Jakarta (ANTARA) - Presiden RI Joko Widodo yang didampingi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa kawasan harus mewujudkan stabilitas serta membangun ekonomi yang lebih resilien dan hijau untuk mempertahankannya sebagai epicentrum of growth.

Hal ini disampaikan oleh Presiden Jokowi saat menghadiri KTT ASEAN dan Korea Selatan (RoK) ke-23 di Phnom Penh, Kamboja, seperti dalam keterangan Kemenko Perekonomian di Jakarta, Jumat.

“Perbedaan dan rivalitas harus dikelola dengan baik sehingga konflik tidak terjadi di kawasan Indo-Pasifik. ASEAN dan Korea Selatan harus menjadi mesin utama perdamaian di kawasan,” kata Presiden Jokowi.

Baca juga: Presiden Jokowi dorong ASEAN-China jaga stabilitas kawasan

Dalam kesempatan itu, Presiden menyampaikan bahwa Korea Selatan memiliki pengalaman dalam pengembangan teknologi hijau dan energi bersih.

Menurut dia, pembangunan hijau dan berkelanjutan menjadi kunci masa depan ASEAN yang ditargetkan akan menggunakan 23 persen energi terbarukan dan 20 persen kendaraan berbahan bakar listrik pada 2025 nanti.

“Ini adalah peluang bagi kita untuk menjalin kemitraan yang konkret terutama dalam energi terbarukan, pembangunan smart city, ekosistem mobil listrik, serta sistem penyediaan air bersih,” ujar Presiden Jokowi.

Presiden Jokowi mengundang Korea Selatan untuk menjadi mitra dalam membangun Ibu Kota Nusantara (IKN) melalui investasi maupun alih teknologi untuk menjadikan IKN sebagai kota yang hijau dan berkarbon negatif.

Baca juga: Presiden China Xi Jinping akan hadiri KTT G20 di Bali

Dalam kesempatan yang sama, Menko Airlangga menyampaikan bahwa ASEAN memiliki potensi ekonomi hijau sebesar 1 triliun dolar AS dan dapat menciptakan 30 juta pekerjaan pada 2030.

Menurut dia, terdapat dua inisiatif penting yang perlu dibahas terkait isu perubahan iklim, yakni ekonomi sirkular netralitas karbon.

Ekonomi kawasan diperkirakan akan tumbuh sebesar 5,1 persen pada 2022, atau lebih baik dibandingkan rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia.