Varian XBB miliki ciri khas bergejala ringan dan cepat menyebar
31 Oktober 2022 19:47 WIB
Tangkapan layar Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19 Reisa Broto Asmoro dalam Siaran Sehat yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin (31/10/2022). (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)
Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19 Reisa Broto Asmoro membeberkan varian XBB memiliki ciri khas membuat pasien bergejala ringan dan kemampuan yang lebih cepat menyebar.
“Sesuai yang tadi sudah dikatakan bahwa memang varian XBB ini, biasanya gejalanya lebih ringan. Alhamdulillah, kita senang karena meski dia bermutasi tapi tingkat fatalitasnya lebih rendah,” katanya dalam Siaran Sehat yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.
Ia menuturkan dalam pemantauan pemerintah terhadap varian XBB, pasien yang terkena varian itu kebanyakan mengalami gejala ringan berupa batuk, pilek, demam, ngilu atau nyeri otot, munculnya rasa kelelahan, sakit kepala, nyeri sendi, dan kedinginan.
Bila varian lain seperti Delta, katanya, cenderung dilaporkan menyerang pernafasan bawah, namun varian XBB yang masih termasuk keluarga Omicron menyerang pernafasan atas.
“Kalau keluarga Omicron memang gejalanya lebih banyak di pernafasan atas, jadi biasanya gejala yang muncul itu pasti ada demam, kedinginan, ngilu-ngilu, nyeri otot, nyeri sendi, ada batuk, pilek, rasa, kelelahan, sakit kepala. Yang membedakan itu mual, muntah ada juga yang mengalami sesak nafas,” ujar Reisa.
Baca juga: Reisa minta prokes diperketat akibat kasus COVID-19 dunia kembali naik
Walaupun gejala pasien dapat dikatakan ringan dengan fatalitas yang rendah, ciri khas lain yang patut Indonesia waspadai adalah tingkat penularan infeksi yang cepat.
Ia menyatakan tingginya lonjakan kasus di Singapura, terjadi karena varian XBB berlangsung cepat atau melebihi 0,79 kali penularan yang terjadi saat gelombang subvarian BA.5 dan 0,46 kali dari gelombang BA.2.
Menurutnya, semua pihak harus bersyukur karena mutasi baru COVID-19 semakin menunjukkan kelemahan.
Namun, dirinya meminta semua pihak tidak menyepelekan hal tersebut yang nantinya berpotensi meningkatkan fatalitas dan keterisian rumah sakit (BOR).
“Kita harus bersyukur sejak sekarang dan semoga ke depannya juga tidak ada yang mengalami kematian dan mungkin ini juga banyak sekali dipengaruhi adanya upaya kita untuk vaksinasi diri sendiri. Meskipun dia gejalanya lebih ringan, kita juga tetap harus meningkatkan imunitas kita supaya tetap kuat melawan virus ini,” katanya.
Baca juga: Satuan Tugas laporkan tambahan 2.717 kasus COVID-19
Reisa mengimbau semua pihak memperkuat kembali protokol kesehatan, baik memakai masker, mencuci tangan, maupun menjaga jarak.
Masyarakat diharapkan juga segera melengkapi dosis vaksinasi COVID-19, agar imunitas tubuh terus terjaga dari infeksi penularan virus.
Hal lain yang ia tekankan tentang pentingnya semua pihak saling menciptakan lingkungan yang aman dan sehat bagi sesama, terutama kelompok rentan, seperti lansia, anak-anak, atau penderita komorbid yang belum bisa mengikuti vaksinasi.
“Jadi kita harus hati-hati, upayakan periksa diri, kenali kesehatan diri sendiri dan kalau memang punya penyakit penyerta utamakan bisa tetap terus mengonsumsi obat-obatan dan konsul kepada dokter pribadi,” ucap Reisa.
Baca juga: Wapres Ma'ruf Amin minta masyarakat tetap waspadai varian Omicron XBB
Baca juga: Epidemiolog: Tingkatkan pengurutan genom untuk deteksi subvarian XBB
“Sesuai yang tadi sudah dikatakan bahwa memang varian XBB ini, biasanya gejalanya lebih ringan. Alhamdulillah, kita senang karena meski dia bermutasi tapi tingkat fatalitasnya lebih rendah,” katanya dalam Siaran Sehat yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.
Ia menuturkan dalam pemantauan pemerintah terhadap varian XBB, pasien yang terkena varian itu kebanyakan mengalami gejala ringan berupa batuk, pilek, demam, ngilu atau nyeri otot, munculnya rasa kelelahan, sakit kepala, nyeri sendi, dan kedinginan.
Bila varian lain seperti Delta, katanya, cenderung dilaporkan menyerang pernafasan bawah, namun varian XBB yang masih termasuk keluarga Omicron menyerang pernafasan atas.
“Kalau keluarga Omicron memang gejalanya lebih banyak di pernafasan atas, jadi biasanya gejala yang muncul itu pasti ada demam, kedinginan, ngilu-ngilu, nyeri otot, nyeri sendi, ada batuk, pilek, rasa, kelelahan, sakit kepala. Yang membedakan itu mual, muntah ada juga yang mengalami sesak nafas,” ujar Reisa.
Baca juga: Reisa minta prokes diperketat akibat kasus COVID-19 dunia kembali naik
Walaupun gejala pasien dapat dikatakan ringan dengan fatalitas yang rendah, ciri khas lain yang patut Indonesia waspadai adalah tingkat penularan infeksi yang cepat.
Ia menyatakan tingginya lonjakan kasus di Singapura, terjadi karena varian XBB berlangsung cepat atau melebihi 0,79 kali penularan yang terjadi saat gelombang subvarian BA.5 dan 0,46 kali dari gelombang BA.2.
Menurutnya, semua pihak harus bersyukur karena mutasi baru COVID-19 semakin menunjukkan kelemahan.
Namun, dirinya meminta semua pihak tidak menyepelekan hal tersebut yang nantinya berpotensi meningkatkan fatalitas dan keterisian rumah sakit (BOR).
“Kita harus bersyukur sejak sekarang dan semoga ke depannya juga tidak ada yang mengalami kematian dan mungkin ini juga banyak sekali dipengaruhi adanya upaya kita untuk vaksinasi diri sendiri. Meskipun dia gejalanya lebih ringan, kita juga tetap harus meningkatkan imunitas kita supaya tetap kuat melawan virus ini,” katanya.
Baca juga: Satuan Tugas laporkan tambahan 2.717 kasus COVID-19
Reisa mengimbau semua pihak memperkuat kembali protokol kesehatan, baik memakai masker, mencuci tangan, maupun menjaga jarak.
Masyarakat diharapkan juga segera melengkapi dosis vaksinasi COVID-19, agar imunitas tubuh terus terjaga dari infeksi penularan virus.
Hal lain yang ia tekankan tentang pentingnya semua pihak saling menciptakan lingkungan yang aman dan sehat bagi sesama, terutama kelompok rentan, seperti lansia, anak-anak, atau penderita komorbid yang belum bisa mengikuti vaksinasi.
“Jadi kita harus hati-hati, upayakan periksa diri, kenali kesehatan diri sendiri dan kalau memang punya penyakit penyerta utamakan bisa tetap terus mengonsumsi obat-obatan dan konsul kepada dokter pribadi,” ucap Reisa.
Baca juga: Wapres Ma'ruf Amin minta masyarakat tetap waspadai varian Omicron XBB
Baca juga: Epidemiolog: Tingkatkan pengurutan genom untuk deteksi subvarian XBB
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022
Tags: