Jakarta (ANTARA News) - Indonesia dan Timor Leste pada Agustus 2006 dijadwalkan akan menandatangani perjanjian batas darat antara kedua negara dan saat ini penentuan titik-titik perbatasan sudah mencapai 99 persen. "Diharapkan paling lambat pada Agustus perjanjian batas darat antara Timor Leste dan Indonesia sudah dapat ditandatangani," kata Menteri Luar Negeri Timor Leste Ramos Horta usai diterima Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Senin. Menurut Horta, masalah batas perbatasan darat kedua negara merupakan salah satu topik yang dibahas dalam pertemuannya dengan Presiden Yudhoyono. Keduanya membahas kemungkinan bahwa kedua negara pada Agustus mendatang akan menandatangani perjanjian tersebut. "Sekarang tinggal satu persen saja yang masih tersisa dan sedang diselesaikan oleh para pejabat teknis kedua negara," kata Horta. Menurut catatan, Indonesia dan Timor Leste baru melakukan perundingan mengenai perbatasan darat dan belum menyentuh masalah perbatasan laut. Perbatasan maritim kedua negara baru dapat dimulai perundingannya jika seluruh titik perbatasan darat sudah disepakati. Selain membahas masalah bilateral, Horta saat bertemu Presiden Yudhoyono juga menyampaikan penjelasan tentang situasi terakhir di Timor Leste setelah media massa Indonesia beberapa waktu lalu menyebut-nyebut bahwa kondisi keamanan di Dili memburuk, menyusul pemecatan terhadap ratusan personil militer. Panglima Angkatan Bersenjata Timtim (FDTL), Brigjen Taur Matan Ruak beberapa waktu lalu dilaporkan telah memecat hampir 600 orang prajurit, atau lebih dari sepertiga pasukan angkatan bersenjata reguler Timtim, setelah mereka melakukan desersi pada bulan sebelumnya untuk memprotes apa yang mereka sebut nepotisme dan kondisi buruk. Kepada Presiden Yudhoyono, Menlu Horta mengatakan bahwa saat ini situasi di Timor Leste berada dalam keadaan tenang. "Hari ini memang ada demonstrasi yang akan berlangsung dua atau tiga hari yang dilakukan oleh para personil militer yang meninggalkan kesatuannya. Namun demonstrasi berjalan dengan damai," katanya. Kepada wartawan, Horta juga menjelaskan bahwa demonstrasi yang diikuti oleh hampir 600 personil militer itu akan berlangsung hingga dua atau tiga hari mendatang. Dalam rangkaian unjuk rasa tersebut, ujarnya, mereka mengajukan sejumlah tuntutan serta meminta agar masalah yang mereka hadapi diselesaikan secara damai menurut hukum yang berlaku. "Para demonstran mengatakan mereka tidak ingin kembali ke kesatuannya di Angkatan Darat. Juga akan ada upacara penyerahan seragam militer mereka," papar Horta. Ia menuturkan, para demonstran tersebut telah diterima oleh Perdana Menteri Mari Alkatiri dan Presiden Xanana Gusmao. Dalam kesempatan itu Horta memaparkan bahwa anggaran Timor Leste pada periode pertengahan Juli 2006-2007 telah mengalami peningkatan yang sangat berarti, yaitu 234 juta dolar AS, ditambah 100 juta dolar yang berasal dari negara-negara sahabat. Tahun 2002, Timtim hanya memiliki anggaran sejumlah 30 juta dolar, dan pada 2003-2004 meningkat menjadi 120 juta dolar. Dengan anggaran 234 juta dolar plus 100 juta dolar untuk periode 2006-2007, Horta mengatakan, dana tersebut akan dialokasikan terutama untuk bidang pendidikan, kesehatan, serta pembangunan infrastruktur. "Kami berharap tahun ini pertumbuhan ekonomi bisa enam persen dan tahun depan tujuh hingga delapan persen," katanya.(*)