
Sejauh ini, puk cue produksinya masih dijual di dalam pulau saja. Namun sesekali ada yang pesan untuk acara-acara di kelurahan, puskesmas, dan kepolisian. Ada juga yang memesan untuk oleh-oleh dari luar pulau seperti Jakarta.
Ia ingin mengembangkan usahanya dengan memperluas pasar termasuk ke luar kabupaten.
Ramah kantong
Masyarakat Kepulauan Seribu biasa menjadikan puk cue sebagai salah satu makanan ringan untuk berbuka puasa, tapi juga lazim dijadikan camilan sehari-hari.
Yanti, 40 tahun, mengaku suka dengan puk cue buatan Saidah karena rasanya gurih, lezat, dan harganya pun ramah di kantong.
Sebagai konsumen, ia berharap Saidah bisa berinovasi sehingga bentuk dan rasanya lebih bervariasi.
Dukungan Suku Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Kepulauan Seribu berupa tampilnya puk cue sebagai salah satu kuliner khas yang mengisi bazar hajatan tradisi budaya di halaman Plaza Kabupaten Pulau Pramuka, Kelurahan Pulau Panggang pada 26-27 November mendatang.
Apalagi puk cue juga telah dipromosikan secara luas oleh Bupati Kepulauan Seribu Junaedi sebagai kuliner khas kabupaten ini beberapa bulan lalu.
Dari bazar kuliner khas Kepulauan Seribu di Pulau Pramuka nanti diharapkan bisa menarik minat wisatawan lokal maupun mancanegara, agar mereka tahun betapa lezat dan bergizinya puk cue khas Kepulauan Seribu.
Selain puk cue, ragam jajanan khas Kepulauan Seribu lainnya bisa dihadirkan pada hajatan tradisi budaya nanti, mengingat nama-namanya unik. Seperti kue beras janda, puding pisang barongko, hingga kue klepon kelapa.
Hajatan tradisi budaya rencananya diisi juga dengan beragam pentas kesenian dan kebudayaan dari masyarakat Pulau Pramuka, yaitu tradisi pulang babang, penganten sunat, lomba hias kapal, lomba masak, hingga pergelaran musik Betawi.
Berdasarkan data Suku Dinas Parekraf Kepulauan Seribu pada 2019, kunjungan wisata ke kabupaten ini rata-rata mencapai 800 ribu hingga 850 ribu orang per tahun, 90 persen di antaranya wisatawan domestik, sisanya 10 persen turis mancanegara.
Sempat turun pada 2020 karena pandemi COVID-19, namun sepanjang Januari hingga Agustus 2022, jumlah kunjungan wisatawan Kepulauan Seribu mencapai 4.612 orang atau naik 50 persen dibanding periode sama tahun 2021 yang mencapai 2.853 orang.
Sekitar 2.000 wisatawan dari berbagai daerah berlibur ke Kabupaten Kepulauan Seribu pada hari kedua Idul Fitri 1443 Hijriah atau 3 Mei 2022.
Kuliner dan atraksi budaya bisa menjadi daya tarik Kepulauan Seribu untuk menambah jumlah wisatawan, selain gugusan pulau-pulau nan eksotik yang dihiasi panorama alam yang memesona.
Kuliner khas dengan rasa lezat dan bergizi bukan saja menjadi pelengkap destinasi wisata, melainkan menjadi daya tarik tersendiri.
Wisatawan zaman sekarang rela melancong ke berbagai daerah dengan biaya tidak sedikit demi mendapatkan makanan khas. Tren ini menjadi kesempatkan bagi produsen puk cue Kepulauan Seribu untuk meraup cuan lebih besar.
Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2022
Tags: