PLN uji coba bonggol jagung untuk bahan bakar PLTU Sumbawa Barat
7 November 2022 11:06 WIB
Seorang karyawan PLN menunjukkan bonggol jagung yang siap dipakai jadi substitusi bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat. (ANTARA/HO-PLN)
Mataram (ANTARA) - PT PLN (Persero) Nusa Tenggara Barat terus mendukung tercapainya target net zero emission pada 2060, salah satunya melalui uji coba pemanfaatan bonggol jagung sebagai substitusi bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Sumbawa Barat.
Manager PLN Unit Pelaksana Pembangkitan (UPK) Tambora, Wayan Budi Laksana, di Mataram, Senin, mengatakan PLTU Sumbawa Barat adalah salah satu PLTU dalam sistem kelistrikan di NTB, yang menerapkan co-firing.
Co-firing merupakan teknik substitusi dalam pembakaran PLTU, di mana sebagian batu bara yang dijadikan bahan bakar diganti sebagian dengan bahan lainnya, yang dalam konteks ini adalah biomassa.
Ia menambahkan PLTU Sumbawa Barat berkapasitas 2x7 mega watt (MW) memanfaatkan limbah domestik yaitu bonggol jagung yang telah diolah sedemikian rupa untuk dijadikan bahan bakar alternatif guna peningkatan kualitas produksi listrik dan rantai pasok energi primer pada PLTU.
"PLN saat ini berfokus dalam transisi energi melalui peningkatan bauran energi baru terbarukan. Dalam tahapannya, PLN juga menerapkan green booster yang di dalamnya meliputi implementasi co-firing pada PLTU. Di sisi lain, Sumbawa dikenal sebagai penghasil jagung yang melimpah untuk komoditas pertanian," katanya.
Proses co-firing, kata Wayan, menggunakan biomassa bonggol jagung dilakukan secara terus menerus sejak Mei 2022 sampai dengan saat ini dengan persentase campuran biomassa yang terus meningkat.
Dengan melakukan co-firing menggunakan bonggol jagung, PLTU Sumbawa Barat dapat memproduksi energi listrik sebesar 300 MWh yang disalurkan ke pelanggan di Pulau Sumbawa.
Proses co-firing adalah proses penambahan biomassa sebagai substitusi sebagian batu bara atau campuran batu bara di PLTU. Persentase penggunaannya dilakukan bertahap sebesar tiga persen di awal-awal percobaan.
"Kemudian terus kami tingkatkan sebesar lima persen, 25 persen hingga 50 persen dari kebutuhan bahan bakar sudah dilakukan sejak Mei 2022 di PLTU Sumbawa. Hingga di bulan ini, kami melaksanakan performance test dengan bahan baku 100 persen bonggol jagung," ujarnya.
Yang menggembirakan, menurut dia, penggunaan biomassa itu terbukti mampu menghemat biaya dan penyediaan pasokan biomassa untuk co-firing juga didukung penuh oleh Pemerintah Kabupaten Sumbawa dan pihak terkait dengan memberdayakan pasokan biomassa dari petani di Pulau Sumbawa, sehingga kontinuitas co-firing dapat terus berjalan.
Wayan juga menjelaskan selama Mei-Agustus 2022, PLTU Sumbawa telah menggunakan 1.196,85 ton atau lima persen biomassa dan berhasil menekan biaya hingga Rp316 juta.
"Ke depannya, kami akan terus meningkatkan biomassa dalam proses co-firing. Tidak hanya menggunakan bonggol jagung, PLTU Sumbawa juga akan menggunakan potensi biomassa yang lain seperti woodchip pohon kaliandra, pohon gamal, dan pohon lamtoro," katanya.
Sekretaris Daerah NTB, Lalu Gita Ariadi, mengapresiasi langkah dan kinerja PLN yang dinilai positif. Tak hanya keandalan, namun komitmen PLN untuk pemanfaatan energi baru terbarukan.
Ia juga berharap akan banyak investor yang akan akan bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi NTB di dalam peningkatan pemanfaatan energi baru terbarukan.
"Terima kasih atas berbagai prestasi yang telah diraih. Semoga ke depan pemanfaatan greeen energy akan menghadirkan kehidupan di NTB, yang lebih sehat dan lebih bersih di masa yang akan datang," ucap Gita.
Baca juga: Dirjen Minerba: Co-firing biomassa di PLTU percepat transisi energi
Baca juga: PLTU Berau manfaatkan bahan bakar cangkang sawit
Baca juga: Perhutani suplai serbuk kayu ke pembangkit listrik tenaga uap di Jawa
Manager PLN Unit Pelaksana Pembangkitan (UPK) Tambora, Wayan Budi Laksana, di Mataram, Senin, mengatakan PLTU Sumbawa Barat adalah salah satu PLTU dalam sistem kelistrikan di NTB, yang menerapkan co-firing.
Co-firing merupakan teknik substitusi dalam pembakaran PLTU, di mana sebagian batu bara yang dijadikan bahan bakar diganti sebagian dengan bahan lainnya, yang dalam konteks ini adalah biomassa.
Ia menambahkan PLTU Sumbawa Barat berkapasitas 2x7 mega watt (MW) memanfaatkan limbah domestik yaitu bonggol jagung yang telah diolah sedemikian rupa untuk dijadikan bahan bakar alternatif guna peningkatan kualitas produksi listrik dan rantai pasok energi primer pada PLTU.
"PLN saat ini berfokus dalam transisi energi melalui peningkatan bauran energi baru terbarukan. Dalam tahapannya, PLN juga menerapkan green booster yang di dalamnya meliputi implementasi co-firing pada PLTU. Di sisi lain, Sumbawa dikenal sebagai penghasil jagung yang melimpah untuk komoditas pertanian," katanya.
Proses co-firing, kata Wayan, menggunakan biomassa bonggol jagung dilakukan secara terus menerus sejak Mei 2022 sampai dengan saat ini dengan persentase campuran biomassa yang terus meningkat.
Dengan melakukan co-firing menggunakan bonggol jagung, PLTU Sumbawa Barat dapat memproduksi energi listrik sebesar 300 MWh yang disalurkan ke pelanggan di Pulau Sumbawa.
Proses co-firing adalah proses penambahan biomassa sebagai substitusi sebagian batu bara atau campuran batu bara di PLTU. Persentase penggunaannya dilakukan bertahap sebesar tiga persen di awal-awal percobaan.
"Kemudian terus kami tingkatkan sebesar lima persen, 25 persen hingga 50 persen dari kebutuhan bahan bakar sudah dilakukan sejak Mei 2022 di PLTU Sumbawa. Hingga di bulan ini, kami melaksanakan performance test dengan bahan baku 100 persen bonggol jagung," ujarnya.
Yang menggembirakan, menurut dia, penggunaan biomassa itu terbukti mampu menghemat biaya dan penyediaan pasokan biomassa untuk co-firing juga didukung penuh oleh Pemerintah Kabupaten Sumbawa dan pihak terkait dengan memberdayakan pasokan biomassa dari petani di Pulau Sumbawa, sehingga kontinuitas co-firing dapat terus berjalan.
Wayan juga menjelaskan selama Mei-Agustus 2022, PLTU Sumbawa telah menggunakan 1.196,85 ton atau lima persen biomassa dan berhasil menekan biaya hingga Rp316 juta.
"Ke depannya, kami akan terus meningkatkan biomassa dalam proses co-firing. Tidak hanya menggunakan bonggol jagung, PLTU Sumbawa juga akan menggunakan potensi biomassa yang lain seperti woodchip pohon kaliandra, pohon gamal, dan pohon lamtoro," katanya.
Sekretaris Daerah NTB, Lalu Gita Ariadi, mengapresiasi langkah dan kinerja PLN yang dinilai positif. Tak hanya keandalan, namun komitmen PLN untuk pemanfaatan energi baru terbarukan.
Ia juga berharap akan banyak investor yang akan akan bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi NTB di dalam peningkatan pemanfaatan energi baru terbarukan.
"Terima kasih atas berbagai prestasi yang telah diraih. Semoga ke depan pemanfaatan greeen energy akan menghadirkan kehidupan di NTB, yang lebih sehat dan lebih bersih di masa yang akan datang," ucap Gita.
Baca juga: Dirjen Minerba: Co-firing biomassa di PLTU percepat transisi energi
Baca juga: PLTU Berau manfaatkan bahan bakar cangkang sawit
Baca juga: Perhutani suplai serbuk kayu ke pembangkit listrik tenaga uap di Jawa
Pewarta: Awaludin
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022
Tags: