Presidensi G20 Indonesia dorong penguatan ekonomi nasional dan global
Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo (ketiga kiri) berbincang dengan Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru (ketiga kanan), Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI Achmad Hafisz Tohir (kedua kanan), Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Filianingsih Hendarta (kiri), Ketua DPRD Provinsi Sumatera Selatan Anita Noeringhati (kedua kiri) dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Erwin Soeriadmadja (kanan) saat membuka acara Side Event Presidensi G20 Indonesia Leaders Talk Digitalization on Payment System South Sumatera Digital Economy dan Finance di Palembang, Jumat (10/6/2022). ANTARA/Dolly Rosana
"Kehadiran G20 memainkan peran penting untuk mendorong dialog, kerja sama dan koordinasi respon kebijakan bagi pemulihan ekonomi global,’’ ujar Dody dalam keterangan resmi Tim Komunikasi dan Media G20 yang diterima di Jakarta, Rabu.
Dia melanjutkan pertemuan pemimpin negara dalam KTT G20 di Bali nanti, akan memberikan arah panduan dan kepercayaan pasar bagi prospek perekonomian dan stabilitas sistem keuangan ke depan.
Dengan itu, dia meyakini konsumsi masyarakat Indonesia masih akan kuat di sisa tahun ini hingga 2023, walau tertahan oleh kenaikan bahan bakar minyak (BBM).
Dia menjelaskan kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral ke depan akan pro stabilitas dan menekan inflasi sesuai dengan target yang ditetapkan, dengan Inflasi inti akan dibawa sesuai target triwulan II-2023, di kisaran 2 - 4 persen.
Dia mengatakan operasi moneter melalui kenaikan struktur suku bunga di pasar uang, sejalan dengan kenaikan suku bunga acuan, akan ditempuh untuk membawa inflasi sesuai dengan target, didukung dengan kebijakan makroprudensial yang akomodatif untuk mendorong pertumbuhan kredit perbankan.
Lebih lanjut, demi menjaga stabilitas nilai tukar, pihaknya berkomitmen menempuh tiga langkah intervensi, yakni melalui pasar spot, domestic non-deliverable forward (DNDF) dan pasar obligasi, yakni penjualan dan pembelian surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder.
Adapun, dia tidak memungkiri adanya risiko perlambatan perekonomian global pada 2023 nanti, namun, dia memastikan konsumsi domestik masih akan solid sejalan dengan persiapan pemilihan umum (Pemilu) 2024 nanti.
"Ancaman terhadap inflasi yang diikuti pengetatan keuangan global, krisis pangan dan energi mendorong perlambatan ekonomi global. Sejumlah nilai tukar di Asia termasuk rupiah mengalami pelemahan karena dolar AS yang kuat," kata Dody.
Dia memperkirakan perekonomian nasional akan tumbuh pada kisaran 4,5 -5,3 persen sepanjang 2022 hingga 2023, dengan kecenderungan mencapai batas atas.
Baca juga: BI : Presidensi G20 dorong ekonomi global kuat dan berkelanjutan
Baca juga: BI ajak masyarakat Bali optimistis sambut dampak ekonomi KTT G20
Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2022