Akademisi: Pertanian Pintar solusi atasi ketergantungan pangan
8 November 2022 16:57 WIB
Tangkapan layar Seminar internasional bertajuk 2nd Agrifood System International Conference (2nd ASIC) membahas teknologi pertanian pintar dengan tema “Research advancement and innovations in Agroecology and Smart Agrifood System” di Padang, Selasa. (Antara/HO-Unand)
Padang (ANTARA) - Akademisi Fakultas Pertanian Universitas Andalas (Unand) Padang, Sumatera Barat Dr Indra Dwipa mengemukakan pertanian pintar merupakan salah satu solusi yang bisa diambil untuk mengatasi ketergantungan pangan dari negara lain dan meningkatkan produksi dalam negeri.
"Pandemi COVID-19 telah banyak mengubah kondisi dunia, khususnya kondisi pangan global, membuat banyak negara eksportir menghentikan ekspor komoditas pangan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, ini membuat negara yang bergantung dari impor kesulitan," katanya pada seminar internasional bertajuk 2nd Agrifood System International Conference (2nd ASIC) dengan tema Research Advancement and Innovations in Agroecologyand Smart Agrifood System yang digelar secara daring di Padang, Selasa.
Baca juga: Unand gelar Seminar Internasional teknologi pintar pertanian
Baca juga: Bungaran Saragih: Smart farming berperan dalam membangun agribisnis
Menurut Dekan Fakultas Pertanian Unand itu, selain dampak pandemi COVID-19, perang antara Rusia dan Ukraina sejak awal 2022 menyebabkan dunia mengalami ancaman serius bagi umat manusia, yaitu ancaman krisis pangan global.
Ia menilai ancaman krisis global ini jika tidak diantisipasi dari sekarang akan menjadi kenyataan ditambah kondisi iklim yang tidak menentu.
Indra menilai pertanian berdasarkan ekologi atau yang dikenal agroekologi merupakan solusi untuk mengembalikan pertanian ke bentuk seharusnya.
Konsep agroekologi merupakan suatu konsep pertanian yang ideal karena budidaya tanaman tidak hanya memperhatikan kesehatan lingkungan, tetapi juga memperhatikan produksi tanaman sehingga mendukung pertanian berkelanjutan.
"Perkembangan teknologi yang semakin canggih dapat dimanfaatkan dalam mendukung konsep agroekologi", katanya.
Saat ini, dunia sudah memasuki suatu era teknologi yang dikenal dengan Era Industri 4.0. Dalam era 4.0 teknologi bisa dimanfaatkan dalam dunia pertanian mulai dari budi daya hingga pemasaran hasil pertanian. "Oleh karena itu, muncul istilah dalam pertanian modern saat ini yaitu smart farming,” ujarnya.
Ia memaparkan pertanian pintar merupakan kegiatan pertanian memanfaatkan penggunaan platform yang terhubung dengan perangkat teknologi.
"Dengan adanya pertanian pintar, banyak performa di bidang pertanian yang bisa ditingkatkan, mulai dari mendeteksi secara cepat bagaimana kondisi suatu tanah dan membuat suatu model sistem," kata dia.
Baca juga: Penyuluhan pertanian cerdas untuk swasembada pangan
Baca juga: Kementan kembangkan Pertanian Cerdas Iklim antisipasi perubahan iklim
Smart farming merupakan konsep pertanian berbasis pada precision agriculture yang memanfaatkan otomatisasi teknologi didukung manajemen big data, kecerdasan buatan, dan Internet of Things (IoT) demi meningkatkan kualitas maupun kuantitas produksi dalam rangka mengoptimalkan sumber daya lahan, teknologi budi daya, SDM, dan sumber daya produksi lainnya.
"Dengan pertanian cerdas kita bisa memitigasi iklim, sehingga bisa meminimalkan kerugian yang ditimbulkan akibat perubahan iklim," kata dia
Selain itu, dengan adanya pertanian cerdas bisa memanfaatkan dengan sebaik-baiknya lahan yang digunakan, sehingga juga bisa dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan ketergantungan pangan terhadap negara lain. "Dengan demikian, negara kita benar-benar bisa menjadi negara yang berdaulat pangan," ujarnya.
"Pandemi COVID-19 telah banyak mengubah kondisi dunia, khususnya kondisi pangan global, membuat banyak negara eksportir menghentikan ekspor komoditas pangan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, ini membuat negara yang bergantung dari impor kesulitan," katanya pada seminar internasional bertajuk 2nd Agrifood System International Conference (2nd ASIC) dengan tema Research Advancement and Innovations in Agroecologyand Smart Agrifood System yang digelar secara daring di Padang, Selasa.
Baca juga: Unand gelar Seminar Internasional teknologi pintar pertanian
Baca juga: Bungaran Saragih: Smart farming berperan dalam membangun agribisnis
Menurut Dekan Fakultas Pertanian Unand itu, selain dampak pandemi COVID-19, perang antara Rusia dan Ukraina sejak awal 2022 menyebabkan dunia mengalami ancaman serius bagi umat manusia, yaitu ancaman krisis pangan global.
Ia menilai ancaman krisis global ini jika tidak diantisipasi dari sekarang akan menjadi kenyataan ditambah kondisi iklim yang tidak menentu.
Indra menilai pertanian berdasarkan ekologi atau yang dikenal agroekologi merupakan solusi untuk mengembalikan pertanian ke bentuk seharusnya.
Konsep agroekologi merupakan suatu konsep pertanian yang ideal karena budidaya tanaman tidak hanya memperhatikan kesehatan lingkungan, tetapi juga memperhatikan produksi tanaman sehingga mendukung pertanian berkelanjutan.
"Perkembangan teknologi yang semakin canggih dapat dimanfaatkan dalam mendukung konsep agroekologi", katanya.
Saat ini, dunia sudah memasuki suatu era teknologi yang dikenal dengan Era Industri 4.0. Dalam era 4.0 teknologi bisa dimanfaatkan dalam dunia pertanian mulai dari budi daya hingga pemasaran hasil pertanian. "Oleh karena itu, muncul istilah dalam pertanian modern saat ini yaitu smart farming,” ujarnya.
Ia memaparkan pertanian pintar merupakan kegiatan pertanian memanfaatkan penggunaan platform yang terhubung dengan perangkat teknologi.
"Dengan adanya pertanian pintar, banyak performa di bidang pertanian yang bisa ditingkatkan, mulai dari mendeteksi secara cepat bagaimana kondisi suatu tanah dan membuat suatu model sistem," kata dia.
Baca juga: Penyuluhan pertanian cerdas untuk swasembada pangan
Baca juga: Kementan kembangkan Pertanian Cerdas Iklim antisipasi perubahan iklim
Smart farming merupakan konsep pertanian berbasis pada precision agriculture yang memanfaatkan otomatisasi teknologi didukung manajemen big data, kecerdasan buatan, dan Internet of Things (IoT) demi meningkatkan kualitas maupun kuantitas produksi dalam rangka mengoptimalkan sumber daya lahan, teknologi budi daya, SDM, dan sumber daya produksi lainnya.
"Dengan pertanian cerdas kita bisa memitigasi iklim, sehingga bisa meminimalkan kerugian yang ditimbulkan akibat perubahan iklim," kata dia
Selain itu, dengan adanya pertanian cerdas bisa memanfaatkan dengan sebaik-baiknya lahan yang digunakan, sehingga juga bisa dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan ketergantungan pangan terhadap negara lain. "Dengan demikian, negara kita benar-benar bisa menjadi negara yang berdaulat pangan," ujarnya.
Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022
Tags: