"Berdasarkan studi yang kami lakukan tahun 2019 hingga September 2022 pada hampir 500 pasien, teknologi PGT-A membantu potensi kehamilan sebesar 68 persen pada kelompok umur 38 sampai 39 tahun," katanya pada konferensi pers bersama Morula IVF Indonesia di Cikang Resto Jakarta, Senin.
Pada kelompok usia tersebut, kata Arief, persentase kehamilan dengan teknologi PGT-A lebih baik 25 persen dibandingkan dengan kehamilan non-PGT-A.
Baca juga: Dokter: PGT-A bantu antisipasi kelainan kromosom embrio
"Jadi, kalau kromosom yang normal mudah-mudahan persentase hamilnya lebih tinggi daripada yang enggak normal, karena 96 persen dari embrio yang enggak normal kromosomnya itu jatuhnya down syndrome," ucap Arief.
Seleksi embrio ini dilakukan untuk meminimalisasi angka kelahiran dengan kelainan genetik yang diturunkan orang tua pada anak.
Teknologi PGT-A ini juga mengurangi intensitas pasangan yang kesulitan untuk hamil, untuk program bayi tabung berulang kali. Sehingga, menghemat waktu dan biaya yang dikeluarkan.
Baca juga: Dokter: perbaiki gaya hidup agar proses bayi tabung optimal
Baca juga: Dokter: Tak perlu ragu ikut program bayi tabung demi punya momongan
Menurut data yang ia sampaikan bahwa pasien dalam rentang usia 35 tahun ke atas, angka kromosom normalnya lebih rendah dibandingkan kromosom tidak normal, sehingga PGT-A harus direkomendasikan pada kelompok usia ini agar tujuan embrio sehat bisa terpenuhi.
"Kita mencari embrio yang betul-betul baik supaya program bayi tabung tidak dilakukan berkali-kali sebagai upaya terbaik mengurangi kesulitan hamil, salah satunya karena faktor usia ibu," ucap Arief.