Saham Asia naik saat investor pantau data inflasi dan pemilu sela AS
9 November 2022 15:02 WIB
Arsip Foto - Orang-orang melewati layar elektronik yang menunjukkan indeks harga saham Nikkei Jepang di dalam sebuah aula konferensi di Tokyo, Jepang, Selasa (14/6/2022). ANTARA/REUTERS/Issei Kato/am.
Singapura (ANTARA) - Saham-saham Asia sedikit lebih tinggi pada perdagangan Rabu sore, ketika investor bersiap untuk data inflasi AS yang akan dirilis minggu ini dan menunggu hasil pemilihan umum sela yang dapat menandakan pergeseran kekuasaan di Washington.
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang menguat 0,33 persen, sementara indeks Nikkei Jepang ditutup tergelincir 0,56 persen dan indeks S&P/ASX 200 saham Australia berakhir menguat 0,58 persen.
Saham berjangka Eropa mengindikasikan saham akan turun, dengan Eurostoxx 50 berjangka melemah 0,37 persen, DAX berjangka Jerman 0,33 persen lebih rendah dan FTSE berjangka turun 0,34 persen.
Hasil pemilihan sela AS akan memutuskan apakah Demokrat kehilangan atau mempertahankan kendali Kongres di tengah masa jabatan Presiden Joe Biden, dengan investor memperkirakan kemenangan Partai Republik.
Partai Republik secara luas difavoritkan untuk mengambil lima kursi yang mereka butuhkan untuk mengendalikan DPR, tetapi kendali Senat bisa turun ke persaingan ketat di beberapa negara bagian.
"Beberapa persaingan penting cukup ketat. Ini akan memakan waktu untuk melihat siapa yang menang ... kita sudah memiliki skenario kebuntuan karena Partai Republik akan mengambilalih," kata Quincy Krosby, kepala strategi global di LPL Financial di Charlotte, Carolina Utara.
"Pasar dapat menerima kebuntuan. Artinya, banyak tindakan dari pemerintah akan digagalkan oleh pihak lawan."
Ahli strategi Saxo Markets mengatakan Kongres yang terpecah dapat memicu reli ekuitas dan memberi tekanan pada dolar.
Secara historis, saham cenderung lebih baik di bawah pemerintahan yang terpecah ketika seorang Demokrat berada di Gedung Putih, dengan investor menghubungkan sebagian dari kinerja itu dengan kebuntuan politik yang mencegah kedua belah pihak membuat perubahan kebijakan besar.
Di China, indeks saham unggulan CSI 300 merosot 0,93 persen, dengan Indeks Hang Seng Hong Kong anjlok 1,57 persen karena harga produsen turun untuk pertama kalinya sejak Desember 2020, menggarisbawahi permintaan domestik yang goyah di tengah pembatasan COVID-19.
Saham China melonjak pekan lalu di tengah harapan bahwa pihak berwenang di negara itu akan melonggarkan kebijakan nol-COVID-19 mereka, tetapi meningkatnya kasus telah meredam ekspektasi.
"Terlepas dari semua pembicaraan positif tentang perlahan-lahan melepaskan nol-COVID dan bereksperimen dengan peristiwa yang lebih besar, sepertinya lebih banyak penguncian mungkin akan terjadi," kata kepala penelitian regional ING Robert Carnell.
Sementara itu, mata uang kripto melemah pada Rabu, setelah penurunan tajam ketika kegelisahan tentang stabilitas bursa FTX berubah menjadi serbuan penarikan dan akhirnya membuat kesepakatan bailout dengan saingan yang lebih besar, Binance.
Bitcoin, uang kripto terbesar berdasarkan nilai pasar, turun 2,0 persen pada Rabu, sehari setelah meluncur 10 persen.
Data inflasi AS yang dijadwalkan untuk dirilis pada Kamis (10/11/2022) juga akan menjadi perhatian investor, dengan para ekonom memperkirakan penurunan angka inti bulanan dan tahunan masing-masing menjadi 0,5 persen dan 6,5 persen.
Krosby dari LPL Financial mengatakan fokus pasar akan dengan cepat beralih dari kebijakan fiskal ke kebijakan moneter.
"Biasanya Anda tidak memiliki Federal Reserve yang memerangi inflasi, tetapi tahun ini telah menjadi fokus utama di atas segalanya untuk pasar."
Dana Fed berjangka telah memperkirakan peluang 67 persen untuk kenaikan suku bunga 50 basis poin pada Desember, dan probabilitas 33 persen untuk kenaikan 75 basis poin.
Di pasar mata uang, dolar AS telah berada di bawah tekanan dari taruhan pelonggaran kembali Federal Reserve pada kenaikan suku bunga.
Dolar terakhir diperdagangkan pada 1,0071 dolar per euro dan dibeli 145,66 yen.
Harga minyak turun pada Rabu karena data industri menunjukkan stok minyak mentah AS naik lebih dari yang diharapkan serta kekhawatiran COVID-19 China. Minyak mentah AS turun 0,36 persen menjadi 88,59 dolar AS per barel dan Brent turun 0,21 persen pada 95,16 dolar AS per barel.
Baca juga: Saham Asia menguat saat investor tunggu hasil pemilu paruh waktu AS
Baca juga: IHSG akhir pekan ditutup menguat, ikuti kenaikan bursa saham Asia
Baca juga: Saham Asia beragam saat kehati-hatian jelang pemilihan paruh waktu AS
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang menguat 0,33 persen, sementara indeks Nikkei Jepang ditutup tergelincir 0,56 persen dan indeks S&P/ASX 200 saham Australia berakhir menguat 0,58 persen.
Saham berjangka Eropa mengindikasikan saham akan turun, dengan Eurostoxx 50 berjangka melemah 0,37 persen, DAX berjangka Jerman 0,33 persen lebih rendah dan FTSE berjangka turun 0,34 persen.
Hasil pemilihan sela AS akan memutuskan apakah Demokrat kehilangan atau mempertahankan kendali Kongres di tengah masa jabatan Presiden Joe Biden, dengan investor memperkirakan kemenangan Partai Republik.
Partai Republik secara luas difavoritkan untuk mengambil lima kursi yang mereka butuhkan untuk mengendalikan DPR, tetapi kendali Senat bisa turun ke persaingan ketat di beberapa negara bagian.
"Beberapa persaingan penting cukup ketat. Ini akan memakan waktu untuk melihat siapa yang menang ... kita sudah memiliki skenario kebuntuan karena Partai Republik akan mengambilalih," kata Quincy Krosby, kepala strategi global di LPL Financial di Charlotte, Carolina Utara.
"Pasar dapat menerima kebuntuan. Artinya, banyak tindakan dari pemerintah akan digagalkan oleh pihak lawan."
Ahli strategi Saxo Markets mengatakan Kongres yang terpecah dapat memicu reli ekuitas dan memberi tekanan pada dolar.
Secara historis, saham cenderung lebih baik di bawah pemerintahan yang terpecah ketika seorang Demokrat berada di Gedung Putih, dengan investor menghubungkan sebagian dari kinerja itu dengan kebuntuan politik yang mencegah kedua belah pihak membuat perubahan kebijakan besar.
Di China, indeks saham unggulan CSI 300 merosot 0,93 persen, dengan Indeks Hang Seng Hong Kong anjlok 1,57 persen karena harga produsen turun untuk pertama kalinya sejak Desember 2020, menggarisbawahi permintaan domestik yang goyah di tengah pembatasan COVID-19.
Saham China melonjak pekan lalu di tengah harapan bahwa pihak berwenang di negara itu akan melonggarkan kebijakan nol-COVID-19 mereka, tetapi meningkatnya kasus telah meredam ekspektasi.
"Terlepas dari semua pembicaraan positif tentang perlahan-lahan melepaskan nol-COVID dan bereksperimen dengan peristiwa yang lebih besar, sepertinya lebih banyak penguncian mungkin akan terjadi," kata kepala penelitian regional ING Robert Carnell.
Sementara itu, mata uang kripto melemah pada Rabu, setelah penurunan tajam ketika kegelisahan tentang stabilitas bursa FTX berubah menjadi serbuan penarikan dan akhirnya membuat kesepakatan bailout dengan saingan yang lebih besar, Binance.
Bitcoin, uang kripto terbesar berdasarkan nilai pasar, turun 2,0 persen pada Rabu, sehari setelah meluncur 10 persen.
Data inflasi AS yang dijadwalkan untuk dirilis pada Kamis (10/11/2022) juga akan menjadi perhatian investor, dengan para ekonom memperkirakan penurunan angka inti bulanan dan tahunan masing-masing menjadi 0,5 persen dan 6,5 persen.
Krosby dari LPL Financial mengatakan fokus pasar akan dengan cepat beralih dari kebijakan fiskal ke kebijakan moneter.
"Biasanya Anda tidak memiliki Federal Reserve yang memerangi inflasi, tetapi tahun ini telah menjadi fokus utama di atas segalanya untuk pasar."
Dana Fed berjangka telah memperkirakan peluang 67 persen untuk kenaikan suku bunga 50 basis poin pada Desember, dan probabilitas 33 persen untuk kenaikan 75 basis poin.
Di pasar mata uang, dolar AS telah berada di bawah tekanan dari taruhan pelonggaran kembali Federal Reserve pada kenaikan suku bunga.
Dolar terakhir diperdagangkan pada 1,0071 dolar per euro dan dibeli 145,66 yen.
Harga minyak turun pada Rabu karena data industri menunjukkan stok minyak mentah AS naik lebih dari yang diharapkan serta kekhawatiran COVID-19 China. Minyak mentah AS turun 0,36 persen menjadi 88,59 dolar AS per barel dan Brent turun 0,21 persen pada 95,16 dolar AS per barel.
Baca juga: Saham Asia menguat saat investor tunggu hasil pemilu paruh waktu AS
Baca juga: IHSG akhir pekan ditutup menguat, ikuti kenaikan bursa saham Asia
Baca juga: Saham Asia beragam saat kehati-hatian jelang pemilihan paruh waktu AS
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: