Jakarta (ANTARA) - Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) berharap iklim investasi tetap stabil meskipun di tengah ancaman resesi global dan Indonesia memasuki tahun politik pada 2023.

“Menuju pemilu nasional secara serentak tahun 2024 yang terpenting untuk pengusaha keberlanjutan investasi khususnya di sektor minerba tetap stabil, tidak terganggu, dan program hilirisasi SDA tidak terkoreksi," kata Wakil Bendahara Umum ICMI Pusat Muhammad Fajar Hasan dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat.

Baca juga: Wagub DKI: Umat Islam harus berkontribusi bangun perekonomian

Pengusaha asal Sulawesi Tenggara itu menuturkan bahwa menjelang pemilu 2024, energi bangsa akan terkonsentrasi pada tahapan pemilu, baik sebagai partisipan pasif maupun sebagai kontestan masuk arena kompetisi sirkulasi kepemimpinan dan kekuasaan.

Oleh karena itu, para pengusaha di Indonesia berharap konstelasi politik kekuasaan pada 2024 tidak mengoreksi iklim investasi di dalam negeri yang saat ini sudah berlangsung baik. Namun, justru dapat memberikan stimulus akan pergerakan atau percepatan investasi karena adanya jaminan stabilitas politik dalam negeri.

“Portofolio investasi dalam negeri trennya terus naik, pertanda pemodal dan pebisnis percaya dengan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia makin cerah dan menjanjikan," ungkapnya.

Fajar mengingatkan bahwa pengusaha juga harus bersiap menghadapi gelombang resesi global sebagai akibat dari ketidakpastian geopolitik global yang dipicu oleh perang Russia-Ukraina yang belum berkesudahan.

Kendati ia yakin dampak resesi tidak akan terasa di Indonesia khususnya pada sektor bisnis komoditas minerba karena perdagangan komoditas minerba khususnya nikel dan batu bara tidak terkoneksi dengan epicentrum resesi yaitu Eropa dan Amerika, ia mengingatkan kalangan pengusaha untuk tetap mengantisipasi dampak resesi global.

Baca juga: Pemkot Banda Aceh ajak ICMI bersinergi bangun kota

Menurutnya, dunia usaha harus tetap fokus pada core business masing-masing dan agak hati-hati serta kalkulatif ketika melakukan ekspansi bisnis. Selain juga perlu menghindari proyeksi bisnis spekulatif dan high risk karena jika pertumbuhan ekonomi masing-masing negara di dunia terkoreksi, secara otomatis akan mempengaruhi proyeksi investasi di negara mitra.

“Tetapi kita tidak perlu khawatir secara berlebihan karena fundamental ekonomi dalam negeri cukup kuat dan kinerja pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi makro dan mikro menggembirakan," ucap dia.

Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI mencatat capaian realisasi investasi pada triwulan I (periode Januari-Maret) 2022 sebesar Rp282,4 triliun, lebih tinggi 28,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2021.

Capaian triwulan I 2022 juga meningkat 16,9 persen dibandingkan triwulan IV 2021. Capaian triwulan I 2022 itu berkontribusi sebesar 23,5 persen dari target realisasi yang dicanangkan sebesar Rp1.200 triliun.