Wamenkeu: Transformasi digital atasi permasalahan sektor keuangan
14 November 2022 11:33 WIB
Tangkapan layar Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam Seminar Nasional Universitas Dhyana Pura yang dipantau di Jakarta, Senin (14/11/2022). (ANTARA/Sanya Dinda)
Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara menyebut transformasi digital bisa mengatasi berbagai permasalahan sektor keuangan, seperti tingkat literasi keuangan nasional yang masih rendah.
“Digital banking, fintech, dan peningkatan inklusi keuangan berbasis digital, bahkan penciptaan instrumen baru, semuanya untuk mengatasi permasalahan di sektor keuangan sangat berkaitan dengan digitalisasi,” kata Wamenkeu Suahasil dalam Seminar Nasional Universitas Dhyana Pura yang dipantau di Jakarta, Senin.
Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2022, indeks literasi keuangan Indonesia mencapai 49,68 persen yang dinilai lebih rendah dibandingkan negara-negara lain, terutama negara maju.
“Di samping itu biaya transaksi di sektor keuangan juga masih tinggi, yang mana ini tidak terlepas dari literasi dan akses kepada jasa keuangan yang masih rendah,” ucap Wamenkeu Suahasil.
Baca juga: Mengembangkan sektor keuangan dengan transformasi digital
Jenis instrumen keuangan juga dinilainya masih terbatas sehingga belum mampu memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat.
Kepercayaan dan perlindungan investor serta konsumen di sektor keuangan, kata dia, juga masih perlu ditingkatkan, baik perlindungan dari risiko maupun kerusakan infrastruktur teknologi.
“Begitu pula kebutuhan untuk penguatan kerja sama antar lembaga dalam menangani stabilitas sektor keuangan perlu dipenuhi,” kata Wamenkeu Suahasil.
Ia mengatakan masyarakat perlu dipermudah untuk mengakses berbagai layanan keuangan, sumber pembiayaan jangka panjang juga perlu diperluas, daya saing dan efisiensi pun perlu ditingkatkan, termasuk dengan membangun instrumen keuangan baru.
“Mitigasi risiko harus diperkuat, begitu pula perlindungan investor dan konsumen,” ucap Wamenkeu Suahasil Nazara.
Baca juga: Kemenkominfo dukung transformasi digital sektor keuangan
“Digital banking, fintech, dan peningkatan inklusi keuangan berbasis digital, bahkan penciptaan instrumen baru, semuanya untuk mengatasi permasalahan di sektor keuangan sangat berkaitan dengan digitalisasi,” kata Wamenkeu Suahasil dalam Seminar Nasional Universitas Dhyana Pura yang dipantau di Jakarta, Senin.
Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2022, indeks literasi keuangan Indonesia mencapai 49,68 persen yang dinilai lebih rendah dibandingkan negara-negara lain, terutama negara maju.
“Di samping itu biaya transaksi di sektor keuangan juga masih tinggi, yang mana ini tidak terlepas dari literasi dan akses kepada jasa keuangan yang masih rendah,” ucap Wamenkeu Suahasil.
Baca juga: Mengembangkan sektor keuangan dengan transformasi digital
Jenis instrumen keuangan juga dinilainya masih terbatas sehingga belum mampu memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat.
Kepercayaan dan perlindungan investor serta konsumen di sektor keuangan, kata dia, juga masih perlu ditingkatkan, baik perlindungan dari risiko maupun kerusakan infrastruktur teknologi.
“Begitu pula kebutuhan untuk penguatan kerja sama antar lembaga dalam menangani stabilitas sektor keuangan perlu dipenuhi,” kata Wamenkeu Suahasil.
Ia mengatakan masyarakat perlu dipermudah untuk mengakses berbagai layanan keuangan, sumber pembiayaan jangka panjang juga perlu diperluas, daya saing dan efisiensi pun perlu ditingkatkan, termasuk dengan membangun instrumen keuangan baru.
“Mitigasi risiko harus diperkuat, begitu pula perlindungan investor dan konsumen,” ucap Wamenkeu Suahasil Nazara.
Baca juga: Kemenkominfo dukung transformasi digital sektor keuangan
Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022
Tags: