Antrean pengisian BBM di Sumbar diduga karena pencatatan kendaraan
29 Oktober 2022 23:36 WIB
Ilustrasi - Petugas Pertamina menyosialisasikan aktivasi pendaftaran pembelian BBM bersubsidi kepada pengendara di SPBU Kota Padangpanjang, Sumatera Barat, Jumat (1/7/2022). ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/rwa.
Padang (ANTARA) - PT Pertamina Patra Niaga Sumatera Bagian Utara menduga antrean panjang kendaraan di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum wilayah Sumatera Barat disebabkan adanya pencatatan data kendaraan oleh petugas sehingga konsumen perlu waktu tambahan ketika mengisi BBM.
"Kami sudah memasok bahan bakar subsidi sesuai dengan kebutuhan yang ada dan tidak melakukan pengurangan distribusi," kata Section Head Communication & Relation PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut Agus Setiawan dalam keterangannya di Padang, Sabtu.
Ia menyatakan Pertamina menyalurkan BBM subsidi jenis pertalite rata-rata harian sejak Januari hingga Agustus 2020 sebanyak 1.861 kiloliter per hari. Sementara untuk bulan September 2022 jumlah penyaluran pertalite dinaikkan menjadi 1.902 kiloliter per hari.
Kemudian untuk bio solar rata-rata disalurkan 1.305 kiloliter setiap hari sejak Januari hingga Agustus 2022, sementara pada bulan September naik menjadi 1.580 kiloliter per harinya.
Menurut ia, ketika pemerintah melakukan penyesuaian harga, Pertamina diamanahkan untuk mendistribusikan BBM subsidi sesuai dengan peruntukan yang diatur dalam Perpres Nomor 191 Tahun 2024 dengan melakukan pencatatan pada laman Pertamina.
"Kita ajak masyarakat mendaftarkan kendaraan mereka ke website atau petugas akan melakukan pencatatan secara terhadap digital kepada setiap kendaraan yang membeli bahan bakar subsidi. Pencatatan ini yang membutuhkan waktu lebih dan diduga mengakibatkan antrean," katanya.
Selain itu, kemungkinan lainnya masih ada kendaraan mewah yang ikut mengantre untuk mendapatkan bahan bakar subsidi dan situasi ini memang terjadi di lapangan.
"Saya pernah menemukan itu di salah satu SPBU di Sumbar dan kendaraan mewah masih antre untuk mendapatkan bahan bakar bersubsidi," kata Agus.
Pihaknya melihat kesadaran masyarakat untuk menggunakan BBM nonsubsidi masih rendah sehingga ikut antre dan terjadi penumpukan.
"Kita akan coba evaluasi lagi apa yang terjadi sehingga terjadi antrean panjang kendaraan di SPBU. Apa karena lama dalam pengisian, sementara kuota kita cukup untuk beberapa hari ke depan dan distribusi juga tidak mengalami kendala," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Energi dan Kelistrikan Dinas ESDM Sumatera Barat Helmi Heriyanto mengatakan untuk pasokan dan distribusi BBM memang tidak ada kendala dan stok bahan bakar minyak di TBBM Bungus mencukupi.
"Ini tentu evaluasi secara seksama, apa pelayanan perlu dipercepat atau lainnya," ujarnya.
Ia mengatakan pemerintah bersama Pertamina berupaya menjaga kestabilan dan pemenuhan kebutuhan bahan bakar minyak masyarakat.
"Kita juga imbau masyarakat mampu menggunakan bahan bakar nonsubsidi sehingga mereka yang berhak saja yang mendapatkan bahan bakar subsidi," katanya.
"Kami sudah memasok bahan bakar subsidi sesuai dengan kebutuhan yang ada dan tidak melakukan pengurangan distribusi," kata Section Head Communication & Relation PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut Agus Setiawan dalam keterangannya di Padang, Sabtu.
Ia menyatakan Pertamina menyalurkan BBM subsidi jenis pertalite rata-rata harian sejak Januari hingga Agustus 2020 sebanyak 1.861 kiloliter per hari. Sementara untuk bulan September 2022 jumlah penyaluran pertalite dinaikkan menjadi 1.902 kiloliter per hari.
Kemudian untuk bio solar rata-rata disalurkan 1.305 kiloliter setiap hari sejak Januari hingga Agustus 2022, sementara pada bulan September naik menjadi 1.580 kiloliter per harinya.
Menurut ia, ketika pemerintah melakukan penyesuaian harga, Pertamina diamanahkan untuk mendistribusikan BBM subsidi sesuai dengan peruntukan yang diatur dalam Perpres Nomor 191 Tahun 2024 dengan melakukan pencatatan pada laman Pertamina.
"Kita ajak masyarakat mendaftarkan kendaraan mereka ke website atau petugas akan melakukan pencatatan secara terhadap digital kepada setiap kendaraan yang membeli bahan bakar subsidi. Pencatatan ini yang membutuhkan waktu lebih dan diduga mengakibatkan antrean," katanya.
Selain itu, kemungkinan lainnya masih ada kendaraan mewah yang ikut mengantre untuk mendapatkan bahan bakar subsidi dan situasi ini memang terjadi di lapangan.
"Saya pernah menemukan itu di salah satu SPBU di Sumbar dan kendaraan mewah masih antre untuk mendapatkan bahan bakar bersubsidi," kata Agus.
Pihaknya melihat kesadaran masyarakat untuk menggunakan BBM nonsubsidi masih rendah sehingga ikut antre dan terjadi penumpukan.
"Kita akan coba evaluasi lagi apa yang terjadi sehingga terjadi antrean panjang kendaraan di SPBU. Apa karena lama dalam pengisian, sementara kuota kita cukup untuk beberapa hari ke depan dan distribusi juga tidak mengalami kendala," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Energi dan Kelistrikan Dinas ESDM Sumatera Barat Helmi Heriyanto mengatakan untuk pasokan dan distribusi BBM memang tidak ada kendala dan stok bahan bakar minyak di TBBM Bungus mencukupi.
"Ini tentu evaluasi secara seksama, apa pelayanan perlu dipercepat atau lainnya," ujarnya.
Ia mengatakan pemerintah bersama Pertamina berupaya menjaga kestabilan dan pemenuhan kebutuhan bahan bakar minyak masyarakat.
"Kita juga imbau masyarakat mampu menggunakan bahan bakar nonsubsidi sehingga mereka yang berhak saja yang mendapatkan bahan bakar subsidi," katanya.
Pewarta: Mario Sofia Nasution
Editor: Didik Kusbiantoro
Copyright © ANTARA 2022
Tags: