Presiden harap produktivitas dan kualitas tebu meningkat
4 November 2022 14:22 WIB
Presiden Joko Widodo meresmikan program "Bioetanol Tebu untuk Ketahanan Energi" yang digelar di pabrik bioetanol PT. Energi Agro Nusantara (Enero), Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur, Jumat (4/11/2022). ANTARA/HO-Biro Pers Sekretariat Kepresiden/Laily Rachev/aa.
Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengharapkan produktivitas dan kualitas tebu meningkat dengan adanya program produksi bioetanol dari tanaman tersebut di Mojokerto, Jawa Timur.
"Kita telah memulai menanam tebu yang ditanam secara modern dan kita harapkan nanti produktivitas dari tanaman itu menjadi lebih baik dan lebih meningkat," kata Presiden Jokowi dalam keterangan tertulis Biro Pers Sekretariat Presiden diterima di Jakarta, Jumat.
Presiden dalam kesempatan tersebut meresmikan program "Bioetanol Tebu untuk Ketahanan Energi" yang digelar di pabrik bioetanol PT. Energi Agro Nusantara (Enero) di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Tebu selama ini dikenal sebagai bahan baku untuk produksi gula. Namun, tebu yang diproduksi dengan teknik fermentasi juga dapat menghasilkan bioetanol, yang dapat dipergunakan sebagai bahan bakar.
Menurut Presiden, Indonesia pernah menjadi eksportir gula pada 1800-an. Namun, saat ini Indonesia harus mengimpor gula dengan jumlah yang sangat besar untuk kebutuhan konsumsi maupun industri dalam negeri.
Oleh sebab itu, Presiden menginstruksikan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir untuk meningkatkan kualitas bibit tebu dengan varietas yang terbaik di dunia.
Baca juga: Presiden bertolak ke Mojokerto tinjau pabrik bioetanol dan kebun tebu
Baca juga: Erick: Indonesia harus bisa produksi bioetanol atasi importasi BBM
"Kita bekerja sama dengan Brazil untuk ini dan sudah memiliki pengalaman yang baik dalam manajemen mengenai tebu dan pergulaan," kata dia.
Presiden pun berharap melalui program ini, Indonesia dalam beberapa waktu ke depan dapat mencapai target untuk bisa mandiri dalam ketahanan pangan, termasuk tidak lagi mengimpor gula dari negara lain.
"Tapi memang butuh waktu mungkin dalam jangka lima tahun ke depan. Target kita seperti itu," ujar Presiden.
Guna mencapai target tersebut, Presiden meminta para petani dan pabrik gula di Tanah Air bekerja sama dengan baik. Selain itu, mesin-mesin yang ada di pabrik gula juga harus diperbarui dengan yang lebih modern dan menggunakan teknologi terkini.
"Kuncinya memang bibit yang baik, mesin dengan memberikan rendemen yang baik juga kepada petani. Kuncinya ada di situ, dan ini memang memerlukan investasi yang tidak sedikit, memerlukan uang yang tidak sedikit, tetapi sudah kita niatkan untuk mengubah ini," ucap Presiden.
Baca juga: Menteri BUMN dorong etanol dapat menjadi substitusi untuk BBM
"Kalau tebu ini berhasil, kemudian B30 sawit itu bisa ditingkatkan lagi, ini akan memperkuat ketahanan energi negara kita Indonesia," tutur Jokowi menambahkan.
Turut hadir dalam acara tersebut adalah Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif, Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak, dan Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, dan Direktur Utama PTPN III Mohammad Abdul Ghani.
"Kita telah memulai menanam tebu yang ditanam secara modern dan kita harapkan nanti produktivitas dari tanaman itu menjadi lebih baik dan lebih meningkat," kata Presiden Jokowi dalam keterangan tertulis Biro Pers Sekretariat Presiden diterima di Jakarta, Jumat.
Presiden dalam kesempatan tersebut meresmikan program "Bioetanol Tebu untuk Ketahanan Energi" yang digelar di pabrik bioetanol PT. Energi Agro Nusantara (Enero) di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Tebu selama ini dikenal sebagai bahan baku untuk produksi gula. Namun, tebu yang diproduksi dengan teknik fermentasi juga dapat menghasilkan bioetanol, yang dapat dipergunakan sebagai bahan bakar.
Menurut Presiden, Indonesia pernah menjadi eksportir gula pada 1800-an. Namun, saat ini Indonesia harus mengimpor gula dengan jumlah yang sangat besar untuk kebutuhan konsumsi maupun industri dalam negeri.
Oleh sebab itu, Presiden menginstruksikan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir untuk meningkatkan kualitas bibit tebu dengan varietas yang terbaik di dunia.
Baca juga: Presiden bertolak ke Mojokerto tinjau pabrik bioetanol dan kebun tebu
Baca juga: Erick: Indonesia harus bisa produksi bioetanol atasi importasi BBM
"Kita bekerja sama dengan Brazil untuk ini dan sudah memiliki pengalaman yang baik dalam manajemen mengenai tebu dan pergulaan," kata dia.
Presiden pun berharap melalui program ini, Indonesia dalam beberapa waktu ke depan dapat mencapai target untuk bisa mandiri dalam ketahanan pangan, termasuk tidak lagi mengimpor gula dari negara lain.
"Tapi memang butuh waktu mungkin dalam jangka lima tahun ke depan. Target kita seperti itu," ujar Presiden.
Guna mencapai target tersebut, Presiden meminta para petani dan pabrik gula di Tanah Air bekerja sama dengan baik. Selain itu, mesin-mesin yang ada di pabrik gula juga harus diperbarui dengan yang lebih modern dan menggunakan teknologi terkini.
"Kuncinya memang bibit yang baik, mesin dengan memberikan rendemen yang baik juga kepada petani. Kuncinya ada di situ, dan ini memang memerlukan investasi yang tidak sedikit, memerlukan uang yang tidak sedikit, tetapi sudah kita niatkan untuk mengubah ini," ucap Presiden.
Baca juga: Menteri BUMN dorong etanol dapat menjadi substitusi untuk BBM
"Kalau tebu ini berhasil, kemudian B30 sawit itu bisa ditingkatkan lagi, ini akan memperkuat ketahanan energi negara kita Indonesia," tutur Jokowi menambahkan.
Turut hadir dalam acara tersebut adalah Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif, Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak, dan Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, dan Direktur Utama PTPN III Mohammad Abdul Ghani.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2022
Tags: