Denpasar (ANTARA) - Konferensi ke-15 Konsil Kedokteran Internasional (IAMRA) yang akan diselenggarakan pada 6-9 November 2023 di Bali, akan semakin mendukung upaya daerah setempat untuk mengembangkan wisata medis.

Ketua Konsil Kedokteran Indonesia Prof Taruna Ikrar MD, MBiomed PhD di Denpasar, Selasa, mengatakan Bali akan mendapatkan efek domino dengan kesuksesan acara yang dihadiri oleh pilar-pilar penting di bidang kesehatan dari 194 negara di dunia.

"Ini efek dominonya banyak, yang datang adalah pemimpin-pemimpin lembaga kedokteran, juga melibatkan dokter militer hingga fakultas kedokteran seluruh dunia," ucap Prof Ikrar yang juga Director of Members-at-Large di International Association of Medical Regulatory Auhtorities (IAMRA) itu.

Terlebih untuk penyelenggara acaranya (event organizer/EO) juga dipercayakan sepenuhnya pada EO lokal Bali yang tergabung dalam PT Manajemen Konvensi Bali (Bali Convention Management/BACOMA).

Baca juga: 14 rumah sakit dan tiga klinik di Bali layani wisata medis

Penandatanganan perjanjian antara IAMRA dan BACOMA juga telah dilaksanakan pada Senin (7/11) bertempat di Hotel Puri Santrian, Sanur, Denpasar.

"Kita ingin mengembangkan medical tourism, ini (konferensi-red) penggawa-penggawanya yang datang. Dengan itu, cita-cita kita untuk menjadikan medical tourism di Indonesia dan khususnya Bali bisa berkembang," ucapnya.

Prof Ikrar mengutip laporan Kementerian Keuangan, menyampaikan setiap tahunnya ada sekitar Rp150 triliun dana yang dikeluarkan oleh sekitar 600 ribu orang-orang kaya di Indonesia untuk berobat ke luar negeri.

"Kita tentu tidak bisa setop Rp150 triliun itu jangan keluar semuanya, taruhlah 10 persen saja, tentu dampaknya akan besar," ucapnya.

Kemudian dengan sepenuhnya menggunakan "event organizer" yang dari Bali, pihaknya mengharapkan lembaga-lembaga yang lahir di suatu daerah agar betul-betul mengglobal. Pada acara konferensi tersebut dihadiri setidaknya 2.000 orang.
​​​​​​
"Konferensi tersebut akan menjadi event kedokteran terbesar yang pernah diselenggarakan," ujar Prof Ikrar.

Ada sejumlah isu yang akan dibahas dalam konferensi ke-15 IAMRA itu yakni diantaranya model aturan dasar yang berhubungan dengan registrasi standar antara dokter Indonesia atau dokter dari negara manapun untuk berpraktik lintas negara.

Kemudian mengenai standar pendidikan kedokteran, pengembangan karir dokter untuk berpraktik, hingga transfer teknologi di bidang kedokteran.

Baca juga: Wagub sebut wisata kesehatan jadi model pariwisata berkelanjutan Bali

Sementara itu, CEO Bali Convention Management (BACOMA) Levie Lantu mengatakan pihaknya sebagai EO dalam Konferensi ke-15 Konsil Kedokteran Internasional (IAMRA) itu merupakan bentuk kepercayaan terhadap komunitas Bali sekaligus menyimpan tantangan.

"Kepercayaan ini harus dimaknai dengan kolaborasi yang kuat. Dengan diberikan kepercayaan yang luar biasa ini, akan menjadi booster (penguat) bagi kami," ucapnya.

Menurut Levie, dengan kolaborasi, kita bisa memaksimalkan Bali bukan saja sebagai tempat berwisata, tetapi juga tempat penyelenggaraan konferensi internasional. Apalagi di Bali saat ini juga tengah dikembangkan wisata medis.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Bali Trisno Nugroho yang turut hadir menyaksikan penandatanganan perjanjian itu mengatakan Bali sangat siap untuk menyelenggarakan berbagai konferensi internasional.

"Bali sudah berkali-kali menyelenggarakan, termasuk G20 saat ini. Tetapi, memang tantangannya terletak pada EO asli Bali karena selama ini acara-acara besar di Bali EO yang dilibatkan kerapkali masih dari Jakarta," ucapnya.

Komunitas EO dari Bali diyakini juga dapat sukses menyelenggarakan konferensi internasional yang berskala besar.

"Kami sangat mengapresiasi, konferensi bisa dilaksanakan di Bali, apalagi Sanur juga telah ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan," ucap Trisno pada acara yang juga dihadiri Ketua Bali Tourism Board Ida Bagus Agung Partha Adnyana itu.