Pyin Oo Lwin, Myanmar (ANTARA) - Myanmar kembali mengadakan festival balon udara panas selama lima hari mulai Jumat (4/11) setelah absen selama dua tahun akibat pandemi COVID-19.
Sekitar 76 balon udara panas dalam tiga kategori utama bersaing dalam acara tahun ini, yang berlangsung hingga Selasa (8/11), di Kota Pyin Oo Lwin, Myanmar tengah, untuk merayakan festival cahaya tradisional Tazaungdaing yang jatuh pada Senin (7/11).
Festival Cahaya Tazaungdaing di Myanmar diadakan pada hari bulan purnama Tazaungmon, atau bulan kedelapan dalam kalender Myanmar, yang menandai akhir musim hujan serta akhir musim Kathina, saat para biksu diberi jubah baru dan derma.
"Tahun ini, kami hanya punya waktu sekitar 40 hari untuk menyiapkan kompetisi balon udara panas," kata Kyaw Htay Ko, Sekretaris Komite Penyelenggara Kompetisi Balon Udara Panas Tazaungdaing Pyin Oo Lwin, kepada Xinhua.
Festival balon udara panas tahunan yang dimulai pada 2005 tersebut diselenggarakan untuk mendorong sektor pariwisata, membantu pembangunan daerah, dan meningkatkan ekonomi daerah, imbuhnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, para penyelenggara dan pembuat balon udara panas mempersiapkan acara tahunan itu sekitar enam bulan sebelumnya, menurut komite penyelenggara.
"Namun, jumlah balon yang dipertandingkan di ajang tahun ini tidak jauh berbeda dengan kompetisi di tahun-tahun sebelumnya," ujar Kyaw Htay Ko.
Di banyak daerah di Myanmar, balon-balon udara panas yang dinyalakan dengan lilin diterbangkan untuk merayakan Festival Cahaya Tazaungdaing guna mengusir roh jahat menurut kepercayaan agama.
Festival tahun ini yang berlangsung selama lima hari tersebut menampilkan penerbangan balon udara pada siang dan malam hari, berbagai tarian tradisional, pertunjukan musik, serta kompetisi olahraga.
Myanmar kembali gelar festival balon udara setelah dua tahun absen
7 November 2022 18:20 WIB
Berbagai macam balon udara panas kembali muncul setelah dua tahun absen, menarik masyarakat setempat untuk berkumpul dan bergembira dalam perayaan tersebut. (Xinhua)
Pewarta: Xinhua
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2022
Tags: