Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Bedah Plastik dan Rekontsruksi (Konsultan) Aditya Wardhana melarang pemberian odol pada luka bakar karena akan semakin memperburuk rasa nyeri.


“Dikasih odol, mentega, kecap katanya dingin dan lama-lama jadi panas itu karena pasta gigi merupakan zat kimia sehingga kulit yang kehilangan proteksi tentunya sarafnya akan lebih terekspos dengan keadaan di luar sehingga pasti akan menjadi nyeri bila terkena bahan-bahan seperti itu,” ujarnya dalam Webinar HUT 103 RSCM yang ditayangkan melalui YouTube RSCM, Kamis.


Aditya menyampaikan pertolongan pertama pada luka bakar akibat api yang tepat adalah melakukan irigasi dengan air mengalir selama 20 menit. Hal tersebut bertujuan mengurangi rasa nyeri, mencegah luka menjadi lebih dalam dan lebih luas dan membuat penyembuhan luka menjadi lebih baik.


Setelah pertolongan pertama selesai diberikan, maka luka bakar harus ditutup sementara menggunakan kain bersih dan segera memeriksakan diri ke dokter.

Baca juga: Dokter: Luka bakar perlu dikenali demi penanganan tepat

Baca juga: Hoaks! Terigu dapat sembuhkan luka bakar



“Luka bakar itu menyebabkan kerusakan di kulit, kulit sebagai sistem proteksi. Sekarang dia kehilangan sistem proteksinya, tentunya hal ini sudah masuk ke dalam ranah medis,” jelasnya.


Lalu jika kebakaran mengenai baju, maka pertolongan pertamanya adalah korban harus menjatuhkan badan ke lantai atau tanah dan berguling-guling serta tidak berlarian karena justru menambah kobaran api.


“Salah satu cara lain memadamkan api adalah dengan menyelimuti atau memadamkan api dengan karung goni yang basah, dilemparkan (ke badan korban) sehingga apinya itu akan padam,” ucapnya.


Selain itu, korban kebakaran juga diminta untuk melepaskan perhiasan berupa kalung dan cincin hingga jam tangan yang terkena benda panas karena benda tersebut dapat menyimpan panas.

Bila tidak dilepas, akibatnya bidang kontak lebih luas dan lebih lama sehingga luka bakarnya akan semakin dalam dan otomatis penyembuhannya menjadi semakin lama.


Kemudian jika terjadi kebakaran dengan asap yang banyak, ia menyarankan untuk menggunakan sapu tangan atau handuk yang telah dibasahi untuk menutup hidung dan merangkak keluar ruangan.


Ia juga mengingatkan untuk berhati-hati pada ruangan dengan ventilasi yang kurang karena menjadi pemicu trauma inhalasi yang akan membuat korban kesulitan bernafas.


“Penanganannya akan semakin sulit harus dengan fasilitas ICU untuk membantu pernapasan yang sudah terlanjur menghirup gas-gas yang dilepaskan di area daerah yang terbakar terutama karbon monoksida,” ucap dia.

Baca juga: Tips cegah kena luka bakar di rumah

Baca juga: Basuh air mengalir, langkah awal agar luka bakar tak berbekas