Jakarta (ANTARA) - Harga minyak naik tajam pada Jumat (11/11) didukung oleh optimisme pasar terhadap prospek permintaan energi di China.
West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember naik 2,49 dolar AS (1 dolar AS = Rp15.701), atau 2,9 persen, bertahan di angka 88,96 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Minyak mentah Brent untuk pengiriman Januari naik 2,32 dolar AS atau 2,5 persen, dan ditutup di angka 95,99 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Kenaikan tersebut terjadi setelah para pedagang memperkirakan pemulihan permintaan yang solid di China seiring upaya negara itu untuk lebih mengoptimalkan respons COVID-19.
Selain itu, yang juga berpengaruh pada kenaikan harga minyak adalah nilai dolar AS yang melemah. Indeks dolar, yang mengukur greenback (dolar AS) terhadap enam mata uang utama, turun sebesar 1,76 persen menjadi 106,2950 pada akhir perdagangan Jumat, menyusul penurunan sebesar 2,12 persen di sesi sebelumnya. Secara historis, harga minyak berbanding terbalik dengan nilai mata uang AS.
Meskipun naik pada Jumat, harga minyak mengalami kerugian selama sepekan. WTI mencatat penurunan mingguan sebesar 3,9 persen, sementara Brent turun 2,6 persen, berdasarkan kontrak front month.
Harga minyak naik di tengah prospek permintaan China yang positif
12 November 2022 18:42 WIB
Kenaikan harga minyak pada Jumat (11/11) terjadi setelah para pedagang memperkirakan pemulihan permintaan yang solid di China seiring upaya negara itu untuk lebih mengoptimalkan respons COVID-19. ANTARA/Xinhua.
Pewarta: Xinhua
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2022
Tags: