Vaksinolog sebut virus HPV dapat hindari sistem imun tubuh
2 November 2022 16:41 WIB
Vaksinolog sekaligus Dokter Spesialis Dalam Dirga Sakti Rambe dalam Kelas Jurnalis Pencegahan Kanker Serviks yang diikuti di Jakarta, Rabu (2/11/2022). (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)
Jakarta (ANTARA) - Vaksinolog sekaligus Dokter Spesialis Dalam Dirga Sakti Rambe menyebut jika virus human papillomavirus (HPV) penyebab kanker serviks pada perempuan dapat menghindari sistem imun yang dimiliki oleh tubuh.
“Virus HPV itu virus yang canggih karena dia bisa menghindar dari sistem imunitas tubuh,” kata Dirga yang juga Founder Imuni itu dalam Kelas Jurnalis Pencegahan Kanker Serviks yang diikuti di Jakarta, Rabu.
Dirga menekankan akibat sulit untuk dideteksi pada stadium awalnya, maka banyak pasien datang ke rumah sakit setelah memasuki stadium lanjut atau akhir. Hal itu dikarenakan virus HPV menyerang bagian dalam rahim dan tidak memiliki gejala yang dapat dilihat langsung oleh mata pada awal mulanya.
Berdasarkan data milik Globocan tahu 2018, setiap satu jam dua wanita di Indonesia meninggal karena kanker serviks. Artinya, 50 perempuan meninggal setiap harinya.
Baca juga: Kemenkes: Vaksin HPV resiliensi cegah kanker serviks sejak dini
Baca juga: Ahli: Penularan virus HPV semakin banyak akibat pergeseran budaya
Dirga juga memaparkan kalau terdapat sekitar 88 kasus kanker serviks baru setiap harinya. Sehingga, kanker serviks menduduki peringkat kedua penyebab kematian tertinggi pada perempuan di Indonesia dan menjadi penyakit nomor satu yang menyumbang kasus tertinggi terbanyak di kawasan Asia Tenggara.
Dikarenakan kemampuannya untuk menghindar itulah, Dirga menekankan bahwa sangat penting bagi semua pihak untuk melakukan pencegahan sejak dini.
Salah satu caranya adalah dengan mengajak semua anak perempuan terutama yang duduk di bangku sekolah kelas 5 dan 6 SD untuk segera di vaksinasi HPV, termasuk penyitas HPV itu sendiri.
“Makanya itu juga salah satu alasan walaupun seseorang pernah terinfeksi HPV, dia tetap dianjurkan untuk vaksinasi HPV apalagi tipe virusnya banyak sekali,” ujar Dirga.
Selain mengikuti vaksinasi yang memberikan manfaat bagi tubuh, Dirga menyarankan supaya masyarakat mulai menghindari melakukan aktivitas seksual yang berisiko, terutama berganti-ganti pasangan.
Hal lain yang dia tekankan adalah menjaga kebersihan diri baik kehigienisan diri, lingkungan sekitar maupun sanitasi. Dirga juga menyatakan bahwa masyarakat disarankan untuk berhenti merokok karena dalam sejumlah penelitian, rokok menjadi salah satu faktor penyebab risiko terjadinya kanker serviks.
Dirga turut berharap distribusi vaksinasi HPV yang saat ini mulai diintegrasikan dalam program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), dapat diimbangi pula dengan melakukan pap smear secara berkala bagi yang aktif melakukan hubungan seksual.
“Beban kita jadi setiap satu jam ada dua perempuan Indonesia meninggal karena kanker serviks, kita harus beraksi sekarang, tidak ada kata terlambat walaupun vaksin HPV baru mulai tahun ini dalam program secara nasional,” katanya.
Baca juga: Deteksi dini kanker serviks penting karena infeksi rahim tak bergejala
Baca juga: Vaksinasi dan skrining HPV penting untuk cegah risiko kanker serviks
“Virus HPV itu virus yang canggih karena dia bisa menghindar dari sistem imunitas tubuh,” kata Dirga yang juga Founder Imuni itu dalam Kelas Jurnalis Pencegahan Kanker Serviks yang diikuti di Jakarta, Rabu.
Dirga menekankan akibat sulit untuk dideteksi pada stadium awalnya, maka banyak pasien datang ke rumah sakit setelah memasuki stadium lanjut atau akhir. Hal itu dikarenakan virus HPV menyerang bagian dalam rahim dan tidak memiliki gejala yang dapat dilihat langsung oleh mata pada awal mulanya.
Berdasarkan data milik Globocan tahu 2018, setiap satu jam dua wanita di Indonesia meninggal karena kanker serviks. Artinya, 50 perempuan meninggal setiap harinya.
Baca juga: Kemenkes: Vaksin HPV resiliensi cegah kanker serviks sejak dini
Baca juga: Ahli: Penularan virus HPV semakin banyak akibat pergeseran budaya
Dirga juga memaparkan kalau terdapat sekitar 88 kasus kanker serviks baru setiap harinya. Sehingga, kanker serviks menduduki peringkat kedua penyebab kematian tertinggi pada perempuan di Indonesia dan menjadi penyakit nomor satu yang menyumbang kasus tertinggi terbanyak di kawasan Asia Tenggara.
Dikarenakan kemampuannya untuk menghindar itulah, Dirga menekankan bahwa sangat penting bagi semua pihak untuk melakukan pencegahan sejak dini.
Salah satu caranya adalah dengan mengajak semua anak perempuan terutama yang duduk di bangku sekolah kelas 5 dan 6 SD untuk segera di vaksinasi HPV, termasuk penyitas HPV itu sendiri.
“Makanya itu juga salah satu alasan walaupun seseorang pernah terinfeksi HPV, dia tetap dianjurkan untuk vaksinasi HPV apalagi tipe virusnya banyak sekali,” ujar Dirga.
Selain mengikuti vaksinasi yang memberikan manfaat bagi tubuh, Dirga menyarankan supaya masyarakat mulai menghindari melakukan aktivitas seksual yang berisiko, terutama berganti-ganti pasangan.
Hal lain yang dia tekankan adalah menjaga kebersihan diri baik kehigienisan diri, lingkungan sekitar maupun sanitasi. Dirga juga menyatakan bahwa masyarakat disarankan untuk berhenti merokok karena dalam sejumlah penelitian, rokok menjadi salah satu faktor penyebab risiko terjadinya kanker serviks.
Dirga turut berharap distribusi vaksinasi HPV yang saat ini mulai diintegrasikan dalam program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), dapat diimbangi pula dengan melakukan pap smear secara berkala bagi yang aktif melakukan hubungan seksual.
“Beban kita jadi setiap satu jam ada dua perempuan Indonesia meninggal karena kanker serviks, kita harus beraksi sekarang, tidak ada kata terlambat walaupun vaksin HPV baru mulai tahun ini dalam program secara nasional,” katanya.
Baca juga: Deteksi dini kanker serviks penting karena infeksi rahim tak bergejala
Baca juga: Vaksinasi dan skrining HPV penting untuk cegah risiko kanker serviks
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022
Tags: