Kementan sebut diperlukan kolaborasi tingkatkan produktivitas kakao
12 November 2022 13:59 WIB
Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Hendratmojo Bagus Hudoro dalam Peringatan Hari Kakao Indonesia 2022 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Sabtu (12/11/2022). (ANTARA/Sanya Dinda)
Jakarta (ANTARA) - Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Hendratmojo Bagus Hudoro menyebut diperlukan kolaborasi antara pemerintah, institusi, pemerintah daerah, dan pelaku usaha untuk meningkatkan produktivitas kakao di Indonesia.
Menurutnya saat ini produktivitas kakao nasional yang sebesar 700 hingga 800 ribu ton per tahun dengan luasan lahan 1,5 juta hektar masih jauh dari potensi produksi senilai 2 sampai 2,5 ton per tahun.
“Kita harus berkolaborasi dengan seluruh pihak baik pemerintah, pihak swasta, dan pelaku usaha. Kita ingin meningkatkan produktivitas dengan kualitas yang bagus ke depan,” katanya dalam Peringatan Hari Kakao Indonesia 2022 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Sabtu.
Saat ini sebagian besar lahan perkebunan kakao masih dikelola oleh masyarakat yang menghadapi sejumlah tantangan dalam pengelolaannya, antara lain 30 persen dari total tanaman kakao di Indonesia sudah berusia tua dan tidak produktif.
Produktivitas tanaman kakao juga terhambat oleh hama, penyakit, hingga tata kelola perkebunan yang masih perlu ditingkatkan.
“Selanjutnya, penanganan pasca panen juga belum optimal dengan produksi rendah. Biji kakao pun belum terfermentasi oleh petani sehingga harga di tingkat petani masih jauh dari harapan,” ucapnya.
Sumber Daya Manusia (SDM) untuk meningkatkan produktivitas tanaman kakao dengan teknologi terbaru juga masih rendah.
“Kemudian, rantai pemasaran dari hulu, dari petani, hingga hilir atau industri masih begitu panjang. Industri pengolahan kakao kebanyakan berada di Jawa, sementara sentra produksi kakao ada di bagian utara Indonesia,” ucapnya.
Dalam waktu dekat, selain berkolaborasi, Kementan juga ingin meningkatkan produktivitas dengan melakukan intensifikasi lahan kebun kakao dan mengedukasi pada petani terkait perbaikan tata kelola kebun kakao.
“Dalam jangka pendek, kita berfokus meningkatkan produktivitas dengan intensifikasi, karena kalau peremajaan, kita perlu 3 sampai 4 tahun agar tanaman kakao bisa menghasilkan produk,” katanya.
Baca juga: Kemenperin: 85 persen produk kakao intermediate diekspor ke 96 negara
Baca juga: Mengangkat potensi kakao Kabupaten Madiun melalui Rumah Cokelat Bodag
Baca juga: Kementan dorong Bali jadi unggulan ekspor produk kakao
Menurutnya saat ini produktivitas kakao nasional yang sebesar 700 hingga 800 ribu ton per tahun dengan luasan lahan 1,5 juta hektar masih jauh dari potensi produksi senilai 2 sampai 2,5 ton per tahun.
“Kita harus berkolaborasi dengan seluruh pihak baik pemerintah, pihak swasta, dan pelaku usaha. Kita ingin meningkatkan produktivitas dengan kualitas yang bagus ke depan,” katanya dalam Peringatan Hari Kakao Indonesia 2022 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Sabtu.
Saat ini sebagian besar lahan perkebunan kakao masih dikelola oleh masyarakat yang menghadapi sejumlah tantangan dalam pengelolaannya, antara lain 30 persen dari total tanaman kakao di Indonesia sudah berusia tua dan tidak produktif.
Produktivitas tanaman kakao juga terhambat oleh hama, penyakit, hingga tata kelola perkebunan yang masih perlu ditingkatkan.
“Selanjutnya, penanganan pasca panen juga belum optimal dengan produksi rendah. Biji kakao pun belum terfermentasi oleh petani sehingga harga di tingkat petani masih jauh dari harapan,” ucapnya.
Sumber Daya Manusia (SDM) untuk meningkatkan produktivitas tanaman kakao dengan teknologi terbaru juga masih rendah.
“Kemudian, rantai pemasaran dari hulu, dari petani, hingga hilir atau industri masih begitu panjang. Industri pengolahan kakao kebanyakan berada di Jawa, sementara sentra produksi kakao ada di bagian utara Indonesia,” ucapnya.
Dalam waktu dekat, selain berkolaborasi, Kementan juga ingin meningkatkan produktivitas dengan melakukan intensifikasi lahan kebun kakao dan mengedukasi pada petani terkait perbaikan tata kelola kebun kakao.
“Dalam jangka pendek, kita berfokus meningkatkan produktivitas dengan intensifikasi, karena kalau peremajaan, kita perlu 3 sampai 4 tahun agar tanaman kakao bisa menghasilkan produk,” katanya.
Baca juga: Kemenperin: 85 persen produk kakao intermediate diekspor ke 96 negara
Baca juga: Mengangkat potensi kakao Kabupaten Madiun melalui Rumah Cokelat Bodag
Baca juga: Kementan dorong Bali jadi unggulan ekspor produk kakao
Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022
Tags: