Dokter: Segera periksa jika alami gejala kencing berdarah
4 November 2022 18:47 WIB
Tiga mahasiswa IPB Ahmad Irvan Pratama, Dina Istiqamah, dan Neng Shinta Noveria Aska, merancang alat pendeteksi penyakit hematuria yang diberi nama Biotra. (Humas IPB/Dina Istiqamah dan Tim) (Humas IPB/Dina Istiqamah dan Tim/)
Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis urologi dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr. Fakhri Rahman, Sp.U menekankan pentingnya untuk segera memeriksakan diri jika mengalami tanda-tanda kencing berdarah atau hematuria, terutama kencing berdarah yang tampak secara kasat mata.
“Prinsipnya, kalau misalnya sudah terlihat kencing darah, lebih baik waspada. Sekali lagi, jangan langsung khawatir karena memang belum tentu ganas, tapi lebih baik kita pastikan itu bukan suatu keganasan dibanding itu adalah suatu keganasan,” kata Fakhri dalam bincang virtual yang diikuti di Jakarta, Jumat.
Dia menjelaskan, pada dasarnya kencing berdarah terbagi menjadi dua kondisi yaitu hematuria yang warna darahnya dapat terlihat secara kasat mata (gross hematuria) serta hematuria yang darahnya hanya terlihat melalui mikroskop (microscopic hematuria).
Baca juga: Dokter sarankan orang tua pantau pola kencing anak secara berkala
Pada kasus hematuria mikroskopik, Fakhri mengatakan umumnya kondisi tersebut baru disadari atau diketahui saat pasien melakukan pemeriksaan medis di laboratorium (medical check up) karena darah yang terkandung di dalam urine tak terlihat.
Dia juga menggarisbawahi beberapa faktor risiko yang perlu diwaspadai yang dapat terkait dengan hematuria mikroskopik seperti menggunakan kateter dalam jangka waktu lama, memiliki batu kandung kemih, memiliki riwayat sebagai perokok, laki-laki di atas usia 60 tahun, hingga pekerja yang kontak dengan zat kimia tertentu.
Kondisi hematuria bisa menandakan berbagai penyakit mulai dari penyakit yang bersifat jinak seperti infeksi saluran kemih dan gangguan perdarahan hingga yang bersifat ganas seperti kanker pada ginjal dan kanker prostat.
“Tapi memang yang kita harus agak sedikit waspadai itu adalah kalau dia berhubungan dengan keganasan, di bidang urologi terutama, misalnya keganasan pada kandung kencing,” ujar Fakhri.
Baca juga: Gangguan berkemih penyakit masyarakat modern
Menurut dia, hematuria merupakan suatu keluhan terjadi karena banyak sebab seperti penyakit-penyakit yang berhubungan dengan saluran kandung kemih dan ginjal. Dengan demikian, pencegahan dan penanganan hematuria pun harus dilakukan secara spesifik merujuk pada penyebabnya.
“Bagaimana menghilangkan hematuria, jelas kita harus menghilangkan penyebabnya. Jadi yang paling penting adalah bagaimana mendiagnosis dengan tepat, menemukan penyebabnya dengan tepat, dan mengobati penyebabnya,” katanya.
Di sisi lain, Fakhri juga menegaskan bahwa kencing yang berwarna merah belum tentu dikatakan hematuria atau bahkan tanda terhadap suatu penyakit tertentu. Konsumsi makanan-makanan tertentu juga dapat mempengaruhi kencing berwarna merah misalnya buah beri. Bahkan dalam kasus tertentu, olahraga yang berlebihan terkadang bisa membuat kencing menjadi merah.
Baca juga: Ancaman "Overactive Bladder" cenderung diabaikan
“Jadi ada yang sebenarnya mungkin bukan penyakit, yang kesannya memperlihatkan kencingnya merah. Tapi ada juga penyakit-penyakit yang bisa membuat kencingnya merah yang variasinya sangat luas, bisa dari yang jinak atau biasa saja sampai yang ada kemungkinan keganasan atau kanker,” kata Fakhri.
“Prinsipnya, kalau misalnya sudah terlihat kencing darah, lebih baik waspada. Sekali lagi, jangan langsung khawatir karena memang belum tentu ganas, tapi lebih baik kita pastikan itu bukan suatu keganasan dibanding itu adalah suatu keganasan,” kata Fakhri dalam bincang virtual yang diikuti di Jakarta, Jumat.
Dia menjelaskan, pada dasarnya kencing berdarah terbagi menjadi dua kondisi yaitu hematuria yang warna darahnya dapat terlihat secara kasat mata (gross hematuria) serta hematuria yang darahnya hanya terlihat melalui mikroskop (microscopic hematuria).
Baca juga: Dokter sarankan orang tua pantau pola kencing anak secara berkala
Pada kasus hematuria mikroskopik, Fakhri mengatakan umumnya kondisi tersebut baru disadari atau diketahui saat pasien melakukan pemeriksaan medis di laboratorium (medical check up) karena darah yang terkandung di dalam urine tak terlihat.
Dia juga menggarisbawahi beberapa faktor risiko yang perlu diwaspadai yang dapat terkait dengan hematuria mikroskopik seperti menggunakan kateter dalam jangka waktu lama, memiliki batu kandung kemih, memiliki riwayat sebagai perokok, laki-laki di atas usia 60 tahun, hingga pekerja yang kontak dengan zat kimia tertentu.
Kondisi hematuria bisa menandakan berbagai penyakit mulai dari penyakit yang bersifat jinak seperti infeksi saluran kemih dan gangguan perdarahan hingga yang bersifat ganas seperti kanker pada ginjal dan kanker prostat.
“Tapi memang yang kita harus agak sedikit waspadai itu adalah kalau dia berhubungan dengan keganasan, di bidang urologi terutama, misalnya keganasan pada kandung kencing,” ujar Fakhri.
Baca juga: Gangguan berkemih penyakit masyarakat modern
Menurut dia, hematuria merupakan suatu keluhan terjadi karena banyak sebab seperti penyakit-penyakit yang berhubungan dengan saluran kandung kemih dan ginjal. Dengan demikian, pencegahan dan penanganan hematuria pun harus dilakukan secara spesifik merujuk pada penyebabnya.
“Bagaimana menghilangkan hematuria, jelas kita harus menghilangkan penyebabnya. Jadi yang paling penting adalah bagaimana mendiagnosis dengan tepat, menemukan penyebabnya dengan tepat, dan mengobati penyebabnya,” katanya.
Di sisi lain, Fakhri juga menegaskan bahwa kencing yang berwarna merah belum tentu dikatakan hematuria atau bahkan tanda terhadap suatu penyakit tertentu. Konsumsi makanan-makanan tertentu juga dapat mempengaruhi kencing berwarna merah misalnya buah beri. Bahkan dalam kasus tertentu, olahraga yang berlebihan terkadang bisa membuat kencing menjadi merah.
Baca juga: Ancaman "Overactive Bladder" cenderung diabaikan
“Jadi ada yang sebenarnya mungkin bukan penyakit, yang kesannya memperlihatkan kencingnya merah. Tapi ada juga penyakit-penyakit yang bisa membuat kencingnya merah yang variasinya sangat luas, bisa dari yang jinak atau biasa saja sampai yang ada kemungkinan keganasan atau kanker,” kata Fakhri.
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022
Tags: