Ekspor rotan ke Eropa turun 50 persen
25 Juli 2012 16:30 WIB
Seorang pekerja industri rotan tengah mengerjakan produk rumah tangga berbahan baku rotan alam yang terletak di Jl.MOh.Toha, Sangiang, Periuk, Kota Tangerang, Banten, Jumat (11/03). (FOTO ANTARA/Lucky.R)
Jakarta (ANTARA News) - Ekspor produk rotan ke Eropa turun sekitar 50 persen menyusul krisis ekoomi yang melanda kawasan tersebut.
"Ekspor rotan ke Eropa terganggu sekitar 50 persen, terutama ke negara seperti Jerman dan Belanda serta sejumlah negara lain," kata Sekretaris Eksekutif Asosiasi Mebel Kayu dan Rotan Indonesia (AMKRI) Maulana S Jaenal di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, jumlah ekspor rotan Indonesia pada 2011 mencapai sekitar 200 juta dolar AS.
Sedangkan dari angka tersebut sekitar 60 persen atau 120 juta dolar AS merupakan pangsa pasar produk rotan Indonesia di Eropa.
Upaya yang dilakukan oleh pengusaha untuk menghindari kerugian, menurut dia, adalah mengalihkan penjualan ke pasar non-tradisional seperti ke wilayah Amerika Latin, Afrika dan China.
Maulana mengatakan, kendati pasar Amerika Latin tidak bisa menutupi jumlah pangsa pasar yang hilang dari Eropa, pengusaha tetap bisa mengalihkan penjualan ke China yang memiliki permintaan besar.
"Itu karena China merupakan pangsa pasar produksi rotan terbesar yang jumlahnya kira-kira mencapai gabungan antara jumlah permintaan dari Eropa dan Amerika Serikat," kata dia.
Di masa mendatang, asosiasi berharap dapat merambah pasar produk rotan di China, Amerika Latin, Afrika, Jepang, Australia dan Timur Tengah.
Bukan saingan
Dengan beredarnya sejumlah produk rotan sintetis yang dibuat dari alumunium dan plastik dari sejumlah negara, menurut Maulana, itu bukan pesaing produk rotan alami Indonesia.
Dikatakannya, harga rotan sintetis yang tiga kali lebih mahal dari rotan alami membuat rotan alami masih diminati konsumen.
"Produksi rotan sintetis itu adalah untuk perlengkapan di luar ruangan, sedangkan kalau rotan alami ini untuk di dalam ruangan," kata dia.
Produk rotan alami, kata Maulana, juga lebih disukai oleh pasar Amerika Serikat karena negara tersebut lebih menekankan produk yang ramah lingkungan.
Asosiasi menargetkan pada kuartal III-2012, penjualan rotan bisa mencapai sekitar 150 juta dolar AS, dan khusus Januari hingga 25 Mei 2012 mencapai 92 juta dolar AS.
Dari seluruh permintaan produk rotan, sekitar 99 persen masih merupakan permintaan yang berasal dari luar negeri.
(B019)
"Ekspor rotan ke Eropa terganggu sekitar 50 persen, terutama ke negara seperti Jerman dan Belanda serta sejumlah negara lain," kata Sekretaris Eksekutif Asosiasi Mebel Kayu dan Rotan Indonesia (AMKRI) Maulana S Jaenal di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, jumlah ekspor rotan Indonesia pada 2011 mencapai sekitar 200 juta dolar AS.
Sedangkan dari angka tersebut sekitar 60 persen atau 120 juta dolar AS merupakan pangsa pasar produk rotan Indonesia di Eropa.
Upaya yang dilakukan oleh pengusaha untuk menghindari kerugian, menurut dia, adalah mengalihkan penjualan ke pasar non-tradisional seperti ke wilayah Amerika Latin, Afrika dan China.
Maulana mengatakan, kendati pasar Amerika Latin tidak bisa menutupi jumlah pangsa pasar yang hilang dari Eropa, pengusaha tetap bisa mengalihkan penjualan ke China yang memiliki permintaan besar.
"Itu karena China merupakan pangsa pasar produksi rotan terbesar yang jumlahnya kira-kira mencapai gabungan antara jumlah permintaan dari Eropa dan Amerika Serikat," kata dia.
Di masa mendatang, asosiasi berharap dapat merambah pasar produk rotan di China, Amerika Latin, Afrika, Jepang, Australia dan Timur Tengah.
Bukan saingan
Dengan beredarnya sejumlah produk rotan sintetis yang dibuat dari alumunium dan plastik dari sejumlah negara, menurut Maulana, itu bukan pesaing produk rotan alami Indonesia.
Dikatakannya, harga rotan sintetis yang tiga kali lebih mahal dari rotan alami membuat rotan alami masih diminati konsumen.
"Produksi rotan sintetis itu adalah untuk perlengkapan di luar ruangan, sedangkan kalau rotan alami ini untuk di dalam ruangan," kata dia.
Produk rotan alami, kata Maulana, juga lebih disukai oleh pasar Amerika Serikat karena negara tersebut lebih menekankan produk yang ramah lingkungan.
Asosiasi menargetkan pada kuartal III-2012, penjualan rotan bisa mencapai sekitar 150 juta dolar AS, dan khusus Januari hingga 25 Mei 2012 mencapai 92 juta dolar AS.
Dari seluruh permintaan produk rotan, sekitar 99 persen masih merupakan permintaan yang berasal dari luar negeri.
(B019)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2012
Tags: