Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perdagangan Gita Wirjawan masih meragukan rencana pemberlakuan kebijakan pembebasan bea masuk kedelai, dapat menekan lonjakan harga kedelai yang intens terjadi dalam beberapa minggu terakhir.

"Sekarang kalau harganya naik 200 persen atau lebih, apakah itu akan memberikan efek dengan pemberian bea masuk, saya rasa tidak. Itu sangat kecil sekali presentasinya," ujarnya di Jakarta, Rabu.

Menurut Gita, pembebasan bea masuk tersebut tidak akan banyak membantu karena masyarakat saat ini juga menganut pola konsumsi tempe maupun tahu yang berlebihan sehingga ikut membantu kelangkaan produk kedelai.

"Saya rasa, elastisitas permintaan ini harus benar-benar diukur. Kalau harga meningkat, apakah kita akan mengubah pola konsumsi," katanya.

Selain itu, ia mengatakan anomali cuaca yang terjadi di negara pengekspor kedelai seperti Amerika Serikat, Brasil dan Argentina juga menyebabkan produksi kedelai terganggu, padahal komoditas ini sangat dibutuhkan menjelang hari raya Lebaran.

"Siapa yang bisa memprediksi anomali cuaca ini. Dan beberapa tahun terakhir memang kita tidak mengantisipasi kata gap antara kebutuhan dan pasokan yang besar sekali, ini memang perlu diisi tapi sekali lagi ini perlu penyikapan yang natural, kedepan ini perlu waktu," ujar Gita.

Gita menjelaskan dalam jangka panjang, pemerintah perlu menyiapkan lahan dan inovasi untuk mendorong produksi kedelai, selain pembiayaan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan secara nasional yang diperkirakan mencapai 26 juta ton per tahun.

"Mungkin kita perlu untuk membicarakan dimana penyiapan kedepan terkait dengan ahli teknologi untuk meningkatkan produktifitas, juga untuk meningkatkan produksi perlu pendanaan yang cukup untuk bisa mencukupi kebutuhan nasional," katanya.

Sedangkan, Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan kebijakan pembebasan bea masuk tersebut akan segera masuk pembahasan dalam tim tarif dengan mempertimbangkan masukan dari Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian.

Ia mengatakan kebijakan tersebut diputuskan dalam rapat terbatas pangan karena suplai kedelai melalui impor saat ini berkurang sehingga menyebabkan kelangkaan pasokan serta peningkatan harga kedelai di pasaran.

"Memang kondisi di AS itu terjadi kekeringan dan ini berdampak kepada suplai kedelai. Kita mesti menjaga pasar Indonesia, kita juga memperhatikan petani kedelai di Indonesia, tetapi kita juga tidak bisa ambil resiko keterbatasan logistik," ujar Menkeu.
(ANT)