Bakal jadi presiden lagi, Lula berjanji satukan kembali Brazil
31 Oktober 2022 17:12 WIB
Mantan presiden dan kandidat presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva memberi isyarat pada pertemuan di malam pemilihan putaran kedua pemilihan presiden Brazil, di Sao Paulo, Brazil, 30 Oktober 2022. (ANTARA/REUTERS/Carla Carniel/as)
Buenos Aires (ANTARA) - Luiz Inacio Lula da Silva berjanji untuk menyatukan kembali Brazil, setelah dia mengalahkan petahana sayap kanan Jair Bolsonaro dalam pemilihan presiden yang sengit pada Minggu (30/10).
Menyusul pemilihan paling penting sejak kembalinya demokrasi di Brazil itu, Lula menyerukan persatuan serta berjanji untuk memerangi kelaparan dan bertindak keras melawan deforestasi di Amazon.
"Kawanku, mulai 1 Januari 2023 saya akan memerintah untuk 215 juta warga Brazil, dan bukan hanya untuk mereka yang memilih saya. Tidak ada dua jenis warga Brazil. Kita adalah satu negara, satu warga, negara yang besar, " kata Lula kepada pendukungnya di Sao Paulo pada Minggu.
Setelah pemilihan presiden yang paling memecah belah dan terpolarosasi itu, Lula mengakui bahwa Brazil berada dalam situasi yang sangat sulit. Dia menegaskan sekarang adalah saatnya menjauhi kebencian.
“Kita akan mencari jalan keluar agar negara ini bisa hidup kembali secara demokratis dan harmonis. Tidak ada yang tertarik untuk tinggal di negara yang terpecah, dalam keadaan perang yang abadi," ujar dia.
Lula menggambarkan perang melawan kelaparan sebagai "komitmen paling mendesak" setelah tahun ini Brazil kembali masuk ke dalam Peta Kelaparan PBB setelah delapan tahun, ketika 33 juta warganya mengalami kelaparan.
"Jika kita adalah produsen makanan terbesar ketiga di dunia dan produsen protein hewani terbesar, jika kita memiliki teknologi dan lahan subur yang luas, jika kita dapat mengekspor ke seluruh dunia, kita memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa setiap warga Brazil bisa sarapan, makan siang, dan makan malam setiap hari,” kata dia.
Lula, yang selama masa jabatan sebelumnya sebagai presiden pada 2003-2010 membantu mengurangi kemiskinan ekstrem melalui program kesejahteraan Bolsa Familia yang terkenal dan mendorong peluang ekonomi, berbicara tentang perlunya memperkuat kembali program sosial.
Selama masa jabatan Bolsonaro, banyak pemerhati lingkungan dan pembela masyarakat adat dan hak atas tanah mereka mencela kebijakan pemimpin sayap kanan itu.
Mereka menegaskan bahwa Bolsonaro telah menghapus perlindungan lingkungan di Amazon, yang mengakibatkan kerusakan ekologis yang luas.
Lula berjanji untuk mengurangi deforestasi di Amazon hingga 80 persen dan "berjuang untuk nol deforestasi" di hutan tersebut.
"Brazil dan planet ini membutuhkan Amazon yang hidup. Sebuah pohon yang berdiri lebih berharga daripada berton-ton kayu yang ditebang secara ilegal oleh mereka yang hanya memikirkan keuntungan mudah dengan mengorbankan kerusakan kehidupan di bumi," kata Lula.
Dengan 99,99 persen surat suara telah dihitung, Lula telah mengumpulkan 50,9 persen dengan 60.345.421 suara, menurut data dari Mahkamah Agung Pemilihan.
Sementara itu, Bolsonaro memperoleh 49,1 persen atau 57.976.538 suara.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Mantan presiden Lula menangi pilpres Brazil
Baca juga: Survei: Lula kalahkan Bolsonaro dalam pilpres putaran kedua Brazil
Menyusul pemilihan paling penting sejak kembalinya demokrasi di Brazil itu, Lula menyerukan persatuan serta berjanji untuk memerangi kelaparan dan bertindak keras melawan deforestasi di Amazon.
"Kawanku, mulai 1 Januari 2023 saya akan memerintah untuk 215 juta warga Brazil, dan bukan hanya untuk mereka yang memilih saya. Tidak ada dua jenis warga Brazil. Kita adalah satu negara, satu warga, negara yang besar, " kata Lula kepada pendukungnya di Sao Paulo pada Minggu.
Setelah pemilihan presiden yang paling memecah belah dan terpolarosasi itu, Lula mengakui bahwa Brazil berada dalam situasi yang sangat sulit. Dia menegaskan sekarang adalah saatnya menjauhi kebencian.
“Kita akan mencari jalan keluar agar negara ini bisa hidup kembali secara demokratis dan harmonis. Tidak ada yang tertarik untuk tinggal di negara yang terpecah, dalam keadaan perang yang abadi," ujar dia.
Lula menggambarkan perang melawan kelaparan sebagai "komitmen paling mendesak" setelah tahun ini Brazil kembali masuk ke dalam Peta Kelaparan PBB setelah delapan tahun, ketika 33 juta warganya mengalami kelaparan.
"Jika kita adalah produsen makanan terbesar ketiga di dunia dan produsen protein hewani terbesar, jika kita memiliki teknologi dan lahan subur yang luas, jika kita dapat mengekspor ke seluruh dunia, kita memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa setiap warga Brazil bisa sarapan, makan siang, dan makan malam setiap hari,” kata dia.
Lula, yang selama masa jabatan sebelumnya sebagai presiden pada 2003-2010 membantu mengurangi kemiskinan ekstrem melalui program kesejahteraan Bolsa Familia yang terkenal dan mendorong peluang ekonomi, berbicara tentang perlunya memperkuat kembali program sosial.
Selama masa jabatan Bolsonaro, banyak pemerhati lingkungan dan pembela masyarakat adat dan hak atas tanah mereka mencela kebijakan pemimpin sayap kanan itu.
Mereka menegaskan bahwa Bolsonaro telah menghapus perlindungan lingkungan di Amazon, yang mengakibatkan kerusakan ekologis yang luas.
Lula berjanji untuk mengurangi deforestasi di Amazon hingga 80 persen dan "berjuang untuk nol deforestasi" di hutan tersebut.
"Brazil dan planet ini membutuhkan Amazon yang hidup. Sebuah pohon yang berdiri lebih berharga daripada berton-ton kayu yang ditebang secara ilegal oleh mereka yang hanya memikirkan keuntungan mudah dengan mengorbankan kerusakan kehidupan di bumi," kata Lula.
Dengan 99,99 persen surat suara telah dihitung, Lula telah mengumpulkan 50,9 persen dengan 60.345.421 suara, menurut data dari Mahkamah Agung Pemilihan.
Sementara itu, Bolsonaro memperoleh 49,1 persen atau 57.976.538 suara.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Mantan presiden Lula menangi pilpres Brazil
Baca juga: Survei: Lula kalahkan Bolsonaro dalam pilpres putaran kedua Brazil
Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022
Tags: