“Saat ini kondisi sudah sangat berbeda jika dibandingkan dengan situasi para pahlawan dahulu. Walaupun demikian, konteksnya akan tetap sama," kata Duta Besar RI untuk Brunei Darussalam Sujatmiko dalam keterangan tertulis KBRI Bandar Seri Begawan, Kamis.
"Perjuangan tidak akan pernah berhenti dalam upaya menyejahterakan bangsa Indonesia", katanya, menambahkan.
Upacara Hari Pahlawan yang bertema “Pahlawanku Teladanku” itu diikuti oleh seluruh staf KBRI, Dharma Wanita Persatuan KBRI, dan perwakilan dari berbagai komunitas serta pelajar Indonesia di Brunei Darussalam..
Upacara dipimpin oleh Sujatmiko dan dikomandoi asisten atase pertahanan KBRI, Mayor Caj Tinton Kurniawan.
Pada upacara tersebut dibacakan pesan-pesan perjuangan dari sejumlah pahlawan nasional, seperti Ki Hajar Dewantara (Pahlawan Pendidikan), Dokter Cipto Mangunkusumo (Pahlawan Kesehatan), Tjut Nyak Dien (Pahlawan Kemerdekaan asal Aceh), dan R.A Kartini (Pahlawan Perjuangan Emansipasi Wanita).
Sujatmiko mengimbau agar Hari Pahlawan tidak sekedar diperingati setiap 10 November.
Peringatan Hari Pahlawan, ujar dia, sebaiknya juga dimanfaatkan untuk menanamkan nilai-nilai kepahlawanan kepada generasi sekarang untuk mengisi kemerdekaan.
"Dengan semangat kepahlawanan tersebut, diharapkan tergerak hatinya untuk turut serta dalam membangun Indonesia, sesuai dengan potensi dan profesinya masing-masing,” kata Dubes dalam keterangan tersebut.
Hari Pahlawan 10 November ditetapkan pada 1959 oleh presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno.
Tanggal tersebut dipilih sebagai bentuk penghormatan peristiwa bersejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, yaitu Pertempuran Surabaya 10 November 1945, dan untuk mengenang jasa para pahlawan.
Baca juga: Moeldoko ingatkan tiga tantangan bangsa di Hari Pahlawan
Baca juga: Hari Pahlawan, Pemerintah harus lebih memuliakan profesi guru