Ahli forensik se-Asia ikuti Asian Forensic Sciences Network di Jakarta
3 November 2022 18:00 WIB
Ratusan peserta menghadiri pembukaan pertemuan tahunan dan simposium Jaringan Ilmu Forensik Asia (AFSN) ke-14 tahun 2022 di Auditorium PTIK, Jakarta Selatan, Kamis (3/11/2022). (ANTARA/HO-Divisi Humas Polri)
Jakarta (ANTARA) - Sebanyak 400 tenaga ahli forensik dari 17 negara di Asia berkumpul di Jakarta untuk mengikuti pertemuan tahunan dan simposium Jaringan Ilmu Forensik Asia (AFSN) Tahun 2022 dalam rangka memperkuat keilmuan dan saling bertukar pengalaman.
Kegiatan AFSN ke-14 itu berlangsung selama empat hari mulai Rabu (2/5) hingga Sabtu (5/11), dengan dibuka oleh Kepala Badan Pemelihara Keamanan (Kabaharkam) Polri Komjen Pol. Arief Sulistyanto, mewakili Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo, di Auditorium PTIK, Jakarta Selatan, Kamis.
Arief mengatakan pertemuan tahunan AFSN tersebut penting untuk menghadapi perkembangan teknis baru dan canggih dalam ilmu forensik, terlebih adanya situasi pandemi COVID-19.
"Penting karena untuk mengimbangi perkembangan baru yang semakin sulit, canggih dan cepat," kata Arief.
Sementara itu, Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri (Kapusdokkes) Irjen Pol. Asep Hendradiana mengatakan pertemuan tahunan AFSN sempat terhenti karena pandemi COVID-19 dan baru diadakan lagi secara luring di tahun 2022. Pada tahun 2021, agenda tahunan itu dilaksanakan secara daring dengan tuan rumah Filipina.
Setelah pembukaan acara, kegiatan kemudian dilanjutkan dengan sesi ilmiah yang terbagi atas 10 kelompok kerja dengan enam kelas, di mana setiap kelas mampu menampung seluruh peserta.
Baca juga: Dokter ungkap kendala pembuktian forensik terkait kekerasan seksual
Sepuluh kelompok kerja dari berbagai disiplin ilmu itu saling berkoordinasi dan mengawasi bidang keahlian tertentu, yaitu asam deoksiribonukleat (DNA), illicit drug, toxicology, trace evidence, crime scene investigation, digital forensic, questioned document, fingerprint, quality assurance & standard committee, serta forensic medicine.
Selanjutnya, pada hari terakhir pertemuan, akan dilakukan study tour ke fasilitas layanan forensik Polri, seperti Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor), Laboratorium DNA, dan City Tour Jakarta yang difasilitasi Sekretariat Daerah Provinsi DKI Jakarta.
"Peserta simposium AFSN ini berjumlah 400 yang berasal dari internasional dan Indonesia, dengan pembicara atau narasumber berasal dari ahli forensik internasional dan anggota AFSN. Rangkaian kegiatan yang diselenggarakan berupa board member meeting, plenary session, dan simposium working group," kata Asep.
Dari Indonesia, kata Asep, institusi yang menjadi anggota AFSN adalah Biro Dokpol Pusdokkes Polri, Puslabfor Bareskrim Polri, Laboratorium Badan Narkotika Nasional, Sekolah Master Forensik Universitas Airlangga, dan Persatuan Dokter Forensik Indonesia.
AFSN dibentuk tahun 2018 beranggotakan 17 negara di Asia. Pertemuan kali ini hanya diikuti 16 negara yang terdiri atas 62 institusi.
"Tujuan kegiatan adalah berbagi pengalaman dan keilmuan, sekaligus untuk evaluasi dan pemilihan pengurus atau presiden AFSN," ujar Asep.
Melalui pertemuan tersebut, diharapkan pelayanan forensik bisa mengikuti perkembangan zaman dalam rangka memberikan dukungan terhadap penyelidikan dan penyidikan investigasi kepolisian.
Baca juga: Spesialis Forensik : Korban kekerasan seksual tidak tunda pelaporan
Baca juga: Pakar: Perlu forensik digital untuk bongkar kebocoran data 347 gb
Kegiatan AFSN ke-14 itu berlangsung selama empat hari mulai Rabu (2/5) hingga Sabtu (5/11), dengan dibuka oleh Kepala Badan Pemelihara Keamanan (Kabaharkam) Polri Komjen Pol. Arief Sulistyanto, mewakili Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo, di Auditorium PTIK, Jakarta Selatan, Kamis.
Arief mengatakan pertemuan tahunan AFSN tersebut penting untuk menghadapi perkembangan teknis baru dan canggih dalam ilmu forensik, terlebih adanya situasi pandemi COVID-19.
"Penting karena untuk mengimbangi perkembangan baru yang semakin sulit, canggih dan cepat," kata Arief.
Sementara itu, Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri (Kapusdokkes) Irjen Pol. Asep Hendradiana mengatakan pertemuan tahunan AFSN sempat terhenti karena pandemi COVID-19 dan baru diadakan lagi secara luring di tahun 2022. Pada tahun 2021, agenda tahunan itu dilaksanakan secara daring dengan tuan rumah Filipina.
Setelah pembukaan acara, kegiatan kemudian dilanjutkan dengan sesi ilmiah yang terbagi atas 10 kelompok kerja dengan enam kelas, di mana setiap kelas mampu menampung seluruh peserta.
Baca juga: Dokter ungkap kendala pembuktian forensik terkait kekerasan seksual
Sepuluh kelompok kerja dari berbagai disiplin ilmu itu saling berkoordinasi dan mengawasi bidang keahlian tertentu, yaitu asam deoksiribonukleat (DNA), illicit drug, toxicology, trace evidence, crime scene investigation, digital forensic, questioned document, fingerprint, quality assurance & standard committee, serta forensic medicine.
Selanjutnya, pada hari terakhir pertemuan, akan dilakukan study tour ke fasilitas layanan forensik Polri, seperti Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor), Laboratorium DNA, dan City Tour Jakarta yang difasilitasi Sekretariat Daerah Provinsi DKI Jakarta.
"Peserta simposium AFSN ini berjumlah 400 yang berasal dari internasional dan Indonesia, dengan pembicara atau narasumber berasal dari ahli forensik internasional dan anggota AFSN. Rangkaian kegiatan yang diselenggarakan berupa board member meeting, plenary session, dan simposium working group," kata Asep.
Dari Indonesia, kata Asep, institusi yang menjadi anggota AFSN adalah Biro Dokpol Pusdokkes Polri, Puslabfor Bareskrim Polri, Laboratorium Badan Narkotika Nasional, Sekolah Master Forensik Universitas Airlangga, dan Persatuan Dokter Forensik Indonesia.
AFSN dibentuk tahun 2018 beranggotakan 17 negara di Asia. Pertemuan kali ini hanya diikuti 16 negara yang terdiri atas 62 institusi.
"Tujuan kegiatan adalah berbagi pengalaman dan keilmuan, sekaligus untuk evaluasi dan pemilihan pengurus atau presiden AFSN," ujar Asep.
Melalui pertemuan tersebut, diharapkan pelayanan forensik bisa mengikuti perkembangan zaman dalam rangka memberikan dukungan terhadap penyelidikan dan penyidikan investigasi kepolisian.
Baca juga: Spesialis Forensik : Korban kekerasan seksual tidak tunda pelaporan
Baca juga: Pakar: Perlu forensik digital untuk bongkar kebocoran data 347 gb
Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2022
Tags: