Bulog: Stok cadangan beras pemerintah menipis
16 November 2022 15:42 WIB
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi IV DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (27/6/2022). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/aww
Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan saat ini stok cadangan beras pemerintah (CBP) menipis sehubungan pihaknya mengalami kendala dalam penyerapan beras di tingkat produsen karena ketersediaan terbatas dan harga jual yang tinggi.
Budi Waseso dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IV DPR RI di Jakarta, Rabu, mengatakan, pihaknya kesulitan mendapatkan beras atau gabah di tingkat produsen karena keterbatasan pasokan di tingkat penggilingan maupun petani.
Saat ini stok CBP di gudang Bulog mencapai 651 ribu ton dari yang ditargetkan seharusnya 1,2 juta ton.
"Dari target yang kita alokasikan, kita sudah kumpulkan semua penggilingan dengan mitra kita. Yang tadinya sudah disepakati sampai Desember 2022 kita bisa serap 500 ribu ton sudah ada kontraknya, tapi sampai hari ini kita hanya bisa mampu menyerap 92 ribu ton dari target 500 ribu ton," kata Budi Waseso.
Budi Waseso atau yang akrab disapa Buwas mengatakan penyebab langkanya beras atau gabah di tingkat produsen dikarenakan produksi yang menurun.
Dia mengatakan berdasarkan pantauan tim Bulog di lapangan, perubahan cuaca menyebabkan gagal panen di sejumlah wilayah.
"Selain ada anomali cuaca, kita harus sadari kita tidak bisa pastikan hasil panen sesuai dengan fakta di lapangan, pasti produktivitas gabah pasti turun. Karena di beberapa wilayah, Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung juga terendam banjir sawah yang sudah mau panen, sehingga akan memengaruhi jumlah yang akan panen," kata Buwas.
Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan kenaikan harga beras atau gabah terjadi sejak Juli 2022 hingga saat ini. Kenaikan harga terjadi karena naiknya ongkos produksi lantaran harga pupuk yang juga meningkat, serta kenaikan harga BBM.
Arief mengatakan, sebelumnya Bulog membeli beras atau gabah level medium untuk CBP seharga Rp8.300 per kg di tingkat produsen dan mudah mendapatkannya. Sementara saat ini Bulog menaikkan harga pembelian beras medium menjadi Rp8.800 per kg tetap tidak dapat membelinya karena produsen baru mau menjual di harga Rp8.900 per kg.
Selanjutnya Bulog membeli beras komersial dengan harga yang lebih tinggi dan mengikuti harga pasar pun masih belum mencukupi untuk pemenuhan stok karena keterbatasan pasokan.
Terakhir, kata Buwas, harga beras komersial di tingkat produsen sudah mencapai Rp10.500 per kg atau bahkan Rp11 ribu per kg.
Badan Pangan Nasional menugaskan Bulog untuk melakukan penyerapan beras atau gabah untuk CBP hingga 1,2 juta ton sampai akhir 2022.
Buwas menegaskan bahwa target pemenuhan stok CBP hingga 1,2 juta ton sampai akhir 2022 dipastikan tidak akan tercapai apabila hanya mengandalkan serapan dalam negeri lantaran pasokan yang rendah karena penurunan produksi.
Oleh karena itu Buwas mengatakan diperlukan adanya alternatif pemenuhan stok CBP dari luar negeri alias impor yang harus dilakukan dengan segera.
Baca juga: Airlangga optimistis CBP capai 1 juta ton akhir 2022
Baca juga: NFA targetkan cadangan beras sampai 1,2 juta ton
Baca juga: Badan Pangan Nasional rilis regulasi penyaluran CBP guna tekan inflasi
Budi Waseso dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IV DPR RI di Jakarta, Rabu, mengatakan, pihaknya kesulitan mendapatkan beras atau gabah di tingkat produsen karena keterbatasan pasokan di tingkat penggilingan maupun petani.
Saat ini stok CBP di gudang Bulog mencapai 651 ribu ton dari yang ditargetkan seharusnya 1,2 juta ton.
"Dari target yang kita alokasikan, kita sudah kumpulkan semua penggilingan dengan mitra kita. Yang tadinya sudah disepakati sampai Desember 2022 kita bisa serap 500 ribu ton sudah ada kontraknya, tapi sampai hari ini kita hanya bisa mampu menyerap 92 ribu ton dari target 500 ribu ton," kata Budi Waseso.
Budi Waseso atau yang akrab disapa Buwas mengatakan penyebab langkanya beras atau gabah di tingkat produsen dikarenakan produksi yang menurun.
Dia mengatakan berdasarkan pantauan tim Bulog di lapangan, perubahan cuaca menyebabkan gagal panen di sejumlah wilayah.
"Selain ada anomali cuaca, kita harus sadari kita tidak bisa pastikan hasil panen sesuai dengan fakta di lapangan, pasti produktivitas gabah pasti turun. Karena di beberapa wilayah, Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung juga terendam banjir sawah yang sudah mau panen, sehingga akan memengaruhi jumlah yang akan panen," kata Buwas.
Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan kenaikan harga beras atau gabah terjadi sejak Juli 2022 hingga saat ini. Kenaikan harga terjadi karena naiknya ongkos produksi lantaran harga pupuk yang juga meningkat, serta kenaikan harga BBM.
Arief mengatakan, sebelumnya Bulog membeli beras atau gabah level medium untuk CBP seharga Rp8.300 per kg di tingkat produsen dan mudah mendapatkannya. Sementara saat ini Bulog menaikkan harga pembelian beras medium menjadi Rp8.800 per kg tetap tidak dapat membelinya karena produsen baru mau menjual di harga Rp8.900 per kg.
Selanjutnya Bulog membeli beras komersial dengan harga yang lebih tinggi dan mengikuti harga pasar pun masih belum mencukupi untuk pemenuhan stok karena keterbatasan pasokan.
Terakhir, kata Buwas, harga beras komersial di tingkat produsen sudah mencapai Rp10.500 per kg atau bahkan Rp11 ribu per kg.
Badan Pangan Nasional menugaskan Bulog untuk melakukan penyerapan beras atau gabah untuk CBP hingga 1,2 juta ton sampai akhir 2022.
Buwas menegaskan bahwa target pemenuhan stok CBP hingga 1,2 juta ton sampai akhir 2022 dipastikan tidak akan tercapai apabila hanya mengandalkan serapan dalam negeri lantaran pasokan yang rendah karena penurunan produksi.
Oleh karena itu Buwas mengatakan diperlukan adanya alternatif pemenuhan stok CBP dari luar negeri alias impor yang harus dilakukan dengan segera.
Baca juga: Airlangga optimistis CBP capai 1 juta ton akhir 2022
Baca juga: NFA targetkan cadangan beras sampai 1,2 juta ton
Baca juga: Badan Pangan Nasional rilis regulasi penyaluran CBP guna tekan inflasi
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2022
Tags: