Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian Asia Timur merupakan salah satu kawasan paling damai dan stabil di dunia serta kawasan yang menjanjikan untuk kerja sama dan pembangunan, bukanlah arena kontes geopolitik.

Hal tersebut dilontarkan Zhao mengomentari laporan bahwa Menteri Pertahanan Jepang Yasukazu Hamada dalam konferensi pers pada 4 November lalu mengatakan bahwa Jepang telah resmi bergabung dengan pusat pertahanan siber Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO).

Dalam banyak kesempatan, NATO telah secara terbuka menyatakan bahwa mereka akan tetap menjadi aliansi regional dan tidak mencari terobosan geopolitik. Asia-Pasifik terletak di luar cakupan geografis Atlantik Utara dan tidak memerlukan replika NATO, kata Zhao.

"Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kami telah melihat NATO terus memperkuat hubungan dengan negara-negara Asia-Pasifik. Apa yang sebenarnya ingin dilakukan NATO? Ini membutuhkan kewaspadaan tinggi di komunitas internasional, khususnya negara-negara Asia-Pasifik," ujar Zhao.

Zhao menambahkan bahwa mengingat sejarah agresi luar negeri yang dilakukan oleh militerisme Jepang selama satu abad terakhir, negara-negara tetangga Jepang di Asia dan komunitas internasional sangat memperhatikan tendensi militer dan keamanan Jepang.

"Yang seharusnya dilakukan Jepang adalah memetik pelajaran dari sejarah, tetap berkomitmen pada jalur pembangunan yang damai, serta menghindari melakukan hal-hal yang dapat merusak kepercayaan sekaligus memengaruhi perdamaian dan stabilitas di kawasan ini," imbuhnya.