Jakarta (ANTARA) - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan peringatan Hari Pahlawan harus dimaknai dengan kondisi kekinian ketika Indonesia sedang menghadapi tiga tantangan kebangsaan, yakni bonus demografi, disrupsi berbagai aspek, dan ketidakpastian situasi global.

"Tantangan yang ditimbulkan dari kehadiran bonus demografi yakni tingginya tenaga kerja dengan pendidikan menengah ke bawah dan daya saing tenaga kerja yang relatif rendah," kata Moeldoko dalam seminar daring Ikatan Alumni Universitas Terbuka (IKA UT) bertema "Kepahlawanan dalam Rangka Meningkatkan Semangat Kebangsaan" berdasarkan keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.

Untuk meningkatkan daya saing sumber daya manusia (SDM) Indonesia, katanya, Pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan, seperti kartu pintar mulai dari SD sampai perguruan tinggi, program merdeka belajar, hingga kampus merdeka.

"Ini semua untuk mempersiapkan kehadiran bonus demografi," tambahnya.

Tantangan kedua, lanjut Moeldoko, yakni terjadinya disrupsi di segala bidang, seperti teknologi informasi, kesehatan, keuangan, dan pertahanan. Moeldoko menilai disrupsi telah memunculkan pasar baru dan menggantikan berbagai hal konvensional dengan sistem yang lebih sempurna.

"Perlu ide baru yang dijalankan dengan cara-cara baru untuk menyikapi ini. Kalau idenya baru, caranya masih kebiasaan lama, ya sama saja," katanya.

Baca juga: Moeldoko: UMKM jangan ragu masuk digital

Dia juga mengingatkan soal tantangan ketidakpastian situasi global akibat pandemi COVID-19 yang belum tuntas. Menurut dia, kondisi global diperburuk oleh perang Rusia dan Ukraina yang berdampak luar biasa.

"Sekarang bangsa-bangsa di dunia dihadapkan pada ancaman krisis ekonomi, energi, pangan dan keuangan. Bagaimana dengan Indonesia? Untuk saat ini kondisi kita masih relatif baik. Ekonomi masih tumbuh, harga-harga terkendali, inflasi kita juga masih terjaga. Ini menunjukkan Indonesia punya daya tahan," jelasnya.

Guna menghadapi tiga tantangan kebangsaan tersebut, Indonesia memerlukan pemimpin yang berani bergerak dari zona nyaman, mampu memotivasi, dan berani membuat perbedaan. Hal itu karena kondisi global saat ini tidak bisa diprediksi, mampu berubah sangat cepat, penuh risiko, serta banyak kerumitan dan kejutan.

"Jika kita tidak move atau bergerak, motivate atau mampu memotivasi orang yang dipimpin, dan make difference atau membuat perbedaan; maka kita akan tertinggal jauh dengan negara lain. Sekarang ini yang dibutuhkan kecepatan," ujar Moeldoko.

Baca juga: Moeldoko ingatkan masyarakat tidak terpengaruh politik adu domba
Baca juga: MUI: Hari Pahlawan ingatkan peran pemuka agama perkuat persatuan