Singapura (ANTARA) - Harga minyak turun di perdagangan Asia pada Rabu sore, karena kasus COVID-19 di China terus meningkat, memicu kekhawatiran permintaan bahan bakar lebih rendah di importir minyak mentah utama dunia yang melebihi kekhawatiran tentang peningkatan ketegangan geopolitik dan pasokan minyak yang lebih ketat.

Minyak mentah berjangka Brent tergelincir 33 sen atau 0,4 persen, menjadi diperdagangkan di 93,53 dolar AS per barel pada pukul 07.37 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS merosot 44 sen atau 0,5 persen, menjadi diperdagangkan di 86,48 dolar AS per barel. Kedua harga acuan turun lebih dari satu dolar AS di awal sesi.

Harga minyak menetap lebih tinggi pada Selasa (15/11/2022) setelah pasokan minyak ke bagian Eropa Timur dan Tengah melalui bagian pipa Druzhba dihentikan sementara, menurut operator pipa minyak di Hongaria dan Slovakia.

Gangguan tersebut terjadi bersamaan dengan ledakan di sebuah desa di Polandia timur dekat perbatasan Ukraina yang menewaskan dua orang dan meningkatkan kemungkinan bahwa konflik Rusia-Ukraina dapat meluas.

Tetapi setelah "reli mendadak harga minyak, tindak lanjut pasar yang hangat mencerminkan kehati-hatian yang signifikan yang akan diambil untuk menghindari eskalasi," kata Stephen Innes, mitra pengelola di SPI Asset Management.

Komentar Presiden AS Joe Biden bahwa rudal itu mungkin tidak ditembakkan dari Rusia juga membantu meredakan kekhawatiran eskalasi langsung, kata Innes.

Di China, meningkatnya kasus COVID-19 membebani sentimen meskipun ada harapan yang muncul dengan pelonggaran pembatasan virus minggu ini.

"Dari semua pertimbangan, China bertahan dengan kebijakan nol-COVID, yang merupakan peredam alami sentimen pasar minyak," kata Vandana Hari, pendiri Vanda Insights di Singapura.

Itu telah mengurangi prospek pertumbuhan permintaan minyak, dengan Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan pertumbuhan permintaan melambat menjadi 1,6 juta barel per hari pada 2023 dari 2,1 juta barel per hari tahun ini.

Sebelumnya, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global 2022 untuk kelima kalinya sejak April dengan alasan meningkatnya tantangan ekonomi.

Data industri menunjukkan penurunan stok minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan memberikan beberapa dukungan untuk harga minyak.

Persediaan minyak mentah AS turun sekitar 5,8 juta barel untuk pekan yang berakhir 11 November, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute (API).

Sebagai perbandingan, tujuh analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan rata-rata persediaan minyak mentah turun sekitar 400.000 barel.

Data persediaan resmi AS dari Badan Informasi Energi (EIA) akan dirilis pada pukul 10.30 waktu setempat (15.30 GMT).

Di Amerika Serikat, indeks harga produsen meningkat lebih rendah dari yang diperkirakan pada Oktober, menunjukkan inflasi mulai mereda, yang memungkinkan Federal Reserve untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga yang agresif.

Baca juga: Harga minyak menetap lebih tinggi karena gangguan pipa minyak Druzhba

Baca juga: Minyak beragam di tengah kekhawatiran COVID China dan pasokan ketat