Jakarta (ANTARA) -



Menteri Sosial Tri Rismaharini mengobarkan semangat meneladani nilai-nilai kepahlawanan, terutama keberanian di depan ratusan pelajar dan guru dari berbagai daerah di Indonesia.

Mensos Risma mendorong para pelajar untuk berani menghadapi masalah dan kesulitan, terutama melawan persaingan global yang semakin menantang.

"Bangsa dan negara ini membutuhkan kalian agar bisa membawa (kita) sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia," ujar dia dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Jumat.

Dalam acara yang digelar di Gedung Konvensi Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata, Jakarta Selatan pada Kamis (10/11), mengusung tema "Pahlawanku Teladanku", Mensos Rsima menggugah rasa nasionalisme para pelajar untuk menerapkan nilai-nilai kepahlawanan dalam kehidupan. Dengan penuh semangat, mantan Wali Kota Surabaya ini berdiri selama kurang lebih satu jam untuk membakar semangat para siswa yang hadir.

Baca juga: Mensos: Spirit kepahlawanan energi atasi tantangan bangsa

Dalam dialog itu, Risma mengatakan pelajar sebagai pemuda adalah cucu pahlawan yang akan meneruskan perjuangan bangsa untuk memajukan kesejahteraan sosial.

Kemudian di depan awak media, Risma menekankan pentingnya para pelajar memahami bahwa medan perjuangan pada zaman modern bukan lagi dengan mengangkat senjata, melainkan perang melawan kemiskinan dan kebodohan. Untuk itu, melalui kegiatan ini, Risma ingin anak Indonesia dapat tumbuh menjadi anak yang berkarakter kuat.

"Oleh karena itu, anak-anak ini kita ajarkan (nilai kepahlawanan), diharapkan mereka akan bisa menyebar ke teman-teman yang lain, dan (anak-anak) punya karakter yang kuat sebagai anak-anak bangsa," kata dia.

Baca juga: Kemensos libatkan generasi muda percantik TMPNU Kalibata

Nilai kepahlawanan lain yang ditanamkan Mensos Risma adalah semangat pantang menyerah dan kegigihan. Penerima gelar Doktor Honoris Causa dari Tongmyong University, Korea Selatan, ini menggugah semangat para pelajar agar tidak takut dan tidak menyerah menghadapi keterbatasan, kegagalan, dan rintangan dalam meraih cita-cita, sebagaimana para pahlawan yang mampu mengusir penjajah bersenjata, hanya dengan bambu runcing.

"Yang paling penting kenapa kita bisa merdeka, itu karena kegigihan para pejuang. Dan kemudian rasa percaya diri bahwa kita juga punya kekuatan," katanya.

Teladan lain yang ditekankan Risma adalah perjuangan tanpa pamrih. Menurut dia, para pahlawan berjuang dengan segenap upaya dan kekuatan yang dimiliki untuk tujuan kemerdekaan. Ia mencontohkan perjuangan Cut Meutia dan suaminya yang gugur di medan perang.

Baca juga: Kemensos: Tantangan kepahlawanan juga ada di lautan

Adapun kegiatan penanaman nilai kepahlawanan melalui pelajar diselenggarakan selama satu hari dengan berbagai kegiatan menarik, seperti dongeng pahlawan, ziarah bersama menteri sosial, dan nonton bersama film bertemakan kepahlawanan.