Militer Brazil tidak temukan masalah dalam sistem pemilihan presiden
10 November 2022 10:06 WIB
Mantan presiden dan kandidat presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva memberi isyarat pada pertemuan di malam pemilihan putaran kedua pemilihan presiden Brazil, di Sao Paulo, Brazil, 30 Oktober 2022. (ANTARA/REUTERS/Carla Carniel/as)
Brasilia (ANTARA) - Sebuah laporan yang telah lama ditunggu-tunggu dari angkatan bersenjata Brasil tentang keamanan sistem pemungutan suara elektronik negara itu menyatakan bahwa tidak ada masalah dengan sistem pemungutan suara bulan lalu.
Namun mereka mengakui bahwa selalu ada kemungkinan adanya kerentanan dalam kode yang berpotensi untuk disalahgunakan.
Laporan tersebut merupakan hasil dari upaya Presiden Jair Bolsonaro, mantan kapten angkatan darat sayap kanan yang kalah dalam pemilihan umum presiden Brazil dari saingannya pemimpin sayap kiri Luiz Inacio Lula da Silva.
Bolsonaro mencurigai adanya kecurangan dan meminta pihak militer mengidentifikasi masalah dengan sistem pemungutan suara yang dia tuduhkan tanpa menyampaikan bukti terjadinya penipuan.
Temuan militer tersebut bisa menimbulkan gelombang protes dari sebagian kecil di antara para pendukung Bolsonaro yang berkomitmen. Para pendukung Bolsonaro menolak untuk menerima kemenangan Lula pada 30 Oktober. Mereka telah meminta angkatan bersenjata untuk campur tangan.
Lula, mantan presiden yang akan menjabat lagi pada 1 Januari 2023, mengatakan kepada wartawan pada Rabu bahwa para pengunjuk rasa tidak memiliki alasan untuk mempertanyakan hasil pemilihan. Ia balik menyatakan bahwa mereka yang mendanai protes harus diselidiki.
Baca juga: Survei: Lula kalahkan Bolsonaro dalam pilpres putaran kedua Brazil
Baca juga: Bakal jadi presiden lagi, Lula berjanji satukan kembali Brazil
Dalam sebuah surat kepada Alexandre de Moraes, seorang hakim Mahkamah Agung yang mengepalai otoritas pemilihan tertinggi (TSE) Brasil, Menteri Pertahanan Paulo Nogueira tidak menyinggung masalah khusus yang ditemukan dalam audit militer atas pemungutan suara tersebut.
Namun, dia menulis bahwa "koneksi mesin pemungutan suara ke internet, selama kompilasi kode sumber dan pembuatan program yang konsekuen, dapat mengonfigurasi risiko yang relevan dengan keamanan proses."
Dia menambahkan bahwa berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, memang tidak tertutup kemungkinan bahwa sistem pemungutan suara elektronik tidak bebas dari pengaruh kode berbahaya yang dapat mengubah fungsinya.
Untuk menyelesaikan dua masalah yang dia sebutkan, dia menyarankan agar TSE mempertimbangkan untuk membentuk komisi khusus untuk menyelidiki hasil pemilu jika ada masalah yang disampaikan dalam laporan militer.
Kantor Bolsonaro tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Sumber: Reuters
Baca juga: Otoritas Brazil bersihkan blokade oleh pendukung pro Bolsonaro
Namun mereka mengakui bahwa selalu ada kemungkinan adanya kerentanan dalam kode yang berpotensi untuk disalahgunakan.
Laporan tersebut merupakan hasil dari upaya Presiden Jair Bolsonaro, mantan kapten angkatan darat sayap kanan yang kalah dalam pemilihan umum presiden Brazil dari saingannya pemimpin sayap kiri Luiz Inacio Lula da Silva.
Bolsonaro mencurigai adanya kecurangan dan meminta pihak militer mengidentifikasi masalah dengan sistem pemungutan suara yang dia tuduhkan tanpa menyampaikan bukti terjadinya penipuan.
Temuan militer tersebut bisa menimbulkan gelombang protes dari sebagian kecil di antara para pendukung Bolsonaro yang berkomitmen. Para pendukung Bolsonaro menolak untuk menerima kemenangan Lula pada 30 Oktober. Mereka telah meminta angkatan bersenjata untuk campur tangan.
Lula, mantan presiden yang akan menjabat lagi pada 1 Januari 2023, mengatakan kepada wartawan pada Rabu bahwa para pengunjuk rasa tidak memiliki alasan untuk mempertanyakan hasil pemilihan. Ia balik menyatakan bahwa mereka yang mendanai protes harus diselidiki.
Baca juga: Survei: Lula kalahkan Bolsonaro dalam pilpres putaran kedua Brazil
Baca juga: Bakal jadi presiden lagi, Lula berjanji satukan kembali Brazil
Dalam sebuah surat kepada Alexandre de Moraes, seorang hakim Mahkamah Agung yang mengepalai otoritas pemilihan tertinggi (TSE) Brasil, Menteri Pertahanan Paulo Nogueira tidak menyinggung masalah khusus yang ditemukan dalam audit militer atas pemungutan suara tersebut.
Namun, dia menulis bahwa "koneksi mesin pemungutan suara ke internet, selama kompilasi kode sumber dan pembuatan program yang konsekuen, dapat mengonfigurasi risiko yang relevan dengan keamanan proses."
Dia menambahkan bahwa berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, memang tidak tertutup kemungkinan bahwa sistem pemungutan suara elektronik tidak bebas dari pengaruh kode berbahaya yang dapat mengubah fungsinya.
Untuk menyelesaikan dua masalah yang dia sebutkan, dia menyarankan agar TSE mempertimbangkan untuk membentuk komisi khusus untuk menyelidiki hasil pemilu jika ada masalah yang disampaikan dalam laporan militer.
Kantor Bolsonaro tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Sumber: Reuters
Baca juga: Otoritas Brazil bersihkan blokade oleh pendukung pro Bolsonaro
Penerjemah: Atman Ahdiat
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2022
Tags: