Jakarta (ANTARA) - Dokter dari Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (PERABOI) dr. Bajuadji, Sp.B(K)Onk,MARS mengatakan kombinasi USG payudara dan mammografi mampu mendeteksi keganasan kanker sampai 95 persen sehingga sangat direkomendasikan untuk deteksi dini kanker payudara.

"Kombinasi antara USG payudara dan mammografi bisa mendeteksi suatu keganasan (kanker) sampai angka 95 persen," kata dokter yang akrab disapa Bayu itu dalam bincang-bincang yang digelar virtual diikuti di Jakarta pada Rabu.

Ia menjelaskan, USG payudara sendiri bisa mendeteksi kanker sampai 85 persen. Adapun yang diperiksa melalui USG payudara di antaranya benjolan, hiperkalsifikasi, mikrokalsifikasi, hipervaskularisasi, serta kelenjar getah bening di ketiak.

Biasanya, lanjut dia, setelah melakukan USG payudara maka pasien akan menerima Breast Imaging Reporting and Data System (BI-RADS) yaitu skor yang digunakan untuk mengklasifikasikan temuan pemeriksaan.

Baca juga: Dokter: Penyebab kanker didominasi faktor genetik

Baca juga: Mitos dan fakta seputar kanker payudara


"Kalau hasil USG itu skornya 1 dan 2, itu kecenderungannya jinak. Kalau skornya 3, ada risiko 5 persen keganasan. Kalau skornya 4 dan 5, kemungkinan 10-85 persen suatu keganasan. Tapi kalau skornya sudah 6, maka dia berisiko di atas 90 persen menderita suatu keganasan," jelas Bayu.

"Jadi dengan USG payudara, kita bisa mendeteksi suatu keganasan sampai angka 85-90 persen. Dengan pemeriksaan sederhana dan non-invasif," katanya.

Sedangkan mammografi, Bayu mengatakan metode tersebut dapat mendeteksi kanker payudara sampai 90 persen. Adapun kondisi yang diperiksa tidak jauh berbeda dengan USG payudara serta pasien juga akan mendapatkan skor BI-RADS.

Namun, lanjut dia, saat melakukan pemeriksaan menggunakan mammografi, maka akan terlihat gambaran tumor secara klinis.

"Misalnya pasien mengeluh ada benjolan di payudara sebelah kiri kurang lebih sebesar kelereng atau buah dulu, tapi setelah mammografi ternyata ukurannya sudah sebesar bola tenis. Jadi kelihatan tumornya sudah sedemikian besar," ujar Bayu.

"Jadi kombinasi antara USG payudara dan mammografi bisa deteksi keganasan sampai 95 persen. Pemeriksaannya sederhana, non invasif, murah meriah. Jadi lakukanlah medical check up, lakukan USG payudara dan mammografi rutin setahun sekali, baik ada ataupun tidak ada keluhan," lanjutnya.

Tak lupa, Bayu juga menyarankan untuk berkonsultasi dengan dokter bedah onkologi paling tidak 6-12 bulan sekali meskipun belum ada keluhan.

Baca juga: Rutin konsumsi buah dan sayur kurangi risiko kanker

Baca juga: YKI: Perlu kolaborasi pemangku kepentingan dalam tanggulangi kanker