Jakarta (ANTARA) - Peneliti Pusat Riset Kesehatan Masyarakat Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Masdalina Pane mengingatkan perlunya penguatan edukasi mengenai upaya pencegahan anemia pada anak guna meningkatkan pemahaman masyarakat.


"Penguatan edukasi tentang pentingnya cegah anemia pada anak dan remaja perlu menjadi prioritas," kata Masdalina Pane dihubungi di Jakarta, Rabu.


Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) itu menjelaskan masalah anemia pada anak dan remaja perlu menjadi perhatian bersama.


"Anak dan remaja yang mengalami anemia cenderung akan merasa lemah dan lemas sehingga akan berpengaruh pada produktivitas," katanya.

Baca juga: Prevalensi remaja putri dengan anemia capai 32 persen

Baca juga: UNICEF: Hari Minum TTD di sekolah cegah anemia remaja putri



Dia juga mengingatkan para orang tua yang memiliki remaja putri untuk melakukan berbagai upaya guna mencegah kondisi anemia pada buah hatinya.


"Kalau remaja putri memiliki anemia, maka berpeluang menderita anemia saat hamil atau setelah menikah nantinya. Jika tidak ditangani akan berisiko melahirkan bayi berat badan lahir rendah dan meningkatkan risiko melahirkan bayi stunting," katanya.


Dengan demikian, kata dia, sosialisasi dan edukasi mengenai upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mencegah anemia harus diperkuat.


"Sosialisasi dan edukasi harus menyasar orang tua yang memiliki anak usia sekolah dan remaja, terutama remaja putri," katanya.


Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK Agus Suprapto mengatakan pemerintah terus memperkuat kampanye tablet tambah darah untuk kesehatan remaja putri yang nantinya akan menjadi calon ibu.


"Tablet darah bertujuan untuk mencegah anemia pada remaja putri, dan diharapkan dapat mendukung kesehatan rahim," katanya.


Dia juga menambahkan, pemerintah terus berupaya meningkatkan status kesejahteraan anak usia sekolah dan remaja di Indonesia.

"Upaya yang dilakukan, salah satunya bertujuan untuk menekan angka kejadian anemia pada anak usia sekolah dan remaja," katanya.


Menurut Agus, hal itu dilakukan untuk mendukung pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.


Baca juga: Guru Besar Undip: ASI ibu anemia hasilkan antibodi rendah

Baca juga: Pakar: Anemia hingga ukuran tubuh bayi pengaruhi ketuban pecah