KADIN sebut pengusaha akan lebih waspada berekspansi pada 2023
25 Oktober 2022 16:52 WIB
Direktur Bidang Perencanaan dan Penanaman Modal Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indra Darmawan, Wakil Ketua Umum KADIN Shinta Kamdani, Koordinator Koalisi Ekonomi Membumi Lishia Ezra, dan Direktur Pangan dan Pertanian Bappenas Anang Noegroho dalam Bincang Bersama BKPM, Bappenas, dan KADIN di Jakarta, Selasa (25/10/2022). (ANTARA/Sanya Dinda)
Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri Shinta Kamdani menyebut bahwa pelaku usaha akan lebih waspada dalam berekspansi atau mengembangkan usaha di 2023 untuk mewaspadai risiko resesi global.
“Sebenarnya kita optimis tapi tetap berhati-hati. Kalau ekspansi dan lain-lain, kita mesti lihat demandnya, pasarnya, dan lain-lain yang penting sekarang di perusahaan cost itu tidak mempengaruhi efisiensi,” kata Shinta dalam Bincang Bersama BKPM, Bappenas, dan KADIN di Jakarta, Selasa.
Adapun investasi pada sektor-sektor ekonomi yang sudah menerapkan prinsip tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) diprediksi akan tetap tumbuh ke depan karena Indonesia masih memiliki potensi yang belum dioptimalisasi.
“Perekonomian Indonesia diproyeksikan akan lebih baik dari negara lain, termasuk di area tertentu seperti kendaraan listrik, itu mungkin akan terus jalan,” katanya.
Investasi di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara juga akan terus berlanjut karena pembangunannya menerapkan konsep smart city yang sesuai dengan prinsip SDGs.
“Selama kita bisa menjustifikasi permintaan, pasar, dan siapa saja yang akan pindah, saya rasa investor akan mau berinvestasi, apalagi kalau kita fokus ke investasi yang berkelanjutan,” ucapnya.
Sementara itu, ke depan sektor padat karya diperkirakan akan banyak melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sebagaimana sektor start up.
“Jadi padat karya untuk dipertahankan karyawannya itu sulit. Bahkan mereka berupaya untuk tidak melakukan PHK, tapi sekali lagi ini sulit karena permintaan dan pasarnya menurun signifikan, jadi mereka banyak melakukan efisiensi,” ucapnya.
Baca juga: BKPM: Transisi energi akan tetap berjalan meski melambat karena resesi
Baca juga: Kadin apresiasi langkah pemerintah tingkatkan target NDC 2030
“Sebenarnya kita optimis tapi tetap berhati-hati. Kalau ekspansi dan lain-lain, kita mesti lihat demandnya, pasarnya, dan lain-lain yang penting sekarang di perusahaan cost itu tidak mempengaruhi efisiensi,” kata Shinta dalam Bincang Bersama BKPM, Bappenas, dan KADIN di Jakarta, Selasa.
Adapun investasi pada sektor-sektor ekonomi yang sudah menerapkan prinsip tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) diprediksi akan tetap tumbuh ke depan karena Indonesia masih memiliki potensi yang belum dioptimalisasi.
“Perekonomian Indonesia diproyeksikan akan lebih baik dari negara lain, termasuk di area tertentu seperti kendaraan listrik, itu mungkin akan terus jalan,” katanya.
Investasi di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara juga akan terus berlanjut karena pembangunannya menerapkan konsep smart city yang sesuai dengan prinsip SDGs.
“Selama kita bisa menjustifikasi permintaan, pasar, dan siapa saja yang akan pindah, saya rasa investor akan mau berinvestasi, apalagi kalau kita fokus ke investasi yang berkelanjutan,” ucapnya.
Sementara itu, ke depan sektor padat karya diperkirakan akan banyak melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sebagaimana sektor start up.
“Jadi padat karya untuk dipertahankan karyawannya itu sulit. Bahkan mereka berupaya untuk tidak melakukan PHK, tapi sekali lagi ini sulit karena permintaan dan pasarnya menurun signifikan, jadi mereka banyak melakukan efisiensi,” ucapnya.
Baca juga: BKPM: Transisi energi akan tetap berjalan meski melambat karena resesi
Baca juga: Kadin apresiasi langkah pemerintah tingkatkan target NDC 2030
Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: