Penduduk di ibu kota India itu dalam beberapa minggu terakhir ini bangun pada pagi hari dengan mendapati kondisi langit dalam keadaan berkabut dan berwarna abu-abu.
Lapisan asap tebal menyelimuti kota pada musim dingin.
Udara dingin yang mengganggu dan berasal alat konstruksi, ditambah emisi kendaraan dan asap dari pembakaran tanaman di negara bagian tetangga, menyebabkan lonjakan penyakit pernapasan di antara 20 juta penduduknya.
Indeks kualitas udara di hampir semua stasiun pemantauan di kota itu berada antara 300 hingga 400 atau dalam kategori "sangat buruk" pada Senin.
Menurut para ahli, kondisi itu bisa menyebabkan penyakit pernapasan jika orang terpapar dalam waktu lama.
Angka itu merupakan peningkatan dari minggu lalu, yaitu indeks 400-500 yang digambarkan sebagai "parah".
"Arahan untuk bekerja dari rumah sudah diubah dan kantor berfungsi dengan kapasitas penuh mulai hari ini," demikian diumumkan Menteri Lingkungan Negara Bagian Delhi Gopal Rai kepada wartawan.
Sekolah dasar akan dibuka kembali pada Rabu (9/11).
Pemerintah pusat dan negara bagian pekan lalu memerintahkan sekolah dasar ditutup, kendaraan diesel yang membawa barang-barang tidak penting dilarang masuk, dan sebagian besar kegiatan konstruksi dan pembongkaran di wilayah ibu kota ditangguhkan.
Rai mengatakan pembongkaran dan konstruksi pribadi masih akan tetap dilarang, tetapi pekerjaan umum yang berkaitan dengan jalan raya dan transmisi listrik akan diizinkan untuk tetap berlangsung.
Namun, kualitas udara dapat memburuk akhir pekan ini, menurut peringatan yang dikeluarkan di situs Sistem Kualitas Udara dan Prakiraan dan Penelitian Cuaca.
Sumber: Reuters
Baca juga: Udara New Delhi tercemar parah, pegawai kantor diminta WFH
Baca juga: Mahkamah Agung India: Polusi udara di New Delhi 'sangat serius'