Singapura (ANTARA) - Sejumlah ilmuwan yang menghadiri 7th World One Health Congress di Singapura mengungkapkan bahwa laju deforestasi akibat maraknya alih fungsi lahan berpotensi meningkatkan penularan penyakit malaria dari hewan ke manusia di Asia Tenggara.

Hal itu menjadi salah satu simpulan dalam paparan oleh Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU), dr Inke Nadia Diniyanti Lubis, M.Ked(Ped), Sp. A, Ph.D, dalam sesi Temasek Foundation Pinnacle Series di Sands Expo & Convention Centre, Singapura, Selasa.

"Pola alih fungsi lahan oleh manusia, termasuk perluasan agrikultur dan deforestasi, ditengarai menjadi pendorong utama di balik penyebaran malaria zoonosis (dari hewan ke manusia) yang relatif baru dan tengah berlangsung di Asia Tenggara," kata Inke.

Inke bersama tim Fakultas Kedokteran USU menggandeng Menzies School of Health Research Australia melakukan penelitian tentang potensi paparan terhadap parasit Plasmodium knowlesi di antara pekerja perkebunan sawit di Langkat, Sumut, pada Juli-Agustus 2022.

Plasmodium knowlesi adalah salah satu parasit penyebab penyakit malaria, yang secara alami alami menginfeksi kera ekor panjang dan ditransmisikan ke manusia melalui nyamuk kelompok Anopheline.

Penelitian Inke dkk menemukan bahwa pekerja perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Langkat kerap melihat keberadaan kera ekor panjang tetapi mengabaikan perlindungan terhadap nyamuk yang berpotensi mentransmisikan parasit Plasmodium knowlesi penyebab penyakit malaria.

Malaria yang diakibatkan parasit Plasmodium knowlesi diketahui menjadi endemi di wilayah Sabah dan Serawak, Malaysia, sejak 2004.

Dengan temuan tersebut Inke menjelaskan bahwa alih fungsi lahan cukup berpotensi menimbulkan hilangnya habitat kera ekor panjang yang lebih jauh lagi berpeluang memaparkan malaria akibat parasit Plasmodium knowlesi ke manusia.

"Pada saat mereka kehilangan habitatnya dan juga manusia semakin mendekat dengan adanya perubahan lahan yang tadinya hutan menjadi kebun atau plantation lain, maka tempat ini jadi tempat pertemuan hewan tadi dan manusia, maka paparannya akan menjadi semakin tinggi antara manusia dan hewan," katanya.

"Sebetulnya beberapa penyakit itu tetap memilih untuk menghinggapi hewan, tetapi ketika terpapar terus menerus mereka akan beradaptasi (menularkan ke manusia)," ujar Inke melengkapi.

Simpulan laju deforestasi dan alih fungsi lahan meningkatkan potensi penularan malaria jenis parasit Plasmodium knowlesi ke manusia juga sempat disampaikan Kepala Departemen Parasitologi Universitas Malaya Malaysia, Lau Yee Ling, dan Profesor Parasitologi Universitas Malaya Malaysia Indra Vythilingam.

"Nyamuk-nyamuk ini merebak ke perkampungan manusia karena deforestasi dan perubahan fungsi lahan," kata Vythilingam.

Baca juga: Lima regional ditetapkan Kemenkes jadi target eliminasi malaria

Baca juga: Peneliti: eliminasi malaria di Indonesia butuh cara baru

Baca juga: Indonesia punya potensi besar kembangkan obat malaria

Baca juga: Peneliti BRIN: Program pengendalian malaria harus terintegrasi