Jakarta (ANTARA) - Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Prof Semiarto Aji Purwanto mengatakan generasi muda perlu mengubah pengetahuan dan pola pikir terutama terkait persoalan pangan.

“Meskipun usaha kuliner banyak diminati oleh para pemuda, kuliner tersebut justru merupakan kuliner yang memutus rasa lidah pangan lokal, karena didominasi oleh perasa yang tidak alami atau tidak berasal dari sumber pangannya langsung. Makanan pabrikan yang merusak lidah lebih populer dibanding dengan pangan lokal,” ujar Semiarto dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu.

Sebelumnya, Foodbank of Indonesia (FOI) bersama Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (BEM FISIP UI) menggelar Rembug Pangan Orang Muda (RPOM).

Baca juga: Pakar sebut Indonesia berpotensi jadi lumbung pangan dunia

Diskusi bertema “Kebangkitan Pangan, Kebangkitan Bangsa” ini diikuti lebih dari 60 perwakilan pemimpin organisasi pemuda dan mahasiswa dari berbagai wilayah.

Wakil Rektor I IPB University Prof Dr Ir Drajat Martianto MSc mengatakan pangan seharusnya fokus pada kesejahteraan manusia, mulai dari petani sampai manusia yang memakannya. Intinya masalah pangan bukan hanya masalah teknis ketersediaan, tetapi juga harus perhatikan kesejahteraan sosial baik dalam produksi, konsumsi maupun distribusinya.

“Intinya, kita harus menantang anak-anak muda untuk berkontribusi dalam persoalan pangan ini di bidang ilmunya masing-masing,” kata Drajat.

Sejarawan JJ Rizal mengatakan jika berbicara tentang Sumpah Pemuda dan ketahanan pangan, terdapat tiga hal yang harus diperhatikan yaitu langkah radikal dalam mengatasi masalah pangan, keragaman, dan kesetaraan.

Baca juga: ID Food dukung G20 sektor pangan melalui ekosistem terintegrasi

“Masalah pangan kita adalah masalah yang akut, sehingga pembahasannya harus keluar dari sebatas diskusi biasa, butuh radikalisme untuk mengatasinya. Kita punya modal pengetahuan yang cukup, tetapi bagaimana pengetahuan itu diwujudkan dalam kebijakan lebih penting,” katanya.

Pendiri Foodbank of Indonesia M Hendro Utomo menjelaskan bahwa RPOM adalah dialog orang muda yang dimaksudkan sebagai prakongres.

Kongres Orang Muda akan dilaksanakan pada tahun depan dengan melibatkan pemimpin muda dari berbagai provinsi di Indonesia. Menurut Hendro, Indonesia memiliki modal besar dalam menuju kebangkitan Indonesia, yaitu pangan dan orang muda.

“Persaingan geopolitik yang terjadi sekarang menegaskan tiga hal yang penting untuk dikuasai yaitu teknologi, energi, dan pangan. Kita tidak punya sumber energi dan teknologi yang unggul, tapi seluruh wilayah Nusantara adalah penghasil pangan yang beragam. Ironisnya, 3.1 juta gandum diimpor dari Ukraina. Anak-anak muda harus jadi pelopor supaya Indonesia dapat mencapai kemandirian dan ketahanan pangan,” kata Hendro.

Baca juga: Akademisi: Indonesia layak jadi rujukan negara G20 atasi krisis pangan

Rembug Pangan Orang Muda diharapkan menjadi forum awal untuk menghimpun perspektif awal pemuda mengenai pangan.