Jakarta (ANTARA) - Direktur Pengkajian Materi Pembinaan Ideologi Pancasila pada Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Aris Heru Utomo menilai tema Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, "Recover Together, Recover Stronger" menjadi kesempatan Indonesia untuk menonjolkan nilai-nilai Pancasila.

"Melalui tema dan isu utama tersebut, Indonesia berkesempatan menonjolkan kelebihan nilai-nilai yang dimiliki, terutama nilai yang terkandung di dalam sila-sila Pancasila yang memiliki pandangan dunia yang visioner dan tahan banting," kata Aris dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin.

Sebagai pemegang tampuk Presidensi G20, Indonesia berada dalam posisi ideal untuk memainkan perannya dalam tataran global, antara lain melalui penentuan tema dan agenda konferensi yaitu Recover Together, Recover Stronger, dengan tiga isu utama untuk KTT G20 tahun 2022 ini yaitu energi terbarukan, kesehatan, dan dunia digital.

Aris menilai, prinsip-prinsip dalam Pancasila mampu mengantisipasi dan merekonsiliasikan paham-paham yang saling bertentangan.

Baca juga: Presiden Jokowi tekankan G20 harus hasilkan kerja sama konkret

Baca juga: Akademisi: Penyelenggaraan G20 di Bali bukti dunia apresiasi RI


Terjadinya pertumbuhan ekonomi Indonesia yang signifikan di tengah pandemi, nyaris tidak adanya kekerasan politik dibanding negara lain, hingga hubungan antaragama yang harmonis, menunjukkan bahwa model ko-eksistensi (kehidupbersamaan) dapat hidup dalam tataran global, ucap Aris.

"Keberhasilan Indonesia mencegah dan menangani kekerasan-kekerasan yang berbau identitas, terutama agama dan etnis, kiranya dapat dijadikan contoh. Indonesia luput dari kristalisasi agama dan paham nasionalisme sempit yang menjadi akar konflik di berbagai negara karena lebih menonjolkan nilai kebersamaan daripada perbedaan berdasarkan Pancasila," ucapnya.

Menyikapi ketidakhadiran Presiden Rusia Vladimir Putin yang banyak dipertanyakan publik, Aris melanjutkan, pemerintah Indonesia dapat memaklumi alasan ketidakhadirannya.

"Ketidakhadiran pemimpin Rusia sesungguhnya tidak terlalu berpengaruh besar, karena sejati nya pertemuan G20 merupakan forum ekonomi global yang bertujuan untuk mencapai kesepakatan bersama terkait solusi paling efektif untuk krisis multidimensi yang sedang berlangsung. Solusi yang didasarkan pada model ko-eksistensi (kehidupbersamaan) dalam tataran global yang ditawarkan Indonesia," tutur Aris.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa diluncurkan nya dana penanganan pandemi (Pandemic Fund) pada 13 November 2022 menunjukkan bahwa model ko-eksistensi dapat diaktualisasikan sebagai model pembiayaan yang mumpuni untuk mencegah dan menghadapi pandemi di masa yang akan datang.

Baca juga: Presiden Jokowi paparkan ekonomi RI terus tumbuh di tengah krisis

"Melalui dana penanganan pandemi, maka negara-negara G20 dapat mendorong penguatan arsitektur kesehatan global untuk mewujudkan sistem kesehatan global yang tahan terhadap risiko," kata Aris.

Akhirnya, tutur Aris melanjutkan, melalui Presidensi Indonesia di G20 dan penyelenggaraan KTT G20 di Bali, masyarakat melihat bahwa Pancasila telah berdiri sederajat dengan beranekaragam aliran sistem ekonomi-politik dunia di dalam Taman Sari Dunia.

"Merujuk pada pidato Bung Karno pada 1 Juni 1945, istilah Taman Sari Dunia menunjuk pada keberadaan negara-negara dunia yang beranekaragam aliran sistem ekonomi-politik dan ideologi nya, tetapi berdiri sederajat," ujar Aris.