Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan Indonesia berencana untuk membangun konektivitas listrik di kawasan Asia Tenggara yang melibatkan beberapa negara ASEAN seperti Singapura, Malaysia, dan Brunei.

Hal tersebut disampaikan dalam diskusi saat menerima Direktur Pelaksana Pengembangan Kebijakan dan Kerja Sama Bank Dunia Mari Elka Pangestu dalam pertemuan tatap muka di sela-sela acara kunjungan kerja Menko Airlangga di Washington D.C., Amerika Serikat, Minggu (23/10).

"Belajar pada situasi saat ini, ketersediaan energi listrik menjadi sangat penting sehingga perlu membangun energi listrik alternatif seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung dalam payung kerja sama infrastruktur jaringan listrik kawasan Asia Tenggara," ungkap Airlangga dalam kesempatan tersebut, seperti dikutip dari keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Selasa.

Airlangga dan Mari Elka Pangestu mendiskusikan berbagai upaya Pemerintah Indonesia dan peran serta Bank Dunia dalam mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), terutama dalam bidang transisi energi.

Pertemuan bilateral tersebut berlangsung akrab dan konstruktif dengan membahas sejumlah topik, antara lain peran Indonesia dalam konektivitas energi ASEAN, transformasi digital, ketahanan pangan, dan Partnership on Global Infrastructure and Investment (PGII).

Terkait isu transformasi digital, Pemerintah Indonesia telah mengembangkan pusat data di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Nongsa Digital Park (NDP) sebagai bagian upaya mendukung pengembangan ekonomi digital di Indonesia dan konektivitas internasional khususnya di kawasan Asia Tenggara. Adanya KEK NDP dapat menjadi salah satu potensi proyek pengembangan pusat data di Indonesia yang dapat menarik banyak investor.

Menko Airlangga mengingatkan ASEAN Digital Masterplan 2025 memerlukan integrasi investasi digital dan sumber energi. ASEAN Digital Masterplan 2025 merupakan desain lima tahun untuk memfasilitasi kerja sama regional dalam pengembangan sektor digital di ASEAN.

Mengenai digitalisasi sektor finansial, saat ini pemerintah tengah mengambil langkah penyesuaian seperti harmonisasi kepabeanan untuk e-commerce dan digitalisasi sektor pajak. Terkait dengan topik ketahanan pangan, digagas ASEAN Reserve Fund untuk memastikan ketersediaan komoditas beras di Kawasan Asia Tenggara.

Terkait perubahan iklim, studi dari Bank Dunia menyebutkan produksi pangan global menghasilkan emisi karbon yang lebih tinggi dari produksi energi ataupun deforestasi. Menyikapi hal tersebut, Pemerintah Indonesia perlu mengambil langkah-langkah pencegahan dengan menjalankan Produksi Pangan Berkelanjutan alias Sustainable Food Production.

Baca juga: Kementerian ESDM lancarkan strategi kurangi pemanfaatan energi fosil
Baca juga: PT Bukit Asam bangun PLTS ekspansi ke bisnis energi terbarukan
Baca juga: PLN punya 8,5 gigawatt pembangkit energi baru terbarukan