Jakarta (ANTARA News) - Gubernur OPEC untuk Indonesia Maizar Rahman mengatakan OPEC akan terus berupaya menurunkan harga minyak mentah dunia dengan memproduksi lebih banyak minyak mentah. Akan tetapi, kapasitas yang tersedia negara-negara anggota OPEC terbatas, katanya menurut Reuter dari Singapura Senin. Menurut laporan harga minyak mentah kini mendekati 70 dolar AS per barel untuk pertama kali dari tujuh dan enam bulan hari Senin, menguat dibanding dengan minggu lalu akibat meningkatnya ketegangan antara Iran dan Barat mengenai masalah nuklir. Minyak mentah berjangka untuk pengiriman Mei diperdanggangkan naik 42 sen pada 69,74 dolar per barel pada 09.30 GMT, sebelumnya mencapai 70 dolar, melonjak sejak badai Katrina akhir Agustus tahun lalu yang mencapai 70,85 dolar AS per barel. Minyak mentah Brent Laut Utara naik 52 sen menjadi 71,09 dolar AS per barel setelah rekor baru mencapai 71,40 dolar per barel. Pada hari Senin nilai kontrak sempat menyentuh 70 dolar AS sebelum kemudian turun sedikit. Dua isu kunci menggerakkan pasar, kata Victor Shum, analis pada konsultan energi Purvin and Gertz di Singapura, yang pertama yaitu kondisi pasokan bensin di AS dan kedua isu seputar krisis nuklir Iran. "Kedua isu tersebut masih tetap menjadi perhatian pasar," katanya. Keprihatinan tentang kemungkinan konflik militer AS-Iran memanas setelah Teheran mengingatkan Washington Minggu, apabila menyerang fasilitas nuklir Iran maka akan ada puluhan ribu yang sudah siap melakukan bom bunuh diri dan bisa digerakkan untuk mendukung para militan di seluruh kawasan. "Amerika Serikat harus mempertimbangkan bawha tidak dalam posisi yang baik untuk menciptakan krisis baru di kawasan ini," kata Menteri Luar Negeri Iran Monouchehr Mottaki. Krisis nuklir Iran memburuk minggu-minggu belakangan setelah Teheran mengumumkan bahwa para ilmuwannya telah berhasil memperkaya uranium hingga pada level yang dibutuhkan untuk membangun bahan bakar reaktor. Iran bersikukuh bahwa programnya adalah untuk tujuan damai tetapi Washington dan sekutunya berkryakinan bahwa negara Islam tersebut berencana mengembangkan bom atom. Harga minyak naik lebih dari 20 persen sejak pertengahan Februari, di samping berkurangnya cadangan minyak mentah AS. Kekhawatiran kelebihan pasokan dari Iran yang memproduksi sekitar 5 persen dari minyak dunia, ditambah oleh Chad, yang meminta AS memimpin konsorsium pembayaran hampir 100 juta dolar AS atau akan menghentikan produksi harian sebesar 170.000 barel. Pemerintah Chad Senin mendorong batas waktu pembayaran dari Selasa hingga akhir April, dan menerima tawaran pemerintah AS sebagai penengah perselisihan. Menteri Perminyakan Chad Mahamat Nasser Hassan kepada Reuter pada akhir minggu lalu meminta Exxon Mobil Corp., Petronas Malaysia dan Chevron Corp untuk menaruh dana di rekening pemerintah, mengurangi simpanan pihak ketiga Bank Dunia untuk menjamin pendapatan untuk masyarakat miskin.(*)