Jakarta (ANTARA) - Lembaga otonom persyarikatan Muhammadiyah, Aisyiyah, memperjuangkan isu stunting pada Muktamar ke-48 Muhammadiyah Aisyiyah yang berlangsung pada 18-20 November 2022, di Surakarta, Jawa Tengah.

"Dari Aisyiyah kami juga mengangkat isu strategis, ada yang sama, ada juga yang berbeda dengan yang diangkat oleh Muhammadiyah. Saya melihat yang tidak diangkat Muhammadiyah itu isu strategis tentang stunting," ujar Ketua Pimpinan Pusat (PP) Aisyiyah Masitoh Chusnan dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.

Baca juga: Muktamar Aisyiyah hasilkan 10 komitmen perempuan berkemajuan

Masitoh mengatakan isu stunting harus menjadi perjuangan semua pihak, terutama kaum perempuan. Isu stunting, kata dia, menegaskan bahwa Aisyiyah sebagai gerakan perempuan Islam yang berkemajuan memiliki perhatian khusus pada masalah anak dan perempuan.

"Karena bagaimanapun Aisyiyah memang sangat peduli terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh perempuan dan anak,” kata dia.

Guru Besar Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) ini menjelaskan stunting merupakan ancaman bagi masa depan generasi bangsa.

Oleh karena itu, pada Muktamar ke-48 Aisyiyah memasukkan isu stunting ke dalam isu-isu strategis, karena Aisyiyah tidak ingin Indonesia mengalami kemandegan generasi di masa depan.

Baca juga: Dengan jalan sehat, Jateng sambut Muktamar Muhammadiyah-'Aisyiyah

Baca juga: Presiden apresiasi peran Muhammadiyah dalam pemulihan pascapandemi


Selain itu, pada Muktamar ke-48 Aisyiyah juga membahas materi Risalah Perempuan Berkemajuan. Risalah ini merujuk pada pemahaman Islam Berkemajuan yang dikonseptualisasi oleh Muhammadiyah.

"Tentang perempuan berkemajuan ini kita tentu mengacu kepada Islam berkemajuan dari konsepnya Muhammadiyah, hanya saja lebih fokus ke masalah-masalah perempuan, di situ kami sudah punya naskahnya yang akan disahkan di Muktamar," kata dia.