Dokter: Perhatian bentuk dukungan pada anak dengan disabilitas
3 November 2022 20:07 WIB
Peserta Pelatihan Seni Rupa Kriya bagi penyandang disabilitas Tingkat Kota Administrasi Jakarta Selatan menampilkan karyanya, Jakarta, Jumat (28/10/2022). ANTARA/HO-Sudin Kominfotik Jaksel
Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis anak konsultan tumbuh kembang dr. Marlisye Marpaung, Sp.A(K) mengemukakan beberapa tindakan dan perhatian dapat dilakukan masyarakat di lingkungan terdekat, termasuk keluarga, untuk memberikan dukungan terhadap tumbuh kembang anak dengan disabilitas.
“Bentuk kepedulian pada anak dengan disabilitas yang lebih diperlukan adalah perhatian, baik dalam bentuk kasih sayang, pendidikan, kesehatan, dalam bentuk interaksi sosial, itu merupakan bentuk-bentuk perhatian yang perlu diberikan dari orang-orang di sekitar,” kata dokter yang juga Sekretaris Satgas Perlindungan Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu dalam bincang virtual di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Dokter: Diperlukan sinergi untuk beri akses anak disabilitas
Menurut Marlisye, salah satu bentuk dukungan yang paling penting adalah perhatian emosional. Biasanya anak-anak dengan disabilitas paling sering mengalami masalah psikologis yang muncul karena keterbatasan yang dimiliki atau karena respons dari lingkungan terhadap keterbatasan yang dimiliki anak.
“Dukungan dari lingkungan terutama dukungan emosional itu sangat baik, memberikan sisi positif pada anak disabilitas. Dukungan emosional ini bisa diberikan oleh orang tuanya, keluarganya, teman-teman sebaya, teman sekolah, ataupun oleh masyarakat lainnya,” kata Marlisye.
Dia mengatakan anak dengan disabilitas harus mendapat perlakuan yang wajar, bimbingan atau pengarahan hingga pelajaran bagaimana cara bersosialisasi dan bermain dengan teman sebaya. Hal-hal tersebut merupakan bentuk-bentuk perhatian yang bisa masyarakat berikan.
Untuk pendidikan, Marlisye menekankan pendidikan yang diberikan juga harus bersifat inklusif atau bersifat segregasi dengan pola luar biasa. Masyarakat, perlu untuk selalu memberikan motivasi kepada mereka agar dapat mencapai potensi. Pendidikan yang diberikan hendaknya tepat dan sesuai dengan kemampuan serta minat anak.
Baca juga: Riset: Anak disabilitas Yogyakarta harapkan pemenuhan-perlindungan hak
Baca juga: Jakarta Selatan bina penyandang disabilitas miliki keterampilan seni
“Kemudian, juga kita berikan keterampilan-keterampilan hidup yang bisa menjadi pegangannya nanti ke depan yang tentunya disesuaikan dengan minat dan potensinya,” kata Marlisye.
Selain itu, keluarga juga dapat mengikutsertakan anak dengan disabilitas untuk terlibat dalam komunitas atau perkumpulan anak-anak yang bisa membantunya untuk mengembangkan potensi, terutama untuk membantu anak mencapai kemandirian.
Marlisye mengatakan dengan adanya bentuk-bentuk perhatian tersebut, diharapkan menjadi peluang dan kesempatan yang baik pada anak-anak dengan disabilitas untuk dapat berkembang, sehingga hambatan-hambatan yang mungkin ditemukan bisa diminimalisasi.
“Bentuk kepedulian pada anak dengan disabilitas yang lebih diperlukan adalah perhatian, baik dalam bentuk kasih sayang, pendidikan, kesehatan, dalam bentuk interaksi sosial, itu merupakan bentuk-bentuk perhatian yang perlu diberikan dari orang-orang di sekitar,” kata dokter yang juga Sekretaris Satgas Perlindungan Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu dalam bincang virtual di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Dokter: Diperlukan sinergi untuk beri akses anak disabilitas
Menurut Marlisye, salah satu bentuk dukungan yang paling penting adalah perhatian emosional. Biasanya anak-anak dengan disabilitas paling sering mengalami masalah psikologis yang muncul karena keterbatasan yang dimiliki atau karena respons dari lingkungan terhadap keterbatasan yang dimiliki anak.
“Dukungan dari lingkungan terutama dukungan emosional itu sangat baik, memberikan sisi positif pada anak disabilitas. Dukungan emosional ini bisa diberikan oleh orang tuanya, keluarganya, teman-teman sebaya, teman sekolah, ataupun oleh masyarakat lainnya,” kata Marlisye.
Dia mengatakan anak dengan disabilitas harus mendapat perlakuan yang wajar, bimbingan atau pengarahan hingga pelajaran bagaimana cara bersosialisasi dan bermain dengan teman sebaya. Hal-hal tersebut merupakan bentuk-bentuk perhatian yang bisa masyarakat berikan.
Untuk pendidikan, Marlisye menekankan pendidikan yang diberikan juga harus bersifat inklusif atau bersifat segregasi dengan pola luar biasa. Masyarakat, perlu untuk selalu memberikan motivasi kepada mereka agar dapat mencapai potensi. Pendidikan yang diberikan hendaknya tepat dan sesuai dengan kemampuan serta minat anak.
Baca juga: Riset: Anak disabilitas Yogyakarta harapkan pemenuhan-perlindungan hak
Baca juga: Jakarta Selatan bina penyandang disabilitas miliki keterampilan seni
“Kemudian, juga kita berikan keterampilan-keterampilan hidup yang bisa menjadi pegangannya nanti ke depan yang tentunya disesuaikan dengan minat dan potensinya,” kata Marlisye.
Selain itu, keluarga juga dapat mengikutsertakan anak dengan disabilitas untuk terlibat dalam komunitas atau perkumpulan anak-anak yang bisa membantunya untuk mengembangkan potensi, terutama untuk membantu anak mencapai kemandirian.
Marlisye mengatakan dengan adanya bentuk-bentuk perhatian tersebut, diharapkan menjadi peluang dan kesempatan yang baik pada anak-anak dengan disabilitas untuk dapat berkembang, sehingga hambatan-hambatan yang mungkin ditemukan bisa diminimalisasi.
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022
Tags: