Subholding Gas Pertamina layani komersial di Bali dengan CNG dan LNG
6 November 2022 15:45 WIB
Ilustrasi - Subholding Gas PT Pertamina (Persero), melalui afiliasinya, PT Pertagas Niaga, memasok konsumen komersial di Bali seperti hotel, restoran, dan kafe dengan gas terkompresi (CNG) dan gas alam cair (LNG). ANTARA/HO-PT Pertagas Niaga
Jakarta (ANTARA) - Subholding Gas PT Pertamina (Persero), melalui afiliasinya, PT Pertagas Niaga, melayani konsumen komersial di Bali seperti hotel, restoran, dan kafe dengan gas terkompresi (CNG) dan gas alam cair (LNG), yang memberikan manfaat efisiensi bagi penggunanya.
Direktur Utama Pertagas Niaga Aminuddin menjelaskan sama halnya dengan gas bumi yang disalurkan dengan pipa, penggunaan CNG dan LNG memiliki keunggulan yakni mendorong daya saing produk maupun jasa.
Ketersediaan pasokan tanpa henti juga akan menjadi nilai lebih, sehingga pelanggan tidak akan mengalami kendala kehabisan bahan bakar.
"Tidak hanya sisi penurunan cost produksi, konsumen mendapatkan manfaat lain seperti sustainability operasi dan layanan. Harga gas bumi, selain lebih kompetitif dibandingkan energi fosil lainnya, juga lebih stabil. Untuk perhitungan perencanaan biaya energi juga lebih akuntabel, karena pemakaian gas bumi dapat diperhitungkan secara riil dan dapat digunakan sebagai basis data pengelolaan biaya operasi," ujarnya dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.
Aminuddin melanjutkan dengan CNG, maka Bali sebagai destinasi wisata akan semakin meningkat daya saingnya dan juga menjadi penopang energi bersih di Bali.
Pertagas Niaga menginisiasi penyaluran gas nonpipa di Bali, yang belum terkoneksi jaringan pipa Subholding Gas.
Suplai CNG oleh Pertagas Niaga, yang bekerja sama dengan PT Patra Logistik itu, telah dilakukan ke The Trans Resort Bali, sebagai konsumen pelopor CNG di Bali.
Potensi konsumen terus meningkat, sehingga PGN Group menopang dalam bentuk LNG dengan manfaat serupa. Conrad Hotel dan SOL by Melia merupakan pelanggan LNG Pertagas Niaga.
"Perluasan CNG dan LNG yang masif ini juga bagian dari upaya Subholding Gas Pertamina untuk berkontribusi mengurangi impor energi dan menghemat subsidi elpiji agar lebih tepat sasaran. Bersumber dari dalam negeri, pemanfaatan CNG dan LNG juga akan menopang kemandirian energi. Dukungan dari pemerintah juga sangat penting, agar pemanfaatan LNG oleh pelanggan di berbagai segmen didapatkan dengan harga yang kompetitif," ujar Aminuddin.
Alex Jovanovich, selaku General Manager Trans Resort Bali, mengatakan
penggunaan energi dalam industri perhotelan sangat penting untuk meningkatkan komitmen pengelolaan operasi perusahaan yang lebih berkelanjutan selaras dengan prinsip ESG. Di hotel tersebut, biaya energi memiliki porsi delapan persen dari total biaya operasional.
Menurut dia, biasanya perawatan dapur bisa satu bulan sekali. Namun dengan CNG, selama enam bulan terakhir, dapur tidak memerlukan maintenance, karena nyala api tetap stabil dan bersih. Alex juga mengutamakan penggunaan energi yang aman, sehingga CNG menjadi pilihannya.
Hotel tersebut memakai CNG yang disalurkan menggunakan cradle berkapasitas 60 meter kubik dan infrastruktur penunjangnya yaitu PRS (pressure reducting system).
Sementara, Conrad Hotel menjadi hotel pertama di Bali yang memakai LNG untuk kebutuhan dapur, boiler, dan obor yang disalurkan menggunakan LNG isotank berkapasitas 9.000 meter kubik.
"Pemanfaatan energi ramah lingkungan akan menjadi komitmen kami untuk melaksanakan operasi bisnis perusahaan yang berkelanjutan," ujar Kevin Girard, selaku General Manager Conrad Hotel.
Agus Mauro, Owner SOL by Melia, mengatakan penggunaan energi bersih akan semakin meningkatkan okupansi hotel. "Untuk tamu kami yang european market, hal tersebut sangat berpengaruh," ujarnya.
Kebutuhan LNG untuk dapur SOL disalurkan menggunakan microbulk berkapasitas 3.000 meter kubik.
Penetrasi pasar gas bumi di Bali juga diperkuat PT Gagas Energi Indonesia sebagai afiliasi Subholding Gas Pertamina.
Direktur Utama Gagas Muhammad Hardiansyah memperkirakan penyaluran CNG di Pulau Bali mencapai 3.000 meter kubik per bulan. Sedangkan, proyeksi penyaluran gas bumi di Bali bisa mencapai 250.000 meter kubik per bulan pada akhir 2022.
"Subholding Gas dan afiliasinya bersinergi untuk mengakselerasi pemanfaatan gas bumi dalam bentuk CNG maupun LNG melalui berbagai macam moda transportasi gas. Pengembangan infrastruktur tentunya terus dilakukan, karena kami ingin segera mengembangkan market di Bali yang sangat potensial," ujarnya.
Baca juga: Subholding Gas Pertamina perluas pemanfaatan gas bumi di Bali
Baca juga: Subholding Gas Pertamina terapkan ESG untuk bisnis berkelanjutan
Direktur Utama Pertagas Niaga Aminuddin menjelaskan sama halnya dengan gas bumi yang disalurkan dengan pipa, penggunaan CNG dan LNG memiliki keunggulan yakni mendorong daya saing produk maupun jasa.
Ketersediaan pasokan tanpa henti juga akan menjadi nilai lebih, sehingga pelanggan tidak akan mengalami kendala kehabisan bahan bakar.
"Tidak hanya sisi penurunan cost produksi, konsumen mendapatkan manfaat lain seperti sustainability operasi dan layanan. Harga gas bumi, selain lebih kompetitif dibandingkan energi fosil lainnya, juga lebih stabil. Untuk perhitungan perencanaan biaya energi juga lebih akuntabel, karena pemakaian gas bumi dapat diperhitungkan secara riil dan dapat digunakan sebagai basis data pengelolaan biaya operasi," ujarnya dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.
Aminuddin melanjutkan dengan CNG, maka Bali sebagai destinasi wisata akan semakin meningkat daya saingnya dan juga menjadi penopang energi bersih di Bali.
Pertagas Niaga menginisiasi penyaluran gas nonpipa di Bali, yang belum terkoneksi jaringan pipa Subholding Gas.
Suplai CNG oleh Pertagas Niaga, yang bekerja sama dengan PT Patra Logistik itu, telah dilakukan ke The Trans Resort Bali, sebagai konsumen pelopor CNG di Bali.
Potensi konsumen terus meningkat, sehingga PGN Group menopang dalam bentuk LNG dengan manfaat serupa. Conrad Hotel dan SOL by Melia merupakan pelanggan LNG Pertagas Niaga.
"Perluasan CNG dan LNG yang masif ini juga bagian dari upaya Subholding Gas Pertamina untuk berkontribusi mengurangi impor energi dan menghemat subsidi elpiji agar lebih tepat sasaran. Bersumber dari dalam negeri, pemanfaatan CNG dan LNG juga akan menopang kemandirian energi. Dukungan dari pemerintah juga sangat penting, agar pemanfaatan LNG oleh pelanggan di berbagai segmen didapatkan dengan harga yang kompetitif," ujar Aminuddin.
Alex Jovanovich, selaku General Manager Trans Resort Bali, mengatakan
penggunaan energi dalam industri perhotelan sangat penting untuk meningkatkan komitmen pengelolaan operasi perusahaan yang lebih berkelanjutan selaras dengan prinsip ESG. Di hotel tersebut, biaya energi memiliki porsi delapan persen dari total biaya operasional.
Menurut dia, biasanya perawatan dapur bisa satu bulan sekali. Namun dengan CNG, selama enam bulan terakhir, dapur tidak memerlukan maintenance, karena nyala api tetap stabil dan bersih. Alex juga mengutamakan penggunaan energi yang aman, sehingga CNG menjadi pilihannya.
Hotel tersebut memakai CNG yang disalurkan menggunakan cradle berkapasitas 60 meter kubik dan infrastruktur penunjangnya yaitu PRS (pressure reducting system).
Sementara, Conrad Hotel menjadi hotel pertama di Bali yang memakai LNG untuk kebutuhan dapur, boiler, dan obor yang disalurkan menggunakan LNG isotank berkapasitas 9.000 meter kubik.
"Pemanfaatan energi ramah lingkungan akan menjadi komitmen kami untuk melaksanakan operasi bisnis perusahaan yang berkelanjutan," ujar Kevin Girard, selaku General Manager Conrad Hotel.
Agus Mauro, Owner SOL by Melia, mengatakan penggunaan energi bersih akan semakin meningkatkan okupansi hotel. "Untuk tamu kami yang european market, hal tersebut sangat berpengaruh," ujarnya.
Kebutuhan LNG untuk dapur SOL disalurkan menggunakan microbulk berkapasitas 3.000 meter kubik.
Penetrasi pasar gas bumi di Bali juga diperkuat PT Gagas Energi Indonesia sebagai afiliasi Subholding Gas Pertamina.
Direktur Utama Gagas Muhammad Hardiansyah memperkirakan penyaluran CNG di Pulau Bali mencapai 3.000 meter kubik per bulan. Sedangkan, proyeksi penyaluran gas bumi di Bali bisa mencapai 250.000 meter kubik per bulan pada akhir 2022.
"Subholding Gas dan afiliasinya bersinergi untuk mengakselerasi pemanfaatan gas bumi dalam bentuk CNG maupun LNG melalui berbagai macam moda transportasi gas. Pengembangan infrastruktur tentunya terus dilakukan, karena kami ingin segera mengembangkan market di Bali yang sangat potensial," ujarnya.
Baca juga: Subholding Gas Pertamina perluas pemanfaatan gas bumi di Bali
Baca juga: Subholding Gas Pertamina terapkan ESG untuk bisnis berkelanjutan
Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: