KOPI TB sebut ada empat kunci Indonesia bebas TBC
31 Oktober 2022 14:12 WIB
Sejumlah pasien menunggu antrian di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Makassar. Dinkes Makassar terus fokus penanggulangan TBC melalui Sobat TB.ANTARA/Abd Kadir
Jakarta (ANTARA) - Ketua Koalisi Organisasi Profesi Indonesia untuk Penanggulangan TBC (KOPI TB) Erlina Burhan menyebut ada empat kunci agar Indonesia bebas tuberkulosis (TBC) yaitu kolaborasi, inovasi, intervensi, dan implementasi.
"Strategi kunci agar untuk mencapai Indonesia bebas TBC adalah kolaborasi, inovasi, intervensi, dan implementasi," kata Erlina dalam webinar "Sinergi Nasional untuk Mempercepat Eliminasi TB pada Tahun 2030 di Indonesia", diikuti daring dari Jakarta, Senin.
Menurut Erlina, penanggulangan COVID-19 yang melibatkan seluruh kementerian dan lapisan masyarakat dapat menjadi contoh baik yang juga bisa diterapkan untuk penanggulangan TBC.
"Pelajaran dari COVID-19, semua kolaborasi itu ada. Yang mengatasi COVID-19 bukan hanya petugas kesehatan, bukan saja dokter, tapi semua unsur masyarakat, semua kementerian turun tangan. Ini namanya kolaborasi," ujarnya.
Kemudian mengenai inovasi, lanjut dia, di antaranya perlu ada vaksin baru untuk mencegah TBC, obat baru untuk infeksi TBC laten, serta obat baru dan rejimen pengobatan yang secara substansial dapat mengurangi durasi pengobatan.
"Sekarang vaksin untuk TBC itu BCG. Semua bayi di Indonesia divaksin BCG, tapi pasien TBC tetap ada. Ini artinya, perlu vaksin baru," tutur Erlina.
"Obat TBC juga lama, enam bulan. Kalau batuk pilek aja dikasih obat buat seminggu, pas dua hari sudah enggak batuk pilek obatnya enggak diterusin. Sedangkan TBC enam bulan, mereka enggak sampai selesai karena bosan atau udah enggak batuk berdarah lagi. Padahal, kumannya masih ada dan kalau enggak dibunuh sampai selesai, dia akan bermutasi jadi varian TBC yang kebal obat," imbuhnya.
Sementara mengenai intervensi, Erlina mengatakan perlu adanya terapi pencegahan TBC (TPT), pemakaian teknologi informasi untuk sistem pelacakan kasus Loss to Follow Up atau mangkir pengobatan, pendampingan bagi pasien TBC dan tenaga kesehatan yang memberikan layanan TBC, dan penggencaran penemuan kasus aktif.
Menurut dia, upaya penemuan kasus aktif dapat dilakukan dengan cara jemput bola sehingga tidak menunggu pasien bergejala datang ke fasilitas kesehatan.
Terakhir, ia melanjutkan implementasi menjadi kunci yang paling penting. Pasalnya menurut dia, strategi-strategi penanggulangan TBC yang telah disusun dengan baik harus diimplementasikan dengan baik pula agar upaya penanggulangan TBC dapat optimal.
Untuk itu, Erlina mengatakan, perlu adanya optimalisasi jejaring pelayanan TBC, penguatan dukungan pemerintah daerah termasuk dukungan dana, serta penguatan sistem surveilans.
Baca juga: Presiden Jokowi targetkan Indonesia bebas TBC tahun 2030
Baca juga: Jalan berliku menuju Indonesia Bebas TBC 2030
Baca juga: Stigma dan diskriminasi kepada pasien hambat Indonesia bebas TB 2030
"Strategi kunci agar untuk mencapai Indonesia bebas TBC adalah kolaborasi, inovasi, intervensi, dan implementasi," kata Erlina dalam webinar "Sinergi Nasional untuk Mempercepat Eliminasi TB pada Tahun 2030 di Indonesia", diikuti daring dari Jakarta, Senin.
Menurut Erlina, penanggulangan COVID-19 yang melibatkan seluruh kementerian dan lapisan masyarakat dapat menjadi contoh baik yang juga bisa diterapkan untuk penanggulangan TBC.
"Pelajaran dari COVID-19, semua kolaborasi itu ada. Yang mengatasi COVID-19 bukan hanya petugas kesehatan, bukan saja dokter, tapi semua unsur masyarakat, semua kementerian turun tangan. Ini namanya kolaborasi," ujarnya.
Kemudian mengenai inovasi, lanjut dia, di antaranya perlu ada vaksin baru untuk mencegah TBC, obat baru untuk infeksi TBC laten, serta obat baru dan rejimen pengobatan yang secara substansial dapat mengurangi durasi pengobatan.
"Sekarang vaksin untuk TBC itu BCG. Semua bayi di Indonesia divaksin BCG, tapi pasien TBC tetap ada. Ini artinya, perlu vaksin baru," tutur Erlina.
"Obat TBC juga lama, enam bulan. Kalau batuk pilek aja dikasih obat buat seminggu, pas dua hari sudah enggak batuk pilek obatnya enggak diterusin. Sedangkan TBC enam bulan, mereka enggak sampai selesai karena bosan atau udah enggak batuk berdarah lagi. Padahal, kumannya masih ada dan kalau enggak dibunuh sampai selesai, dia akan bermutasi jadi varian TBC yang kebal obat," imbuhnya.
Sementara mengenai intervensi, Erlina mengatakan perlu adanya terapi pencegahan TBC (TPT), pemakaian teknologi informasi untuk sistem pelacakan kasus Loss to Follow Up atau mangkir pengobatan, pendampingan bagi pasien TBC dan tenaga kesehatan yang memberikan layanan TBC, dan penggencaran penemuan kasus aktif.
Menurut dia, upaya penemuan kasus aktif dapat dilakukan dengan cara jemput bola sehingga tidak menunggu pasien bergejala datang ke fasilitas kesehatan.
Terakhir, ia melanjutkan implementasi menjadi kunci yang paling penting. Pasalnya menurut dia, strategi-strategi penanggulangan TBC yang telah disusun dengan baik harus diimplementasikan dengan baik pula agar upaya penanggulangan TBC dapat optimal.
Untuk itu, Erlina mengatakan, perlu adanya optimalisasi jejaring pelayanan TBC, penguatan dukungan pemerintah daerah termasuk dukungan dana, serta penguatan sistem surveilans.
Baca juga: Presiden Jokowi targetkan Indonesia bebas TBC tahun 2030
Baca juga: Jalan berliku menuju Indonesia Bebas TBC 2030
Baca juga: Stigma dan diskriminasi kepada pasien hambat Indonesia bebas TB 2030
Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2022
Tags: